Bab 10 - Harus

14 3 0
                                        

Langkah kaki terdengar jelas di halaman yang kini sunyi itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah kaki terdengar jelas di halaman yang kini sunyi itu.

Seorang pria berjas laboratorium melangkah ke tengah-tengah halaman. Kacamata menggantung di dahinya. Koper di genggamannya mengayun tak henti-henti.

Hematic.

Angelo memasang kuda-kuda.

Polisi menodongkan senjata. Nova mengangkat salah satu tangan, memberi isyarat tahan tembakan.

Tangan kanan laki-laki itu diperban. Angelo baru menyadarinya.

Serentak, polisi-polisi berguguran. Pingsan. Semua kecuali Nova.

Hematic lewat di samping Angelo. Bocah itu berbalik guna melihat tujuan pria berjas laboratorium itu. Senyumnya makin pudar ketika Hematic menghampiri Nova.

"Aku sudah melakukannya. Sesuai perintahmu, bos," ucapnya.

"Bagus," Nova berkata datar.

Laki-laki itu melepas lilitan perban yang membungkus tangan kanannya. Ia memamerkan lengannya yang terbuat dari logam. Pangkal lengan itu bukanlah telapak tangan, melainkan cakar besi.

Angelo salto begitu ayunan cakar logam tertuju padanya.

Jadi begitu. Nova adalah Penjahat di Televisi. Nama aslinya adalah Tova.

Angelo mendapat pijakan. Ia hendak menyerang balik.

Namun, Tova telah mundur terlebih dahulu.

"Apa yang kau tunggu?!" Angelo berteriak.

"Aku sudah menanti momen ini sejak lama," jawab pria itu. "Aku selalu ingin menghadapi Penjaga Kota."

Kemudian, dia menghadap Hematic seraya bertanya, "Di mana alat itu?"

Hematic membuka kopernya.

Koper itu memancarkan cahaya begitu dibuka. Menyilaukan siapa pun yang menatapnya. Angelo menggosok-gosok mata.

Koper apa itu?

Di dalamnya bak kantong ajaib. Koper itu muat menampung banyak barang.

Tova mengeluarkan sebuah ransel yang kelihatannya berat. Ransel itu tersusun dari perangkat-perangkat listrik. Sepasang gardu. Sebuah trafo. Serta seutas kabel yang melilit keduanya.

Ia memakaikan ransel itu ke punggung.

"Bersiaplah, Penjaga Kota!"

Pulse. Angelo menyerang lebih dulu.

Tova memiringkan badan. Tembakan angin itu lalu begitu saja.

Bzzt bzzt.

Untaian kabel berdecit. Listrik menyelimuti lengan logamnya.

Tesla.

Pria itu maju. Angelo melangkah ke belakang.

Sesampainya di depan wajah bocah itu, pukulan itu terhenti.

Monumen KubusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang