Bab 12 - Bersama

7 2 0
                                        

Sane tiba di atap bangunan pencakar langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sane tiba di atap bangunan pencakar langit.

Yang dilihatnya pertama kali: laki-laki yang menenteng peralatan listrik tengah menyetrum Angelo dengan tangan kanannya yang terbuat dari logam.

Angelo membutuhkan bantuan.

"Angelo!" teriaknya.

Yang dipanggil memejamkan mata.

Arm mode.

Angelo berubah wujud menjadi sepasang sarung tangan hitam dan terpasang ke tangan Sane.

Kau lama sekali, Sane! Suara bocah itu berbunyi di benaknya.

Maaf. Ada sedikit masalah.

Ya, aku tahu. Ryan cukup merepotkan.

Begitulah. Tapi tenang saja. Aku berhasil menanganinya.

Meski berwujud sarung tangan, Sane tahu bahwa Angelo tengah tersenyum.

Api semangat membakar hatinya. Luka di sekujur tubuhnya tak remaja itu hiraukan. Dia berlari, menuju Tova yang tengah menanti reuni mengharukan itu.

"Akhirnya kau datang juga, Penjaga Kota," sambut laki-laki petir itu.

Tangan kanannya terayun. Bertabrakan dengan pukulan Sane.

Pukulan yang amat bertenaga.

Ledakan energi merebak ke penjuru atmosfer.

Tova terdorong ke belakang.

Jet

Sane menyabetkan lengan ke udara. Dentuman terdengar ketika dari sabetan itu tercipta garis-garis angin yang melesat cepat menuju Tova.

Tova menangkis dengan tangan logamnya.

Tak terduga, sabetan angin mengiris lengan pria itu. Bagai pisau yang ujungnya dipanaskan.

Tova meringis.

Sane terus menembakkan angin yang bergaris-garis. Tiada ampun. Andai remaja itu tahu siapa yang dilawannya.

Tesla

Tova berlari zigzag di antara peluru angin. Lalu menghilang di hadapan Sane. Kemudian muncul kembali di balik punggung remaja itu.

Sane lebih cepat. Sebelum pria petir itu melancarkan serangan, dia telah melompat menghindar.

Tesla

Lagi-lagi Tova menghilang. Kali ini, ia memunculkan diri di samping Sane.

Pulse

Telapak remaja itu melepaskan gelombang udara, mementalkan tubuh Tova beberapa meter jauhnya.

Seraya melayang, pria itu memposisikan tubuhnya di udara.

Ampere

Ransel di punggungnya melepaskan benang-benang petir yang menancap di tanah seperti akar.

Monumen KubusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang