Bab 18

3 2 0
                                    

"Majulah kalian berdua!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Majulah kalian berdua!"

Frank menyambut serangan dari sisi kanannya. Samurai yang menjadi lawannya menyabet katana dengan tergesa-gesa.

Remaja itu balas mengayun senjata. Dua katana saling bertabrakan di udara.

Frank mundur selangkah. Katana-nya ditarik.

Takayuki maju, tak memberi celah sedikit pun pada lawannya. Katana-nya yang menyabet ke samping bertubrukan dengan ujung katana lawannya. Frank sigap menangkis.

Frank mendorong ujung katana menuju wajah Takayuki. Takayuki memiringkan kepala.

Samurai itu meringis. Pedang hampir menyabet pipinya.

Takayuki balas memukul ke bawah. Frank memiringkan katana, menepis.

Frank mendongak. Takayuki menyerang sambil meloncat. Cting! Katana mereka saling beradu di udara.

Wajah kedua petarung itu berhadap-hadapan. Bulir-bulir keringat menetes.

Takayuki menapak tanah, lantas melakukan gerak memutar pedang. Frank meluruskan katana di samping badan, menahan.

Kakinya bergeser. Hantaman katana Takayuki amat kuat.

Tak mau kalah, Frank merunduk dan melakukan gerak kejutan dengan melecutkan pedang menuju dagu lawannya dengan cepat.

Serangan yang mengenai udara kosong. Takayuki telah melangkah mundur.

Sane muncul di belakang Frank. Ia memukul kuat.

Lubang besar menganga di tanah. Frank telah menghindar sebelum pukulan itu mengenai dirinya.

Tepat di arah Frank menghindar, Takayuki telah bersiap dengan kuda-kuda kokoh.

Himawari.

Katana-nya melepaskan sinar separuh lingkaran yang menerjang Frank. Frank menghalau dengan mengayun senjata ke balik punggung.

Namun dari arah depan, Sane menyerang. Frank terjepit di tengah-tengah dua serangan.

Pulse

Pukulan Sane melepaskan angin. Angin yang terbelah dua begitu mengenai Frank.

Fujin.

Tubuh Frank diselimuti angin yang beradu dengan angin pukulan Sane. Bagai badai yang mengamuk.

Lalu, Tatsumaki.

Angin berkumpul di sepanjang bilah pedang Frank, membuat logam itu seakan menyala kehijauan.

Secepat kilat, aura kehijauan itu memanjang, terhunus pada Sane.

Sane menutup badan dengan kedua tangan. Sabetan aura hijau itu menyisakan goresan kemerahan di sarung tangan Sane.

"Tidak! Angelo!"

Takayuki mengerjap. Samurai itu tak dapat mencerna apa yang barusan terjadi dengan begitu cepat.

Monumen KubusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang