payah!

790 64 18
                                    

Happy Reading Brodie

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

















"Ini rumah aku! Bener-bener rumah aku. Ayah jarang banget pulang, ibu juga jarang banget, kalau kakak....
Eee lumayan jarang pulang, tapi sekalinya di rumah cuma buat dengerin musik"
Jelas Delynn singkat. Mereka telah sampai pada rumahnya 10 menit lalu, selepasnya, Delynn menjelaskan seluruh isi dan seluk beluk mengenai sejarah tentang rumahnya yang sebenarnya tak penting sama sekali bagi Adel. Tapi mau bagaimana lagi? Dia sangat cerewet, bahkan mulutnya tak bisa dihentikan oleh jari panjang Adel yang ditempel ke bibir Delynn




Meskipun tak penting, Adel tetap mendengarkan nya hingga benar-benar selesai. Entahlah, ini sesuatu yang mengesalkan, maksudnya, sesuatu yang bahkan tak penting untuk didengarkan malah membuat telinga Adel tetap mendengarkan nya. Ini bukan masalah Adel yang tak mau menegur atau Delynn yang enggan berhenti, tapi. Ini masalah tentang Adel yang nyaman mendengarkan nya hingga selesai. Jujur saja, public speaking milik Delynn sangatlah bagus, enak untuk didengar dan mudah dipahami. Seperti menonton acara kanak-kanak dengan pembawa acara yang super duper menyenangkan




Adel sedikit menyandarkan punggungnya di dinding rumah Delynn, sementara Delynn berdiri tegap sambil menceritakan semua hal tentang dirinya, keluarga nya, dan juga rumahnya. Adel sudah mendengar itu selama 10 menit kurang lebihnya, kedengarannya membosankan meski sejujurnya tidak, pembawaan yang bagus dan suara yang indah dari Delynn, membuat telinga Adel tertarik dan matanya nyaman untuk melihat. Apalagi, style baju milik Delynn sangat rapi dan tidak seperti kebanyakan anak gadis yang memakai baju terbuka, ia pasti anak yang tertib dan disiplin



Adel sudah menatap gadis yang bernama lengkap Adeline Widjaja itu cukup lama, 10 menit. Ia menatap nya tanpa henti, bukan kagum, ia juga belum merasa bahwa ia bisa mengatakan Delynn begitu cantik untuk saat ini. Ia hanya suka cara Delynn berbicara tanpa terbata-bata, ia jadi tak perlu mengingatkan Delynn dengan setiap kata yang mungkin sudah diingat dan diucap. Sembari menatap Delynn, ia juga menatap seisi rumah Delynn sesekali. Mencuri pandangan ke dalam desain rumah yang elegan nan menarik, pasti. Keluarga Delynn adalah orang yang terbilang 'mampu' karena sudah terlihat dari desain rumahnya




"Kita latihan setiap sore mulai besok, soalnya aku harus sekolah dulu. Kak Adel paham kan?"
Adel menghela nafasnya setelah merasa bahwa Delynn telah selesai bercerita. Ia berhenti menyandarkan tubuhnya pada sebuah dinding, kini ia menatap mata anak itu dengan lekat, sembari menyilangkan tangannya. Delynn menggerutkan alisnya, ia mendekat dengan baju rapih lalu membalas tatapan Adel kala itu. "Aku udah jelasin sepanjang lebar itu dan kak Adel enggak paham?! Keajaiban dunia mana lagi ini. Beneran seengak paham itukah?"
Delynn melakukan protess. Adel menaruh satu jari miliknya ke bibir Delynn agar anak itu berhenti menjadi seseorang yang cerewet



Ketika Delynn berhenti berbicara, ia melepaskan jari miliknya, lalu berkata. "Latihan kalau aku ada waktu, kau tak bisa seenaknya macam itu. Mengerti?"
Adel berbalik tanya. Tak bisa dipungkiri, ia memang sangat sibuk berlatih akhir-akhir ini, kalau ditambah melatih Delynn, jadwalnya akan bertubrukan. Bisa-bisa ia dimarahi oleh Aran kalau begitu. "Ini beneran kakaknya mau aku bilangin kak Gracie?"
Delynn membalikkan keadaan. Kini Adel yang terpojok karena ancamannya. Adel berdecak kesal melihat wajah anak itu tersenyum tipis sembari menunggu jawaban dari mulut Adel




"Lihat saja besok, dasar anak nakal merepotkan saja kau ini"
Ujar Adel. Perlahan ia melangkah ke pintu keluar rumah Delynn, ia sudah terlalu lama membuang waktu, agaknya ia sudah dicari oleh guru ataupun seniornya. Delynn yang melihat Adel tak bisa melakukan apapun selain mengatakan 'ya' kepada dirinya tersenyum girang, walaupun pada akhirnya ia akan berlatih keras, setidaknya ia tak akan di latih oleh guru abal-abal seperti kemarin-kemarin. "Aku tunggu besok! Kalau kakak enggak dateng, kak Gracie yang datengin. Okey?!"
Mendengar Delynn mengancam sekali lagi, Adel mengacungkan jari tengahnya pada anak itu tanpa menoleh. Entah sejak kapan ia mempelajari umpatan jari itu, tapi. Sekarang sangat berguna rasanya



"Dasar kak Adel, takut didatengin kak Gracie ya? Hahahha cupu deh"



"Aku masih bisa mendengarkan!"




***




"Kau terlambat 2 jam, akhirnya kak Aran yang melatih. Kau habis dari mana saja, Del?"
Oniel bertanya kepada Adel yang tengah duduk di sebuah kursi kamar milik anak itu sendiri. Terlihat lumayan lesu dengan wajah kesal yang masih ia pasang semenjak pulang ke perguruan awan putih.
Adel berdecak, memutar bola matanya malas seakan-akan sedang tak ingin ditanyai sesuatu. "Aku tengah berurusan dengan orang tak dikenal. menjadi guru kungfunya. Bagaimana menurut mu?"
Ujar Adel, lalu ia melepas jaket berwarna biru dan abu yang ia pakai semasa keluar berjalan-jalan



Mata Oniel membulat, ia tersenyum riang gembira. Lalu duduk di atas kasur milik Adel yang sudah di rapihkan pagi tadi. "Benarkah? Sudah lama kau tidak tertarik melakukan hal seperti itu, kau sedang jatuh cinta? Katakanlah! Aku akan membantu"
Mata Adel melotot mendengar kakaknya mengatakan hal seperti itu, ia lantas menggeleng sembari menyilangkan kedua tangannya. Tanda penolakan keras bahwa ia tengah jatuh cinta. "Menjijikkan! Aku belum pernah jatuh cinta, lagipula untuk apa? Cinta? Sebuah hal yang menurutku tak penting sama sekali"
Ujar Adel dengan nada yang meyakinkan



"Aku hanya bertanya, ayolahhh jangan seperti itu. Ah iya berhubung kau melewatkan jadwal untuk melatih, kau diberi hukuman oleh kak Zean. Tak berat sama sekali, kau hanya disuruh untuk menyapu perpustakaan. Aku tak bisa membantu karena aku ada janji, jadi. Semoga kau cepat mendapat penerangan! Sampai jumpa!"
Kata Oniel sebelum pergi entah kemana dengan suara yang masih terngiang-ngiang di kepala Adel. Untung Zean tak memberikan hukuman berat untuk dirinya yang masih pusing


Dengan berat hati. Adel, berdiri untuk pergi ke perpustakaan yang hening nan membosankan (terkadang)
Ia sebenarnya sedang sangat malas. Namun ini hukuman yang cocok. Karena dirinya, Aran yang harus direpotkan untuk melatih para junior-junior yang seharusnya menjadi bagian Adel. Brak..!
Sialnya. Saat Adel membuka pintu, ia tak sengaja membuat orang yang tengah lewat di depannya terjatuh karena dorongan pintu itu. "Eh? Maafkan aku, aku tak melihat-



"DASAR BOCAH NAKAL!"
Tak jadi. Adel tak jadi meminta maaf sama sekali ketika melihat bahwa orang itu adalah Delynn yang membuntuti dirinya sampai ke Perguruan ini. "INI SAKIT TAU! MALAH NGGAK JADI MINTA MAAF! KURANG AJAR!"
Delynn membalas teriakan Adel sembari memegangi dahi miliknya. Mungkin itu sedikit sakit, namun. Ya begitulah















-TBC-


JANGAN LUPA VOTE!
lagi jarang up, mohon dimengerti!

Kungfu Hero (Adeljkt48) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang