Happy Reading Brodie
.
.
.
.
.
.
..
.
.
..
."Gracie?"
Panggil Aran dari balik pintu. Gracie menoleh sembari menutup bukunya lalu ia bertanya ada apa. "Boleh aku meminta tolong?"
Ujar Aran merasa tak enak. Lagipula senior jahat mana yang rela menyuruh junior-juniornya yang lugu itu?Gracie mengangguk lalu mengembalikan buku yang tadi ia baca, Aran tersenyum lega. "Tolong rapih kan beberapa buku yang berjatuhan di lorong lantai dua. terimakasih, aku akan pergi"
Gracie membalas senyuman Aran, lalu Aran pergi untuk mengunjungi ruangan Zean. Ada hal yang harus dibahas mereka berdua secara tertutup, jadi. Aran meminta tolong salah seorang juniornya untuk menggantikan tugas yang seharusnya sudah ia jalankan sedari tadi pagiGracie menghela nafas, ia berjalan menuju pintu keluar perpustakaan. Ia sudah 4 jam lebih berada disana dalam kesepian dari jam 4 pagi, agaknya ia terlanjur terbawa harus sunyi itu hingga tak ingin keluar dari zona nyamannya, bahkan jika Aran tidak datang meminta tolong, Gracie pasti masih membaca buku yang sebenarnya tak ia minati, ia hanya bosan menunggu dan terus menunggu jadwalnya untuk berlatih dengan senior yang entah kemana itu. Cekrek... Gracie menutup pintu perpustakaan yang besar nan berat, lalu berjalan meninggalkan nya untuk menjalankan amanat dari Aran
Di perjalanan, Gracie menemui banyak orang, entah yang sepantaran ataupun lebih muda dan tua. Ia menemukan berbagai macam spesies manusia yang jarang ia temui, namun. Semuanya ada di tempat yang didominasi warna putih ini. Gracie tentu senang, ia bisa mendapatkan banyak teman yang bahkan tak pernah ia temui sebelumnya, ah. Tapi ia selalu merasa sepi, ia juga heran dengan dirinya yang tak bisa keluar dari rasa itu. Ia akan selalu termakan oleh rasa sunyi meski orang-orang disekitarnya menebar suara yang mengebu-gebu
"Hai?"
Tiba-tiba, seorang lelaki dengan mata teduh menghampiri nya dan menyapa, seolah-olah ia tertarik pada perawakan Gracie saat berjalan dengan tenang. Mata teduh pria itu tertuju pada Gracie, ia menatap nya dengan dalam seakan Gracie adalah miliknya dari detik ini. Gracie tak hirau, ia tak tertarik pada pria jenis apapun itu, yang tampan? Baik? Green flag? Tidak! Ia tak menyukai apapun jenisnya, bahkan hingga pria cantik pun ia tak suka. Ia hanya suka dengan orang yang bisa membuatnya nyaman, apapun, apapun kekurangan nya, ia akan menerimaSaat Gracie ingin melangkah, tangan tak sopan dari pria yang lebih tinggi sedikit darinya, menyentuh lengannya untuk menahan. "Tolong jangan terburu-buru, aku bukan pria yang jahat 'kan?"
Katanya dengan nada yang lembut. Gracie menatap balik dengan tatapan sinis, seolah bertanya apa perlunya? Apakah penting atau sebaliknya? "Aku bukan orang yang suka berbasa-basi"
Jawab Gracie secara singkat"Bagaimana kalau aku menolong mu? Kau murid baru 'kan? Mungkin kita bisa berteman"
"Terserah. "
***
"Kuda-kuda mu jelek, aku tak yakin kau bisa bertarung"
Ejek Adel pada Delynn. Delynn mengeluh, lalu menjatuhkan dirinya di lantai kamar Adel yang cukup dingin. Sudah beberapa minggu ia berlatih dengan Adel, hasilnya baik dan memiliki perkembangan yang bagus, sayangnya bagi Adel itu sangat jelek, karena bagi seorang pesilat berkemampuan tinggi, kemampuan Delynn hanyalah kemampuan dasar, terlalu biasa saja untuk mereka"Emang"
Adel tertawa saat Delynn mengakuinya. Perlahan, Adel menunjukkan gerakan secara lambat pada Delynn, "Kung-Fu bukan hanya sekedar ilmu beladiri untuk bertarung. Kung-Fu memiliki banyak arti yang tak bisa dipahami oleh orang awam, dan meski Kung-Fu bukan termasuk beladiri paling hebat, tapi. Seorang ahli Kung-Fu besar kemungkinan nya untuk mengalahkan banyak jenis beladiri yang satu tingkat diatas"
Ujar Adel sembari memperlihatkan gerakan tai-chi, salah satu aliran Kung-Fu yang banyak digemari orang
KAMU SEDANG MEMBACA
Kungfu Hero (Adeljkt48)
ActionTamat! 70% bahasa baku! Seorang anak yatim piatu yang tanpa sengaja ditemukan oleh Chen Zhang. ahli bela diri kungfu. Awalnya Chen Zhang mengira bahwa anak yatim piatu ini hanya anak kecil bertampang polos yang membutuhkan belas kasihan orang lain...