Bab.20 : Tangis yang Tumpah Tanpa kekang

402 76 38
                                    


______________

Pukul sepuluh malam, dalam remang cahaya yang terpancar dari lampu teras dan lampu dapur, Jimin arahkan tatap sayunya memindai sekelilingnya. Pecahan-pecahan beling yang masih berserakan dilantai, yang sebagian telah melukai kaki telanjangnya. Perabot-perabot rumah yang tidak berada pada tempatnya. Juga sosok Jaehwan yang masih meringkuk setengah sadar beberapa meter di hadapan Jimin.

Saat ini, pemuda itu tengah bersandar dibalik pintu rumahnya setelah rombongan penagih hutang Ko Sanghyuk meninggalkan rumahnya. Tentu setelah memberi penawaran yang tidak ada untungnya bagi Jimin. Pun juga memberi hadiah berupa memar dan lebam-lebam diwajah Jimin.

"Ayah," panggil Jimin lirih.

Arah pandangnya kemudian beralih pada Jaehwan yang tengah berusaha bangkit dengan sempoyongan. Tak sedikitpun mengindahkan presensi Jimin yang meluruh lemah bersandar pada pintu masuk. Jimin pandangi dengan sayu bagaimana Jaehwan yang berusaha meraih satu botol soju yang masih utuh di atas meja untuk ia teguk.

"Selama duapuluh tahun aku hidup, pernahkah ayah menyimpan sedikit saja rasa sayang untukku?"

Penggal kalimat tanya dari Jimin membuat Jaehwan menghentikan langkahnya yang hendak memasuki kamar. Pria tersebut hanya diam tanpa berusaha memberi jawaban atas pertanyaan yang Jimin tanyakan.

"Aku tahu ini mustahil, tapi ... bisakah aku mendapat peran seorang ayah darimu? Aku sudah tidak tahu lagi sampai dimana aku bisa bertahan. Sebelum aku mati, aku hanya ingin mendengar kalimat sederhana dari Ayah jika Ayah mencintaiku sebagaimana seorang ayah yang mencintai putramu. Sedikit saja tidak apa-apa. Ayah tahu, tidak? aku mencintai ayah sama besarnya seperti Ibu yang rela mati demi Ayah. Bedanya, aku ingin tetap hidup untuk melihat Ayah lebih lama."

Jimin tatap punggung sang ayah yang dulu ia impikan sebagai tempatnya bersandar saat ia lelah. Jimin ingin merasakan peran seorang ayah meskipun hanya sekali dalam hidupnya. Jimin ingin dihujani kalimat bangga sebab mampu berdiri kokoh meski semesta merobohkan asanya berkali-kali. Namun, sampai detik ini yang Jimin dapatkan hanya kecewa dan luka yang semakin menganga.

Tarik napas sejenak, Jimin kembali perdengarkan kalimat dengan nada bergetar, "Kenapa ... Ayah tidak bisa menyayangi ku? Kenapa ayah tidak bisa mencintaiku. Aku ini anak ayah, bukan? Kenapa Ayah tidak pernah sedikitpun melihat ku sebagai anakmu? Kenapa? Kenapa aku harus terlahir menjadi anakmu, Ayah?"

Senyum miring Jimin tersungging lemah saat Jaehwan menegak botol soju tersebut sembari berjalan memasuki kamarnya. Mengabaikan Jimin yang tidak lagi memiliki tenaga untuk sekedar bertopang dengan kedua kakinya.

"Ternyata aku memang setidak penting itu di hidup Ayah." Jimin menertawai dirinya sendiri.

Saat disini Jimin nyaris kehilangan kewarasannya, terpontang-panting menerima hujaman rasa sakit dari berbagai sisi, ayah kandungnya yang sebelumnya dengan mudah menjadikan ia sebagai jaminan hutang itu kini justru dengan enteng menegak kembali sebotol soju miliknya. Meninggalkan Jimin yang masih belum mampu memeluk kembali kewarasannya.

Ah, jika seperti ini, rasa-rasanya Jimin agak mensyukuri perjanjiannya dengan Jooha. Jimin yang sebelumnya sempat menyesal membiarkan Jungkook hidup bersama Jooha kini justru bersyukur sebab sang adik tidak harus menyaksikan seluruh kekacauan yang terjadi hari ini.

Tok tok!

Sibuk dengan pikiran yang melalang buana, Jimin berhasil meraih seluruh kesadarannya saat pintu rumah yang menjadi tempatnya bersandar diketuk pelan dari luar. Pemuda itu lekas menyeka pipinya yang basah serta sudut bibirnya yang berdarah. Ia bangkit dengan berpegang pada pintu untuk memperkuat pijakannya.

"Siapa?" suara lirih Jimin terdengar parau. Tangan kanannya hendak meraih handle pintu untuk melihat sosok yang datang mengetuk pintu dengan keras.

"Kak Jimin! Ini aku, kak! Cepat buka pintunya!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEMICOLON [ Hujan&Januari Series ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang