Bab.5 || Keping-Keping Jiwa yang Telah Rusak.______________
Biasanya, Jimin akan menikmati momen di mana rinai hujan turun membasahi tanah. Jimin akan membaui aroma petrikor yang selalu menjadi candu untuknya.
Namun, pagi itu Jimin hanya terdiam dengan tatap kosong yang mengarah keluar jendela kamar yang tirainya di biarkan terbuka. Pemuda itu seolah abai saat tubuh bagian atasnya terekspos, seolah membiarkan dingin udara pagi menyambut tubuh rusaknya. Memamerkan sebagian tubuhnya yang di penuhi bercak kemerahan yang terlihat menjijikkan.
Ah, bahkan hanya dengan melihat pantulan samar dirinya dari kaca jendela saja sudah membuat Jimin muak pada tubuhnya. Seolah jika mampu, Jimin ingin segera binasa dan membiarkan tubuhnya hancur tak bersisa.
"Ini masih jam tiga pagi, Ryu Jimin."
Wanita dengan suara yang agak berat itu muncul dari balik pintu kamar mandi dengan bathrobe yang membungkus tubuh proposional miliknya. Kehadirannya membuat Jimin menggenggam kembali kesadarannya pada dunia yang sebenarnya.
"Well, aku yakin tubuhmu kelelahan karena semalam. Tidurlah. Ini masih terlalu pagi," katanya dengan tangan yang meraih cerutunya untuk kemudian dibakar ujungnya. Lalu ia hisap cerutu miliknya sebelum menghembuskan asapnya. Menciptakan asap-asap khas dari tembakau yang terbakar secara perlahan.
"Apa pedulimu? Tubuhku sudah rusak sejak lama." Jimin berkata tanpa ekspresi. Binar dari sepasang manik kelamnya tampak redup tanpa warna.
Asap dari ujung cerutu milik Cha Soonyi yang terbakar itu mulai mengusik penciuman Jimin. Pun saat Soonyi memutuskan untuk mengikis jarak diantara dirinya dan Jimin hingga tubuh keduanya saling berhadapan tanpa jarak, Jimin masih bergeming. Sampai kemudian Soonyi mendekatkan wajahnya ke sisi telinga Jimin, dan membisikkan kalimat yang membuat Jimin semakin muak dengan hidupnya.
"Kalau tubuhmu lemah, pelayananmu akan kurang memuaskan, Jimin-a. Kau harus merawat tubuhmu."
Jimin mengeratkan genggamannya pada selimut yang membungkus tubuhnya hingga buku-buku jarinya kian memutih. Perasaan itu kembali membuat Jimin merasa jijik pada dirinya sendiri, muak pada hidupnya dan benci pada takdir yang semesta gariskan padanya.
"Ah, benar. Aku sudah meminta sekertarisku untuk mentransfer bayaranmu untuk tadi malam. Kau bisa mengeceknya nanti," ucap wakita berusia tiga puluh tahunan itu seraya mengganti pakaiannya di hadapan Jimin.
Jimin memejam erat dengan tangan yang semakin terkepal kuat. Panas yang merambat di dadanya kian membakar seluruh sistem pernapasan Jimin hingga nyaris tak mampu mengais udara di sekitar.
"Aku akan pergi lebih dulu. Ada pertemuan penting dengan keluarga suamiku."
Setelah berujar demikian, Cha Soonyi beranjak dengan meraih tas berlabel Balenciaga miliknya. Dia berlalu meninggalkan ruangan tersebut dengan cerutu yang belum habis terbakar.
Derap langkah wanita itu masih terdengar hingga perlahan menghilang setelah daun pintu kamar tersebut di tutup. Menyisakan Jimin yang masih bertahan di tempatnya, dengan sisa-sisa asap cerutu milik Soonyi yang masih tertinggal kendati sosoknya telah menghilang.
Hingga setelah jeda panjang mengisi ruang sunyi tersebut, Jimin bergerak membawa tubuhnya menuju kamar mandi. Kemudian ia menyalakan shower sebelum membiarkan tubuhnya sepenuhnya tersapu air.
Pemuda itu menuangkan sabun cair cukup banyak. Lalu membasuh tubuhnya perlahan. Sebelum kemudian gerakan tangannya semakin cepat, membasuh tubuhnya dengan kasar guna menghapus jejak-jejak merah di tubuhnya.
Jimin masih berusaha menghilangkan jejak-jejak menjijikkan tersebut. Tak peduli jika tubuhnya telah memerah karena usapannya yang terlalu keras, atau pada goresan-goresan yang tercipta dari kuku jemarinya yang menggaruk kulitnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/354205492-288-k141068.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMICOLON [ Hujan&Januari Series ]
FanfictionBagian dari project Hujan & Januari Series _____________ Dari banyak hal berharga yang telah di renggut dari hidupnya. Masa mudanya, kebebasannya, harga dirinya, dan ibu kandungnya. Ryu Jimin hanya ingin satu persen alasan hidupnya untuk tetap tingg...