Aku tidak peduli jika harus merusak hidupku sendiri, jika dengan begitu aku bisa melihatmu hidup lebih lama.—- Ryu Jimin
_________________
Bagi Ryu Jungkook, menjadi seorang penyintas gagal ginjal kronis di usia yang masih sangat muda bukanlah hal paling menyedihkan dalam hidupnya. Mengonsumsi obat-obatan dan melakukan cuci darah selama masa hidupnya juga bukanlah hal yang ia anggap paling menyakitkan.
Namun, hal yang paling menyedihkan baginya, adalah saat ia harus melihat bagaimana sosok yang seharusnya menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab atas nafkah anak-anaknya, justru menjadi sosok yang sibuk akan kesenangan duniawinya. Hingga membuat anak-anaknya harus menanggung beban dari perbuatan bejatnya.
Ryu Jaehwan, sosok yang seharusnya menjadi kepala keluarga yang melindungi keluarganya. Sosok yang seharusnya menjadi seorang ayah yang mampu mengayomi anak-anaknya. Sosok ... yang seharusnya menjadi panutan dan tempat ternyaman bagi anak-anak.
Namun, selama tigabelas tahun Jungkook hidup. Dan dari semua waktu yang ia ingat, tidak satu kalipun Jungkook bisa mengingat hal apa saja yang membuat Jaehwan pantas di sebut seorang ayah.
Jaehwan justru menjelma menjadi monster yang tidak akan segan bermain tangan saat tak mendapatkan apa yang di inginkan. Menyiksa, dan membuat sekarat anak-anaknya saat berada dalam kondisi mabuk.
Ah, benar. Bagi Jungkook, Ryu Jaehwan lebih pantas di sebut sampah dengan segala kebiasaan bejatnya yang gemar mabuk, berjudi hingga kalap, berhutang sana-sini untuk kesenangan duniawi, bahkan tidak segan membawa wanita penghibur untuk bermalam di rumah yang bahkan belum lunas biaya sewanya.
"Keparat sialan!"
"Sudah ku bilang untuk meninggalkan uang di rumah!"
"Dasar anak tidak berguna!"
Pukul tiga pagi, saat Jungkook hanya ingin ke dapur untuk mengambil sebotol air minum untuk dirinya, Jaehwan datang dengan bau alkohol yang sangat memuakkan, lalu menagih uang untuk membayar kekalahannya di meja judi. Untuk kali tak terhitung.
Sepertinya otak berkarat milik ayahnya itu mengalami disfungsi saat meminta lembar-lembar won pada Jungkook. Apa yang bisa di harapkan dari Jungkook yang belum lulus sekolah menengah pertama, bahkan menjadi anak penyakitan yang menguras uang kakaknya.
"Ayah, sepertinya otakmu terlalu banyak di isi soju. Kau pikir apa yang bisa kau harapkan dari bocah penyakitan sepertiku?"
Oh, Ryu Jungkook, si bocah penyakitan berusia tigabelas tahun itu memang tidak kenal takut akan apapun. Mulutnya akan mengeluarkan sebilah pisau yang ia rangkai dalam kalimat tajamnya pada siapapun yang tidak ia sukai. Bahkan pada ayahnya sendiri yang memiliki temperamen buruk.
"Oh, aku lupa. Kau hanya anak penyakitan yang menghabiskan uang kakakmu." Lagi, baris kalimat yang Jaehwan suarakan tidak pernah gagal menciptakan goresan panjang di hati Jungkook.
Bocah yang sudah mendapatkan lebam di pipi kiri. Serta lecet di pelipis yang terantuk ujung meja saat Jaehwan mendorongnya tadi itu lantas mendengus jengah setelah mendengar kalimat sang ayah.
Jungkook bangkit dengan perlahan, kemudian tanpa gentar ia mendongkak membalas tatapan tajam Jaehwan.
"Berkacalah, Ayah. Kau bahkan lebih sampah dariku. Yang kau lakukan hanya mabuk dan berjudi dengan uang milik Jimin. Bahkan menyewa jalang untuk memuaskanmu," ucap Jungkook penuh penekanan pada setiap baris aksara yang ia lontarkan.
Jungkook bergerak dengan langkah pelan. Mendekat pada Jaehwan yang terlihat menahan luapan amarah dari bagaimana rahangnya yang kian mengeras. Lantas di sekon berikutnya, Jungkook perdengarkan bisik lirih yang mampu mematik amarah Jaehwan sepenuhnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/354205492-288-k141068.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMICOLON [ Hujan&Januari Series ]
FanfictionBagian dari project Hujan & Januari Series _____________ Dari banyak hal berharga yang telah di renggut dari hidupnya. Masa mudanya, kebebasannya, harga dirinya, dan ibu kandungnya. Ryu Jimin hanya ingin satu persen alasan hidupnya untuk tetap tingg...