Bab.19 : Keping-Keping hati yang Tidak Bisa disatukan lagi

287 54 44
                                    

Bab.19 : Keping-Keping hati yang Tidak Bisa disatukan lagi
___________

Dua hari berlalu dengan begitu cepat. Dalam 48 jam terakhir, hujan tidak berhenti turun mengguyur kota Seoul. Dalam dingin yang diam-diam menyelinap melalui celah-celah ventilasi ruang rawat yang Jungkook tempati itu, bocah tersebut terduduk di ranjangnya dengan tatap kosong tanpa binar yang terarah pada jendela yang tersingkap dan memperlihatkan debit air hujan yang jatuh membasahi bumi.

Jungkook, remaja tigabelas tahun itu menopang kepalanya pada lipatan lutut serta tangan yang memeluk lututnya. Binar kosong dari sepasang manik bambinya tampak begitu sayu dan tak memiliki asa.

Jungkook tidak tahu apa saja yang terjadi selama dirinya tak sadarkan diri. Yang pasti, saat ia membuka matanya, Jungkook tidak pernah mendapati sosok Jimin hingga dua hari terhitung setelah dia siuman.

"Apa lagi ini? Kau menolak lagi makanan yang perawat berikan?"

Vokal suara Jooha yang cukup familiar ditelinga Jungkook membuat bocah itu melirik sekilas pada presensi Jooha yang baru saja datang. Sebelum kembali menatap ke arah jendela kamar rawatnya yang terbuka. Bocah itu bahkan tidak menyadari suara daun pintu yang terbuka juga hentakan sepatu yang Jooha kenakan.

"Apa kau masih tidak menerima kenyataan jika sekarang kau telah di buang oleh kakakmu?"

Baru ketika nada suara angkuh Jooha terdengar memprovokasi, Jungkook berpaling dengan tubuh menegak hingga wajah pucatnya kini berhadapan dengan wajah berpoles riasan milik Jooha yang memiliki banyak kemiripan dengannya.

"Kenapa? Tidak terima?" tanya Jooha ketika manik bulat Jungkook yang seiras dengannya menatapnya dengan tatap tajam. "Terima saja kenyataannya. Kakakmu sudah membuangmu setelah menerima sejumlah uang dariku."

"Tutup mulutmu. Jimin bukan orang seperti itu. Kau pasti melakukan sesuatu pada kakakku sampai dia tidak bisa menemuiku," pungkas Jungkook penuh penekanan.

Seulas senyum asimetris tampak terpatri di bibir merah Jooha. Dengan tangan yang saling berpangku angkuh didepan dada, juga wajah datarnya yang seolah menantang tatap tajam sang anak, Jooha membalas tatapan Jungkook dengan senyum penuh makna.

"Coba saja tanyakan pada kakakmu setelah kau keluar dari sini. Barangkali jika kakakmu sendiri yang mengatakannya, kau akan lebih percaya," ucapnya menantang.

Wanita itu kembali memasang senyum culas sebelum melanjutkan, "Tapi ingat, setelah kau keluar dari sini, kau akan langsung ikut denganku. Aku akan memberikan pengobatan yang lebih baik dan mencari donor ginjal untukmu. Tidak perlu menunggu berlama-lama seperti kakakmu."

Terkekeh sarkas sejenak, Jungkook membalas senyum culas Jooha dengan decihan sinisnya. "Cih, jangan harap aku sudi ikut bersamamu. Aku lebih mati daripada harus ikut denganmu."

"Hm, tidak masalah. Aku juga tidak meminta pendapatmu," balas Jooha dengan nada main-main.

Wanita bermarga Jeon itu lantas beranjak dari tempat duduknya setelah dirasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Jooha kembali menatap tajam tatap Jungkook sekali lagi. Kendati wajahnya masih terlihat pucat. Pun juga suaranya yang masih tak bertenaga, Jungkook tak sedikitpun melunturkan tajam tatapnya pada Jooha. Hal itu patut Jooha apresiasi. Mental bocah laki-laki itu hampir sama kerasnya dengan Jooha.

"Baiklah. Aku harus pergi. Kau tidak perlu memakan apapun jika betah menginap dirumah sakit ini."

Kemudian, setelah mengenakan kacamata berwarna hitam yang tadinya bertengger di kerah bajunya, Jooha membawa langkahnya meninggalkan ruang rawat yang Jungkook tempati.

Sepersekian detik setelah tubuh Jooha benar-benar menghilang bersama daun pintu ruang rawatnya yang tertutup rapat, Jungkook meremat kuat selimut yang membungkus sebagian tubuhnya. Arah pandangnya kemudian bergulir hingga terhenti pada jendela ruang rawatnya yang terbuka sedari tadi. Jungkook pandangi cukup lama jendela tersebut. Sebelum segaris senyum penuh makna tercipta di wajah pucatnya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEMICOLON [ Hujan&Januari Series ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang