Page 20🌼

137 8 0
                                    

____

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

____

"Mi, Mami di mana?"

"Pulang Mi. Jo sendiri di rumah."

Mendengar tolakan halus dari sambungan, yang terhubung pada sang Mami di seberang sana, Johan menunduk kecewa, remaja itu berangsut beranjak dari sofa, yang sejak 1 jam terakhir menjadi tempat saksi bisu, atas percakapan panjangnya bersama Dewi—sang Mami.

Johan tidak pernah merasa setakut, juga segelisah ini saat malam. Pulang tidaknya Dewi dan Erik ke rumah, tidak pernah membuat Johan banyak bicara, atau pun merasa keberatan selama ini.

Tetapi—malam ini, Johan merasa tidak bisa mengatasinya sendiri. Berita dari Aktris papan atas itu, terus bermunculan pada berbagai platform dan media siaran televisi. Saat inisial sang Papi, disebut oleh media, mendadak Johan merasa tidak tenang, apalagi sejak 1 bulan terakhir hubungan Mami dan Papi jauh dari kata baik, apalagi saat Dewi mengatakan, jika Erik sudah menjadi manager dari aktris Emila itu sejak lama pada Johan.

Sempat ada pertentangan, dari Dewi yang hendak menggugat cerai Erik, namun Johan mengatasinya setengah memaksa sang Mami untuk tidak melanjutkan aksinya lebih jauh.

"Mami ...," Johan menatap nyalang, pada ponsel apel gigit itu yang sudah menampakkan layar utama.

Dewi, memutuskan sambungan sepihak.

Johan merasa ... apa keinginan Mami, yang memilih berpisah dengan Papi itu bukan hal buruk? Johan rasa, itu hanya baik untuk Maminya saja, tidak untuknya.

Pemilik nama lengkap Johan Kakabudiman itu, berakhir tidak bisa tidur, sampai menjelang pagi.

"Ya terus gua berakhir enggak tidur sampai pagi, ter—shhh, aw! Pelan-pelan lorcep! Kasar banget lo jadi cewek!" teriak Johan memekik kencang, sambil menjauhkan wajahnya yang tengah diobati oleh Nova.

"Lorcep, lorcep! Kasih gua nama apaan lagi lo?! Ini tuh udah pelan, lo aja yang alay." Nova menimpali lalu menarik tangan Johan kencang, kembali meneteskan obat merah itu, pada  kapas yang sudah ia balut dengan kasa.

"Lor—shh! Lorcep tuh telor ceplok, dasar lo ce—shh ah! Nova sakit anj*r!"

Tak tahan, Nova memukul wajah Johan menggunakan bantal sofa, lalu kembali meneteskan obat merah itu pada kasa yang baru. Dengan cekatan—kembali menarik tangan Johan dengan tidak sabaran. 

"Lanjutin cerita lo!"

"NGEGAS BAE KAYA CEWEK LO!"

Nova menendang tulang betis Johan keras. "gua emang cewek!"

Pagi itu, Johan bangun dengan penuh kesialan. Pertama, badannya terasa sakit karena semalaman tidur dalam posisi duduk di atas sofa, lalu kedua, ia baru bisa terpejam saat menjelang pukul 4 dini hari, ketiga, tidak ada balasan dari Mami juga Papinya, saat Johan mengirimkan pesan, lalu terakhir, perutnya terasa lapar luar biasa.

KrisanPhilia [Selesai] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang