Page 04🌼

169 19 0
                                    

--

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--

Hari ini akhir pekan, biasanya sebagian orang—atau bahkan hampir semua orang, memilih menghabiskan waktu liburnya tak jauh hanya dengan seputar kamar dan selimut. Tetapi, Johan memiliki perbedaan tersendiri. Biasanya, Mami dan Papi akan pulang ke rumah pada saat akhir pekan tiba.

Bukan hal aneh lagi, ketika pagi pada hari Sabtu ataupun Minggu, sepasang suami istri itu sama-sama tidur di atas sofa ruang tamu. Bukannya bangun tidur Johan dihadapkan dengan Mami yang memasak, dan Papi yang membaca koran—atau mungkin memberi burung peliharaan makan. Justru, pemandangan yang sudah nyaris puluhan tahun yang tidak pernah berubah—ketika Johan melihat paras wanita dan pria itu yang nampak kelelahan.

Bukan lelah karena bekerja. Mereka hanya lelah sendiri setelah menghabiskan waktu masing-masing meninggalkan rumah, hanya untuk kesenangan tersendiri. Terkadang, Johan mendapati Mami dengan pria lain, atau mungkin Papi dengan wanita lain. Sebenarnya—status mereka itu masih suami istri atau tidak, itu yang selalu Johan pertanyakan dalam benaknya.

Dengan rambut yang masih acak-acakan, Johan menuruni tangga yang membawanya langsung pada ruang tamu, sepasang mata kembarnya melihat keberadaan Mami dan Papi yang sama-sama tertidur. Johan menarik dua sudut bibirnya, saat melihat wajah mereka ketika tidur, terlihat sangat tenang. Tetapi, ketika sudah bangun, entah kenapa Johan merasa kesal.

"Punya Mami satu, kagak pernah masak sama sekali. Udah kaya kagak punya nyokap gua nih." Johan menggerutu sambil membawa langkah menuju dapur.

Dapur yang selalu rapi, nyaris tidak pernah tersentuh sama sekali alat masaknya. Johan sering membeli makanan di luar, padahal jika pun ia ingin memasak, tidak masalah. Skil masak Johan tidak begitu buruk juga, hanya saja Johan anaknya pemalas.

Kala—tenggorokannya terasa kering, Johan mendekati dispenser tanpa melihat jika galonnya sudah kembali kosong. Orang-orang rumah, memang tidak pernah memperhatikan, selain Johan sendiri.

"Tuh, punya bokap juga kagak pernah tuh lihat angkat galon. Sebenernya yang beban di sini tuh gua apa mereka sih," ujar Johan dengan jengkel. Ia mengambil galon yang sudah kosong itu, untuk dibawa keluar, biarkan kang galon lewat dan mengambilnya sendiri.

Johan membuka lebar-lebar pintu depan. Menghirup udara pagi yang terasa begitu segar. Meletakkan galon di samping pintu, Johan melangkah untuk membuka gerbang rumahnya setengah, agar tukang galon yang sering berkeliling komplek bisa melihat galon yang sudah kosong itu. Baru saja membuka gerbang, dari arah kanan, samar-samar Johan melihat tukang galon yang sering lewat. Karena mata minusnya, Johan tidak tahu jika itu Hariri yang tengah tersenyum lebar sambil menarik gas motornya lebih laju.

"Galon! Tunggu Mas, gua ambil dulu!" teriak Johan tanpa melihat lagi ke belakang.

Hariri menghentikan laju motornya di samping gerbang rumah milik Johan, menunggu kedatangan Johan yang tengah mengambil satu galon kosong.

KrisanPhilia [Selesai] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang