---
"Tolong copet! Copet!""Woy copet! Copet! Kejar! Kejar!"
"Berhenti lo copet!"
Seorang pemuda berlari dengan sebuah dompet ditangannya, ia mencoba menghindar dari kejaran warga. Hingga ia berhasil kabur, pemuda itu mengatur napasnya yang terengah-engah.
Setelah napasnya berangsur teratur, ia menatap dompet ditangannya dengan tatapan datar. "Gue benci pekerjaan gue, tapi kalau enggak gini. Gue dan adek gue enggak akan hidup. Emang siapa yang mau nerima anak yang bahkan belum lulus SMP?"
Ia terkekeh miris lalu mulai menghitung berapa uang yang ia dapatkan hari ini. "600 ribu, lumayan."
Setelahnya ia mengantongi uang tersebut, lalu membuang dompet yang telah kosong. Ia berjalan menuju tempat ia dan adiknya tinggal, sebuah gudang penyimpanan beras.
"Habis lakuin itu lagi, Bang?"
Baru saja kakinya menginjak lantai gudang, sebuah suara menyambut kedatangannya. Namun ia memilih tak menjawab pertanyaan tersebut.
"Bang Asa, cukup ya? Abang lebih baik mencari rezeki yang halal." Abiyasa Hidayat, pemuda yang memilih mencuri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta adiknya.
Mendengar itu, Abiyasa menatap sinis adiknya. "Tahu apa kamu tentang rezeki halal? Anak kecil sepertimu lebih baik belajar saja, tidak usah mencampuri urusan orang dewasa. Jangan sok menceramahi abang."
"Aku enggak bermaksud ceramahi bang Asa kok. Aku hanya ingin bang Asa berubah."
"Sudah abang katakan, tidak perlu ikut campur, Prasetya Nugraha. Abang capek, jangan buat bang Asa marah," ucap Abiyasa penuh penekanan.
"Oke, aku minta maaf, Bang Asa," kata Prasetya menunduk.
Tak lagi menjawab, Abiyasa memilih meninggalkan adiknya sendirian. Sedangkan Prasetya hanya mampu menghela napas panjang.
"Bagaimana caranya agar bang Asa menghentikan pekerjaan itu?" gumam Prasetya.
"Sudahlah, lebih baik aku pergi membeli makan. Pasti bang Asa laper. Setidaknya aku makan pakai uang beasiswa."
Prasetya berjalan dengan sesekali bersenandung kecil. Saat ingin menyebrang, matanya membulat melihat sebuah mobil yang melaju kencang kearah seorang pemuda. Dengan langkah cepat ia menarik tangan pemuda tersebut, yang mengakibatkan tubuh keduanya terguling ke pinggir jalan. Warga sekitar sontak beramai-ramai menghampiri Prasetya dan pemuda yang ia tolong.
"Kalian tidak papa, Nak?" tanya seorang wanita paruh baya.
"S-saya tidak papa, Bu," jawab pemuda yang Prasetya tolong, sedangkan Prasetya hanya menggeleng.
"Beneran? Enggak perlu ke rumah sakit?"
"Enggak perlu, Bu. Makasih. Maaf sudah membuat keributan."
"Ayok dek, naik ke punggung saya," ucap pemuda tersebut kepada Prasetya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KrisanPhilia [Selesai] ✓
Fiksi PenggemarNCT DREAM Lokal Krisan Philia, sebuah kisah singkat 7 kepala yang memiliki berisiknya masing-masing, namun mencoba bertahan selama mungkin. Menyatukan 7 kepala menjadi satu bukanlah hal yang mudah. Walau begitu, mereka memiliki tujuan yang sama. M...