Page 08🌼

128 18 0
                                    

___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___

"Ya Tuhan! Anak Mama kenapa kamu kelihatan gembel banget nak, habis dari mana sih." Ayu—Mama Cakra itu menepuk-nepuk baju dan celana Cakra bergantian. Padahal sama sekali tidak kotor. Cakra sendiri merasa kaget, lantaran sang Mama yang tiba-tiba sudah berada di rumah.

"Habis main di mana sih? Baru ditinggal Mama sama Papa beberapa bulan, kamu udah liar aja," tambah Ayu. Kini tangannya beralih menyingkap rambut Cakra yang terlihat kembali memanjang.

Cakra mempout-kan bibirnya kesal, seraya menghentikan usapan hangat dari tangan Ayu.

"Abis ngebolang, seru banget Ma! Tadi Cakra lihat pabrik, main layangan sama belajar di rumah temen," tutur Cakra antusias. Kini langkah mereka dibawa masuk ke dalam mansion.

"Hah layangan? Astaga kamu ini, sini lihat telapak tangannya." Ayu menarik dua tangan Cakra. Melihat dua telapak tangan anaknya yang terlihat baik-baik saja.

Cakra menarik napasnya pelan, menarik dua tangannya dari genggaman Ayu, seraya menuntun sang ibu untuk duduk.

"Tangan Cakra baik-baik aja kok, benangnya enggak bikin luka. Kapan-kapan Cakra ajak ke tempat main temen Cakra," ucap Cakra.

Wanita itu nampak tak puas, ia kembali melihat telapak tangan anaknya. Cakra sendiri hanya bisa menghela napas, ia rasa, dengan memberi tahu Ayu yang sebenarnya, justru sebuah masalah baru muncul. Baik Ayu ataupun Daniel—sang Papa, tidak pernah membiarkan Cakra bermain terlalu jauh dari area rumah.

Sebagai anak tunggal, Cakra nyaris mati kebosanan dalam rumah bak istananya itu. Kerap kali, Cakra melangsungkan niat untuk kabur dari sini, namun setelah dipikir lebih panjang lagi, akan tinggal di mana dirinya nanti. Cakra rasa, setelah ini, biarpun pikiran ingin kaburnya itu muncul lagi, Cakra memiliki pelarian sekarang.

Rumah Setya. Cakra akan pergi kesana, jika memang dalam keadaan yang mendesak.

"Temen kamu itu yang mana sih? Mama enggak pernah deh, lihat temen kamu. Bawa temen ke sini aja enggak pernah," ujar Ayu menatap Cakra.

"Mama lawak deh, Mama aja jarang di rumah. Gimana tahu Cakra bawa temen siapa aja," balas Cakra membuat Ayu terdiam.

"Udah deh Ma, jangan ba—"

"Permisi! Tante datang yuhuu Cakra!"

Cakra cekatan mengambil posisi berdiri, mendengar suara yang tak asing itu, membuat semangat dalam diri Cakra kembali hadir. Sementara Ayu, memilih menunggu kedatangan tamu yang memang sudah tak asing lagi, Cakra berlari membuka pintu besar mansion, sehingga eksistensi Rina—tak lain adalah Kakak ipar Ayu sudah berdiri di sana sambil menanteng dua paper bag besar.

"Hallo Tante!" Cakra memeluk wanita yang lebih tua dari Ayu itu, lalu menggandengnya, mengajak Rina untuk segera masuk dan bergabung duduk bersama Ayu.

KrisanPhilia [Selesai] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang