Page 14🌼

118 10 0
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


___

"Papi enggak ikut pulang, Mi?"

Dewi—wanita yang Johan sebut Mami itu, membalikan badannya yang semula terlentang di atas sofa, hanya untuk melihat anaknya saja yang bertanya dengan wajah khas orang bangun tidur.

Kembali membaringkan tubuhnya pada sofa, seraya menutup mata kembali, Dewi bergumam tidak jelas, namun masih bisa Johan tangkap suara Mami-nya itu.

"Papi kamu udah mabuk asmara sama artis papan atas, siap-siap aja kamu enggak punya Papi lagi," ujar Dewi terlihat biasa, seakan ucapannya tadi seperti hanya sebuah candaan belaka.

Johan yang baru saja mendudukan dirinya di samping Dewi, melotot kaget, bahkan jika boleh berlebihan, Johan merasa jantungnya hampir saja pindah ke dengkul.

"Mami kayanya masih mabuk deh, ngelantur gitu ngomongnya," timpal Johan.

Sebejat apapun sikap Mami dan Papi, Johan tidak akan pernah bisa rela, jika dua orang tuanya benar-benar berpisah. Meski hubungan Dewi dan Papinya—Erik, tidak sebaik hubungan orang tua orang lain pada umumnya, Johan rasa, sejak dulu Mami dan Papi tidak pernah memutuskan hubungan suami istri itu.

Dengan satu alasan, tak lain adalah karenanya. Johan lebih baik hidup seperti ini saja, daripada harus tinggal dengan salah satunya.

"Mami enggak ngelantur Jo, Papi kamu udah dari dulu jadi manager tuh artis, makanya jarang pulang ke rumah, udah betah dia," katanya lagi pada Johan.

"Haha. Mami lawak deh, dari dulu juga kalian 'kan sering gonta-ganti pasangan mulu, biar juga kalian suami istri, kalian sama-sama sering mainin orang, Papi juga enggak bakal lama-lama 'kan Mi mainin tuh cewek?"

Dewi membuka matanya, lalu membuang napas gusar. "Mami sama Papi, udah mutusin."

Alis Johan terangkat mendengarnya. Lalu tersenyum, mungkin pikir Johan, Mami dan Papi sudah sadar.

"Mutusin buat baikin hubungan kalian?" tebak Johan merasa yakin.

"Mutusin buat pisah."

Johan tertawa, namun tidak dengan debaran jantungnya yang tidak seiras dengan tawa puas yang anak itu tunjukkan. Pagi di ruang tamu yang hanya berisikan Dewi dan Johan saja, membuat atmosfer di sana terasa lebih panas.

Anak itu memutuskan untuk berdiri, lalu kembali memandangi Mami yang tengah meringkuk sambil menutup matanya kembali.

"Mami kayanya masih terpengaruh alkohol deh," gumam Johan lalu segera meninggalkan Dewi sendirian.

Pekan akhir memang selalu memiliki kejutan. Johan rasa, sekarang ia harus memiliki kebiasaan untuk pergi ke luar rumah, daripada hibernasi seperti beruang. Pagi menjelang siang ini, Johan berjalan kaki keluar dari komplek perumahannya itu sambil sesekali bersiul, memasukkan dua tangannya ke dalam celana training.

KrisanPhilia [Selesai] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang