—
Cuaca hari kamis ini, entah kenapa terasa begitu panas. Apalagi ketika melihat dua anak curut itu yang tengah berdiri di depan tiang bendera sambil cekikikan, sambil sesekali menggerakkan pinggul dan punggungnya membuat kepala Pak Ceye semakin ingin menyemburkan bara api.
"Johan! Hariri! Saya bilang tadi apa, hormat, bukan pargoy!" teriak Pak Ceye dari lantai atas sambil menutupi kepalanya dari paparan sinar matahari menggunakan buku paket.
Johan dan Hariri kompak mendongakkan kepala, tersenyum mengejek pada Pak Ceye, lalu pandangannya kepada pada titik awal. Tadinya, Hariri mengajak Johan kabur saja, mengingat Pak Ceye hanya memperhatikan dari lantai atas, jika pun mereka kabur, akan membutuhkan waktu lama untuk Pak Ceye mengejar dua anak biang onar, SMA negeri 1 Cakrabuana itu.
Tetapi, kali ini Johan tidak ingin menambah kemarahan Pak Ceye, katanya kasihan udah makin tua, nanti rambutnya tambah beruban. Sebenarnya alasan Johan tidak begitu, ia hanya malas saja, kabur-kaburan dari hukuman juga ujungnya pergi ke tempat yang sama, jika tidak ke kantin, ya perpustakaan.
"Pegel kaki gua, kabur aja yuk. Lo jangan kerasukan setan rajin deh, jangan ikut-ikutan jejak si Fauzan sama si Re Arendra itu!" ujar Hariri dengan suara melengking.
"Berisik banget mulut lo astaga! Gua males, ke kantin nanti disusul Pak Ceye, ke warjok harus manjat dinding, pergi ke perpus nanti ketemu sama si ketos nyebelin itu, terus kalo kita lagi sial, lo mau ketemu sama si Re nyebelin reee? Hah?!"
Hariri meringis mendengar bentakan Johan, benar juga, jika mereka bertemu secara langsung dengan dua orang itu. Hariri rasa, ia perlu menenggelamkan diri saja.
Baru saja Hariri ingin membalas ucapan Johan, suara Pak Ceye lebih dulu terdengar.
"Kalian kang onar mending sekarang masuk ke kelas deh! Udah mau ujian juga mending pada tobat, saya sumpahin kalian ketempelan jin nya si Fauzan sama si Re, murid kebanggaan saya!" teriak Pak Ceye.
"Ih amit-amit, gua mending ketempelan jin Tomang," lontar Hariri.
Mereka masih sama, Hariri yang banyak berbicara, dan Johan yang sering emosi meladeninya. Namun sekarang, dibanding musuh, mereka terlihat seperti teman akrab dan bahkan bestie—kalau kata Nova mah. Hariri dan Johan berjalan bersama, tanpa adanya adu mulut lagi.
Kaki mereka, masing-masing melangkah dengan tempo yang sama menuju perpustakaan. Mereka memutuskan untuk bermain game dengan menggunakan password wifi perpustakaan yang tidak dikunci, sekaligus mencari udara segar dari AC setelah berlama-lama berperang dengan sinar matahari yang menyorot sangat panas hari ini.
Awalnya masih biasa, namun tak berlangsung lama saat Hariri tidak sengaja menyenggol bahu Re yang tengah berjalan berlawanan. Tangan Re yang semula memegang kaleng bekas wafer pun terjatuh, bersamaan dengan isinya yang keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
KrisanPhilia [Selesai] ✓
FanficNCT DREAM Lokal Krisan Philia, sebuah kisah singkat 7 kepala yang memiliki berisiknya masing-masing, namun mencoba bertahan selama mungkin. Menyatukan 7 kepala menjadi satu bukanlah hal yang mudah. Walau begitu, mereka memiliki tujuan yang sama. M...