Aku kasih peringatan lagi, ya. bahasa di sini bener-bener frontal tanpa sensor, semua kalimat jorok, mesum, kasar, bertebaran di sini. harap, bagi kalian yang risi dan tidak nyaman, silakan tinggalkan lapak ini tanpa meninggalkan komentar yang menyakitkan. terima kasih.
***
BANGUN dalam keadaan sadar setelah mabuk sungguh hal yang menyebalkan. Selain diserang pening yang hebat dan juga rasa mual, Helza harus dibuat panik ketika ia bangun di tempat yang tidak ia kenal. Sebuah kamar hotel dengan desain minimalis menjadi hal pertama yang Helza lihat ketika ia membuka mata. Perempuan itu mengerjap beberapa kali demi memperjelas penglihatannya. Tidak ada siapa-siapa di sana, Helza sendirian dengan pakaian lengkap yang ia pakai kemarin. Aman, Helza tidak dibungkus dan diperkosa. Terima kasih kepada siapa pun yang telah mengantarnya untuk menginap di sini tanpa melakukan pelecehan seksual.
Meraih gagang telepon, Helza menghubungi resepsionis hotel tersebut. Ia menanyakan info orang yang membawanya kemari. "Cowok, Kak. Masih muda. Kayaknya turis, soalnya bicaranya pakai English," kata si resepsionis.
"Oh, okay. Terus reservasi kamar atas nama siapa? Udah dibayar belum, ya?" tanya Helza.
"Atas nama Kakak sendiri, Helza Iswari Salazar. Kartu Identitas kakak masih di kami dan akan diberikan saat check out. Untuk kamar yang disewa, sudah dibayar lunas, Kak."
Helza mengangguk-angguk, sepertinya orang yang membawanya kemarin mendapatkan KTP Helza dari sling bag. "Oke kalau gitu, Mbak. Saya minta tolong buat belikan obat pengar, ya. Dan kalo enggak salah, hotel ini dekat sama Mall ya?"
"Benar, Kak. Ada yang bisa kami bantu?"
"Saya kayaknya mau beli pakaian olahraga, nanti biar dikirim gosend ke sini. Nanti minta tolong housekeeping antar sini, ya?"
"Baik, Kak. Ada lagi yang bisa kami bantu?"
"Cukup, Mbak. Makasih ya."
Sekitar empat puluh menit menunggu, housekeeping datang membawa pesanan Helza. Ada menu sarapan yang langsung Helza santap cepat. Usai sarapan, Helza meminum obat pengar kemudian masuk ke toilet untuk membersihkan diri.
"Bibir gue enggak dower atau sobek, berarti enggak ada yang cium gue. Leher sama dada gue aman dari hickey. Enggak ada yang cupang gue. Thanks God," gumam Helza lega. Meskipun nakal, Helza masih punya harga diri. Dia tidak suka disentuh oleh orang asing, bahkan terkadang, oleh pacarnya pun sendiri Helza tidak mau.
Bad girl. Banyak orang yang menyematkan sebutan itu pada Helza karena ia yang sering merokok, mabuk, dan bicara mesum. Helza tidak keberatan disebut begitu, dia memang nakal. Tetapi Helza bukan jablay. Nakal dan jablay beda, ya. Catat itu.
Helza tidak seburuk yang orang katakan, tapi tidak sebaik yang dipikirkan. Ia memang perokok, pemabuk, dan sering berbicara mesum, padahal kenyataannya Helza tidak mesum-mesum amat. Setiap kalimat mesum yang Helza keluarkan adalah lelucon saja untuk membuat Dara dan Aruna tertawa.
Helza menyukai bokong padat? Ya itu benar. Tetapi, Helza tidak melihat cowok dari bokongnya saja. Itu hanyalah alasan bagi Helza untuk melukai harga diri cowok yang hanya memandang perempuan dari fisiknya saja. Semacam ajang balas dendam, Helza ingin para cowok bajingan itu mengerti, bahwa tidak hanya cowok yang bisa tertarik pada perempuan berdada dan berpantat besar, melainkan perempuan juga bisa melihat cowok dari fisiknya.
Sedikit bercerita, tahun lalu Helza dikenalkan dengan seorang cowok bernama Marko. Marko adalah anak dari teman Maminya. Mami Helza, Nyonya Hannah, memiliki banyak teman. Dan dari salah satu temannya itu, ada yang mengusulkan perjodohan. Jadilah Helza dijodohkan dengan Marko, cowok yang usianya dua tahun di atas Helza.