When Arash said that Helza is the coolest girl he's ever met, Arash means it. Helza bukan tipe perempuan yang pemalu, mudah terayu, atau bahkan mudah jatuh cinta pada orang baru. Itu tampak jelas dari sikap perempuan itu yang selalu bicara tegas, singkat dan to the point.
Semalam, Arash mengirim pesan pada Helza setelah mendapatkan nomor perempuan itu dari Mamanya. Arash tahu ia tidak sopan karena tidak meminta izin Helza terlebih dahulu, tapi sebetulnya Arash sengaja.
Ia ingin tahu, apakah Helza akan mengabaikan pesannya atau bahkan memakinya ketika perempuan itu tahu bahwa Arash menghubunginya tanpa izin. Dan mengejutkan, ketika Helza masih mau membalas pesannya meski hanya berisi kalimat singkat.
Katanya, perempuan itu bangun pukul enam lebih enam, jadi Arash memasang alarm pukul lima. Di dering pertama Alarm berbunyi, Arash bangun dengan mudah. Cowok itu memutuskan untuk berolahraga ringan dengan Papanya sebentar sebelum kemudian kembali ke kamar tepat pukul enam pagi.
Arash raih ponselnya, ia membuka beberapa akun sosial medianya hanya untuk mencari hiburan. Ketika jam menunjukkan pukul enam lebih lima, Arash segera membuka ruang obrolnya dengan Helza.
Good morning, pesan itu Arash kirim di jam enam lebih enam. Arash diam mengamati profil Helza, sedikit berdebar ketika akhirnya Helza online dan membaca pesannya. Akankah Helza membalas pesannya?
Namun alih-alih membalas pesan, Helza justru meneleponnya. At the same second, Arash lost his breath.
Baru di dering kedua Arash mampu menggerakkan ibu jarinya untuk menerima panggilan itu, ia berdesir ketika suara seksi Helza terdengar detik berikutnya. “Nice flirting, Arash,” kata Helza. Arash merasa pipinya memanas begitu juga telinganya.
See? Sudah Arash bilang kan, bahwa Helza perempuan paling keren. Di saat perempuan lain mungkin butuh waktu untuk meredakan salah tingkahnya setelah membaca pesan Arash—yang seniat itu—tetapi beda dengan Helza. Perempuan itu meneleponnya, dan sialnya, malah Arash yang kini salah tingkah karena ucapan Helza.
***
“Lo mau dijemput jam berapa?” tanya Arash setelah sebelumnya cowok itu tertawa atas sindiran Helza.
Dijemput? Helza mengernyit, dijemput ke mana? Perasaan ia tidak mempunyai janji dengan cowok ini—astaga! Helza hampir saja lupa, ini hari Minggu. Hari di mana ia menjanjikan akan mengantar Arash untuk memilih Husky yang hendak cowok itu adopsi.
“Rumah Gogie buka jam sepuluh, Rash,” kata Helza selagi bangun dari posisi rebahannya. “Berangkat siang enggak masalah, sih. Dan lo enggak harus jemput gue. Gue bisa berangkat sendiri, kita ketemu di sana aja. Nanti gue share Alamat rumah Gogie ke elo.”
“No, gua jemput lo. Gue yang minta antar, enggak lucu kalo kita berangkat sendiri-sendiri.” Arash bersikeras. “Jam sebelas gimana?”
Helza sedikit keberatan, ia sebenarnya tidak mau satu mobil dengan Arash. “Emm…, oke jam sebelas.”
Telepon itu Helza matikan setelah sepakat bahwa Arash akan menjemputnya pukul sebelas. Helza terdiam di kasur, menatap layar ponselnya yang belum padam. Ada dua alasan yang membuat Helza enggan berdekatan dengan Arash.
Arash mempunyai tiga poin yang Helza tentukan dalam memilih cowok idaman.
Kalem, cowok itu tidak banyak bicara. Seperti yang pernah Helza bicarakan dengan Dara dan Aruna. Cowok modelan Arash, mempunyai bibir yang didesain untuk jago ciuman. Bukan jago bacot. He’s a good kisser, Helza yakin seratus persen.