ARASH sedang merasa jengkel terhadap temannya, Bastara. Sejak kemarin, cowok gila itu menanyakan hal-hal konyol padanya. Bastara menanyakan seberapa besar air mata gajah, lalu tak lama kemudian menanyakan apakah Arash menjual anak gajah? What the hell...
Arash mengerti, Bastara sangat mencintai Dara hingga apa pun yang gadis itu mau, Bastara pasti akan membelikannya. Arash kira, Dara adalah manusia terkonyol dan gila yang pernah ia temui, tapi ternyata, ada Bastara yang sama gilanya atau bahkan lebih gila! Baiklah, mendedikasikan seluruh waktunya untuk Dara, memberikan semua uang untuk Dara, tidak masalah.
Namun, membelikan anak gajah? Arash rasanya ingin membenturkan kepala Bastara pada permukaan aspal. Anak gajah memang lucu saat kecil, Dara bisa merawatnya, tetapi Arash yakin, Dara mungkin saja akan mati tertindih bokong gajah karena gadis itu yang nanti akan terlalu kecil jika berhadapan dengan gajah dewasa. Lagi pula, mengapa Bastara terus mendesaknya dengan pertanyaan mengenai gajah? Apakah wajah Arash terlihat seperti pawang gajah?!
"Dua jam, kerjakan dalam dua jam, saya bayar lima kali lipat." Arash menoleh pada Bastara yang kini mondar-mandir sambil memegangi ponsel di telinga, kini cowok gila itu tengah menghubungi toko boneka yang menerima custom. Karena tidak mendapatkan anak gajah sungguhan, jadi Arash tadi menyarankan Bastara untuk membeli boneka gajah saja.
"Masa enggak bisa?! Harusnya bisa dikerjakan sama orang banyak?! Astaga lelet banget, sih." Bastara jarang sekali marah, dan kini, melihat cowok itu marah-marah karena toko tersebut tidak bisa membuat gajah jumbo dalam waktu dua jam, Arash jadi merasa kasihan pada pegawai toko. "Ya sudah, dua hari. Pagi-pagi akan saya ambil ke sana."
Arash geleng-geleng kepala, ia meraih remot lalu membuka youtube dan memutar playlist lagu popular 2023. Sejak pulang sekolah, Arash diseret ke rumah Bastara karena katanya cowok itu butuh bantuannya. Arash tidak mengira, bahwa bantuan yang Bastara inginkan adalah mencari anak gajah. Hell, ia baru saja mencuri anjing Mamanya, Arash tidak mau melakukan pembelian ilegal lagi demi Dara. Ngomong-ngomong soal Dara, gadis itu tidak ada di sini karena menghindari Bastara. Sepertinya ada sedikit masalah dalam hubungan mereka, melihat Bastara yang tampak gelisah, Arash jadi merasa kasihan. Cowok itu pasti takut ditinggalkan oleh Dara. Mengingat Bastara yang sudah sangat bergantung pada Dara, Arash rasa cowok itu pasti akan sungguhan gila jika Dara memutuskan hubungan mereka. Poor Bastara.
"Ponsel lo bisa meledak kalo terus-terusan dipakai telepon Dara," sindir Arash ketika—entah untuk ke berapa puluh kali dalam hari ini—Bastara mencoba menghubungi Dara. "Mungkin Dara lagi butuh waktu buat sendirian, biarin aja dulu. Dari apa yang gue perhatikan, Dara bukan tipe orang yang menjauh tanpa alasan. Kalau lo merasa enggak punya salah ke dia and there's nothing wrong with your relationship, itu artinya Dara yang punya masalah dengan dirinya sendiri, bisa juga masalah keluarga or something yang enggak berkaitan dengan lo. Sadar, Bar, Dara punya kehidupan lain, dan enggak semua hal tentang kehidupan pribadi dia bisa diceritakan ke elo. Just give her a moment."
Bastara duduk selagi membuang napas keras-keras lalu menjambak surainya sendiri. "Gua cuma khawatir, dari kemarin dia murung dan enggak nafsu makan. Gua takut dia sakit."
"Sambil nunggu that fucking elephant doll selesai, enggak ada salahnya juga kasih Dara waktu dua hari buat me time." Arash memutar bola mata ketika Bastara meliriknya sinis setelah satu detik ucapan Arash selesai. "What? Gue udah coba kasih saran."
"Saran dari lo enggak berguna, orang yang cuma tahu cara buka baju perempuan di kasur, enggak akan paham tentang hubungan pacaran normal," sindir Bastara sebal.
Arash mendengus, ia mengeluarkan ponsel dari kantung celananya, membuka ruang obrolnya dengan Helza, Arash mulai mengetik.
Anda: what u do?