[04]

569 74 0
                                    

Delynn sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Pagi ini, ia mengenakan jaket kulitnya karena cuaca kurang bersahabat—hujan deras dengan angin kencang. Tak lupa, ia mengambil payung yang tergantung di dekat pintu.

Saat ia berjalan keluar rumah, matanya secara otomatis mencari sosok Lily di pinggir jalan, tempat mereka biasanya menunggu bus bersama. Namun, Lily tidak terlihat di sana.

"Hmm, mungkin dia belum keluar," pikir Delynn sambil melangkah menuju halte.

Hujan semakin deras, dan angin bertiup lebih kencang, membuat payung Delynn sesekali bergoyang tak menentu. Ketika sampai di halte, ia berdiri di bawah atap kecil, menghindari tetesan hujan yang membasahi kakinya.

Beberapa menit berlalu, dan Lily masih belum muncul. Delynn mulai merasa cemas, meski ia tidak ingin mengakuinya. Kebersamaan mereka selama beberapa hari terakhir membuatnya terbiasa dengan kehadiran Lily di pagi hari.

"Kenapa dia belum datang?" pikirnya dengan sedikit kekhawatiran.

Ketika bus sekolah akhirnya tiba, Delynn melirik ke arah rumah Lily sekali lagi, berharap melihat gadis ceria itu berlari menghampirinya. Tapi jalanan tetap kosong, hanya dihiasi oleh tetesan hujan yang terus turun tanpa henti.

Dengan berat hati, Delynn naik ke bus dan duduk di tempat biasanya. Ia berharap Lily baik-baik saja dan mungkin akan muncul di sekolah nanti. Namun, perasaan aneh kembali merayap di dalam dirinya—perasaan kehilangan sesuatu yang baru saja ia sadari penting. Tanpa nomor telepon untuk menghubungi, Delynn hanya bisa berharap semua baik-baik saja.

***

Delynn tiba di sekolah, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Lily. Kekhawatirannya semakin bertambah, tetapi ia berusaha untuk tetap tenang. Ia berjalan menuju kelasnya dan duduk di tempat favoritnya, di sudut kanan nomor tiga dari depan dekat jendela.

Pelajaran pertama pun dimulai, Fisika dengan Miss Feni sebagai gurunya. Namun, Lily tak kunjung kelihatan. Sepanjang pelajaran, Delynn merasa tidak bisa fokus, matanya sesekali melirik pintu kelas, berharap melihat Lily masuk dengan senyum cerianya.

Saat bel istirahat berbunyi, Shasa menghampiri Delynn dengan ekspresi penasaran. "Delynn, kamu lihat Lily nggak? Dari tadi pagi kok nggak kelihatan ya?" tanyanya dengan nada cemas.

Delynn menggelengkan kepalanya, "Enggak, tadi pagi juga dia nggak ada di tempat biasa."

Shasa mengerutkan kening, "Aneh banget, biasanya dia selalu semangat ke sekolah. Apa mungkin dia sakit atau ada urusan lain?"

"Entahlah," jawab Delynn singkat, meskipun di dalam hatinya, ia merasa lebih khawatir dari yang ia perlihatkan.

Shasa mencoba menenangkan Delynn, "Mungkin nanti kita bisa tanya ke guru atau teman-teman lain, siapa tahu ada yang tahu tentang Lily."

Delynn hanya mengangguk pelan, pikirannya masih dipenuhi pertanyaan tentang keberadaan Lily. Selama sisa pelajaran, Delynn terus memikirkan Lily dan berharap ia baik-baik saja.

***

Delynn tidak mood ke mana-mana saat ini. Biasanya, ia akan ke perpustakaan dan membaca buku saat waktu istirahat, tetapi pikirannya sedikit kacau. Duduk sendirian di kelas, ia merasa gelisah dan tidak bisa fokus pada apa pun.

Tak lama kemudian, pintu kelas terbuka dan Lily muncul di ambang pintu dengan seragam sekolahnya yang sedikit lembab. Delynn langsung menoleh, hatinya sedikit lega melihat Lily.

Flashlight [Lilynn] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang