Hari demi hari berjalan dengan baik dan Lily semakin akrab dengan Delynn dan teman-temannya yang lain, meskipun Delynn belum banyak bicara. Kedekatan mereka tumbuh perlahan, membawa kehangatan dan kebahagiaan dalam setiap kebersamaan. Siang itu, Lily, Delynn serta Shasa, Nayla, Nala, Lana, Nachia, Regie, Trisha, Mooren, dan Ribka tengah menyantap makan siang di kantin bersama.
"Oh iya, Lily. Coba ceritain dong kegiatan kamu waktu tinggal di New Hampshire," ucap Shasa memecah keheningan dikala makan.
"Iya nih, cerita dong," lanjut Nachia.
"Aku liat-liat di Google, disana ada danau yang cantik dan gunung-gunung yang indah," timpal Nala.
"Iya, rumahnya juga cantik-cantik," tambah Lana.
"Ceritain dong, Ly. Jadi penasaran," Ribka penasaran.
Lily tersenyum, menelan suapan terakhir makan siangnya sebelum mulai bercerita. "Di New Hampshire, aku sering menghabiskan waktu di sekitar danau. Danau Winnipesaukee adalah tempat favoritku. Kami sering pergi ke sana saat musim panas untuk berenang dan berperahu. Pemandangannya benar-benar indah, dan airnya sangat jernih."
Teman-temannya mendengarkan dengan antusias. "Wah, pasti seru banget ya," kata Trisha, matanya berbinar.
"Benar. Selain itu, aku juga suka hiking di gunung. Gunung Washington adalah yang paling terkenal di sana. Pemandangan dari puncaknya luar biasa, kalian bisa melihat hamparan hutan yang tak berujung," lanjut Lily dengan semangat.
"Kalau musim dingin gimana?" tanya Regie, mencondongkan tubuh ke depan dengan penasaran.
"Musim dingin di sana sangat dingin, tapi juga menyenangkan. Aku sering main ski di Gunung Sunapee. Awalnya sulit, tapi lama-lama aku jadi jago," jawab Lily dengan bangga.
"Dengar-dengar rumah di sana juga bagus-bagus," kata Lana, mengingat komentar sebelumnya.
"Iya, rumah-rumah di sana kebanyakan bergaya klasik dengan halaman yang luas. Kami tinggal di rumah kayu yang dikelilingi pohon-pohon besar. Saat salju turun, pemandangan di sekitar rumah jadi seperti negeri dongeng," Lily menambahkan, senyum hangat menghiasi wajahnya.
Delynn yang sedari tadi diam saja, memperhatikan Lily dengan pandangan lembut. Melihat teman barunya yang kini tengah bercerita dengan semangat membuatnya merasa lebih dekat.
"Aduh, aku jadi pengen banget ke sana deh," kata Shasa, menepuk-nepuk tangannya.
"Siapa tahu suatu hari nanti kita bisa liburan bareng ke New Hampshire," ujar Lily dengan semangat, membuat semua temannya bersorak gembira membayangkan kemungkinan itu.
Percakapan mereka terus berlanjut, diiringi tawa dan cerita yang menghangatkan hati. Mereka semakin merasa seperti sebuah keluarga, saling mendukung dan berbagi dalam setiap kesempatan. Dalam kebersamaan itulah, Lily merasa benar-benar diterima dan Delynn pun perlahan mulai membuka diri, menunjukkan bahwa persahabatan mereka semakin kokoh dari hari ke hari.
***
Saat di bus dalam perjalanan pulang, seperti biasa Delynn hanya diam menatap jendela, menikmati pemandangan yang berlalu. Sementara itu, Lily tampak berpikir, merencanakan kegiatan untuknya dan Delynn di sore hari nanti. Lily berencana untuk mengajak Delynn bersepeda keliling komplek, namun ia ingin memastikan dulu apakah Delynn punya kegiatan lain sore ini.
"Delynn, kamu ada kegiatan nggak sore ini?" tanya Lily dengan senyum lebarnya, memecah keheningan di antara mereka berdua.
Delynn menoleh, sedikit terkejut dengan pertanyaan Lily. "Nggak ada, kenapa?" jawabnya singkat namun dengan nada penasaran.
Lily semakin bersemangat. "Aku ada ide! Gimana kalau kita bersepeda keliling komplek sore ini? Cuacanya sepertinya akan cerah dan bakal seru banget."
Delynn berpikir sejenak, membayangkan betapa menyenangkannya ide itu. "Bersepeda keliling komplek? Hmm, sounds fun. Boleh juga," jawabnya sambil tersenyum tipis, menunjukkan ketertarikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flashlight [Lilynn]
Ficção AdolescenteDelynn, seorang gadis SMA yang dikenal dengan sikapnya yang dingin, menemukan dunianya perlahan berubah ketika Lily, seorang gadis yang ceria dan baik hati, menjadi tetangga dan teman sekelasnya. Meskipun awalnya Delynn menolak, kehangatan dan kebai...