Namun, tidak semua orang senang dengan sikap Delynn yang baru ini, terutama murid-murid lain di sekolah yang merasa cemburu atau tidak suka melihat perubahan pada Delynn. Di koridor, beberapa siswa berbisik-bisik sambil menatap Delynn dan Lily dengan tatapan tidak bersahabat.
"Hei, lihat siapa yang tiba-tiba jadi ramah," bisik salah satu siswa, Mira, kepada temannya, Juno.
"Ya, sejak kapan Delynn jadi orang yang menyapa duluan? Pasti karena Lily," Juno menimpali dengan nada sinis.
"Dia cuma berpura-pura baik," kata siswa lain, Armira, dengan nada meremehkan.
Delynn dan Lily mendengar bisikan-bisikan itu, namun mereka memilih untuk tidak memperdulikannya. Mereka terus berjalan menuju kelas, berusaha untuk tetap fokus pada hal-hal positif.
Setibanya di kelas, teman-teman dekat mereka, Shasa, Lana, Fritzy, Regie, Erine, Nachia, Nala, dan Aralie menyambut mereka dengan hangat.
"Abaikan saja mereka, Delynn," kata Shasa, berusaha menghibur temannya.
"Ya, mereka hanya iri melihatmu berubah jadi lebih baik," tambah Lana.
"Aku tahu. Terima kasih, teman-teman," jawab Delynn dengan senyum tipis.
Regie menatap Delynn dan Lily dengan penuh pengertian. "Kalian sudah melakukan hal yang benar. Jangan biarkan orang lain menjatuhkan kalian."
Erine yang ceria menambahkan, "Ayo kita fokus saja pada pelajaran dan kegiatan kita. Kita semua ada di sini untuk saling mendukung."
Nachia mengangguk setuju. "Benar, dan ingat, kamu punya kami yang selalu mendukungmu, Delynn."
Nala menambahkan, "Kita akan selalu ada di sini untuk satu sama lain."
Aralie tersenyum, "Ya, kita adalah tim yang kuat."
Delynn merasa hangat mendengar dukungan dari teman-temannya. Ia menatap Lily dengan penuh rasa syukur. "Terima kasih, semuanya. Dengan kalian di sisiku, aku merasa lebih kuat."
Bel pelajaran berbunyi, menandakan dimulainya pelajaran pertama hari itu. Miss Olla masuk ke kelas untuk memulai pelajaran sosiologi. "Selamat pagi, anak-anak. Hari ini kita akan melanjutkan diskusi tentang perubahan sosial dalam masyarakat."
Pelajaran berjalan dengan baik, meskipun Delynn masih merasakan tatapan sinis dari beberapa siswa lain di kelas. Namun, dengan dukungan dari teman-temannya, ia merasa lebih mampu menghadapi segala tantangan.
***
Saat jam istirahat tiba, Delynn memutuskan untuk menyusul teman-temannya ke kantin. Sambil berjalan di koridor, ia melihat seorang siswi yang kesulitan membawa banyak buku. Siswi itu terlihat kewalahan, dan beberapa buku hampir jatuh dari tangannya.
Delynn segera menghampiri dan menawarkan bantuan. "Hei, butuh bantuan?" tanyanya dengan ramah.
Siswi itu, yang bernama Maya, menatap Delynn dengan waspada. "Tidak, terima kasih. Aku bisa mengatasinya sendiri," jawabnya dengan nada datar.
Delynn tersenyum dan mencoba meyakinkan. "Aku hanya ingin membantu. Membawa banyak buku seperti itu pasti berat."
Namun, Maya menggeleng dan melangkah mundur sedikit. "Aku lebih nyaman melakukannya sendiri, Delynn."
Merasa sedikit tersinggung tapi berusaha untuk tidak memperlihatkannya, Delynn mengangguk pelan. "Baiklah, kalau begitu. Kalau butuh bantuan kapan saja, jangan ragu untuk bilang."
Maya hanya mengangguk singkat sebelum melanjutkan perjalanannya dengan susah payah. Delynn menatapnya sejenak sebelum berbalik dan melanjutkan langkahnya menuju kantin. Di sana, ia melihat teman-temannya duduk di meja biasa mereka, tertawa dan bercanda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Flashlight [Lilynn]
Fiksi RemajaDelynn, seorang gadis SMA yang dikenal dengan sikapnya yang dingin, menemukan dunianya perlahan berubah ketika Lily, seorang gadis yang ceria dan baik hati, menjadi tetangga dan teman sekelasnya. Meskipun awalnya Delynn menolak, kehangatan dan kebai...