Adeline Adiwijaya, yang biasa dipanggil Delynn, duduk di ujung meja makan dengan tatapan kosong yang mengalihkan pandangan ke jendela besar yang menghadap ke taman belakang rumah. Di sisi kanannya, duduk Hendra Adiwijaya, ayahnya yang gagah dengan wajah yang penuh semangat, sementara di seberangnya, Raline Wijaya, ibunya yang anggun dengan senyum lembut di wajahnya.
Meskipun suasana ceria dari kedua orang tuanya terasa di sekelilingnya, Delynn tetap mempertahankan sikap dingin dan cueknya. Dia memotong roti dengan gerakan ringan, tanpa sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Tangannya bergerak dengan keahlian yang sama, tanpa terburu-buru atau tergesa-gesa, seolah-olah waktu berjalan lambat baginya.
Setelah selesai sarapan, Delynn berdiri dari kursinya dengan anggun. Dia mengambil sepatunya dengan gerakan yang terampil dan mengenakannya dengan rapi di dekat pintu. Tanpa banyak kata, dia mendekati kedua orang tuanya dan mencium tangan mereka satu per satu dengan sopan.
"Delynn berangkat ya, Ma, Pa" ucapnya singkat.
"Pulangnya mau papa jemput?" tawar sang ayah.
"engga usah Pa, naik bis aja" jawabnya singkat.
"Hati-hati ya nak, jangan bandel disekolah" pesan ibu.
Deylnn hanya menganguk tanpa menunjukkan ekspresi yang berlebihan. Kemudian, dengan langkah ringan, dia meninggalkan ruang makan menuju pintu depan rumah.
Di luar, di jalanan yang bersih dan tertata rapi, Delynn berdiri dengan anggun di depan rumahnya yang mewah namun berdesign minimalis. Dia menunggu bis sekolah datang dengan sikap tenang, seolah-olah tidak terpengaruh dengan kekayaan dan status sosial yang melingkupinya. Baginya, kesederhanaan adalah kekuatan, dan sikap dinginnya adalah perisai dari dunia luar yang keras dan penuh tekanan.
Dengan wajah yang tidak menunjukkan ekspresi yang jelas, Delynn berdiri di depan rumahnya. Rambut hitamnya tergerai lembut oleh hembusan angin pagi, dan matanya yang tajam memperhatikan sekeliling dengan sikap cuek yang melekat padanya. Sementara dia menunggu bis sekolahnya yang biasa, pandangannya tersentuh oleh kegiatan di seberang jalan.
Sebuah truk pindahan terparkir di depan rumah di seberangnya. Di sana, seorang ayah dengan kerja keras mengangkat kotak-kotak besar ke dalam truk, dibantu oleh seorang gadis cantik yang terlihat riang dan bersemangat. Gadis itu tersenyum sambil mengobrol dengan ayahnya, dan wajahnya bersinar cerah di bawah sinar matahari pagi.
Sosok gadis itu seakan membawa sedikit kehangatan dalam pagi yang sejuk, namun Delynn hanya melihatnya sebentar sebelum memalingkan pandangan. Seolah-olah tidak tertarik dengan kebaikan yang terpancar dari gadis tersebut. Ketika gadis itu melambaikan tangannya dengan ramah ke arahnya, Delynn hanya memberikan senyum setengah hati dan tidak ada respons yang nyata.
Segera, suara mesin bis yang sudah dekat memecah keheningan pagi. Tanpa membuang waktu lebih lama, Delynn dengan langkah tegap naik ke dalam bis yang sudah menunggunya. Meninggalkan belakangnya sosok gadis baik yang masih tersenyum dengan hangat di sana. Meskipun demikian, di balik sikap cueknya, mungkin ada kepingan hati yang tersentuh oleh kebaikan gadis tersebut.
Di dalam bis yang ramai itu, dengan kursi kosong di sudut paling belakang, Delynn duduk dengan sikap yang sama seperti sebelumnya: tanpa ekspresi yang jelas, dan pandangannya yang tajam menelusuri setiap gerakan di sekitarnya. Saat bis melaju, suasana semakin ramai dengan suara cekikikan dan obrolan antara teman sekelas dan teman dari kelas lain.
Tiba-tiba, sosok Moreen, teman sekelasnya, naik ke dalam bis. Dengan senyumannya yang hangat, dia mendekati Delynn di sudut belakang dan bertanya dengan ramah apakah boleh duduk di sampingnya.
"Delynn aku boleh duduk di samping kamu ga?" tanya Moreen tersenyum.
Namun, tidak ada jawaban dari Delynn, hanya sebuah lirikan tanpa ekspresi yang membuat Mooren ragu. Merasa tidak nyaman dengan keheningan itu, Moreen memutuskan untuk mencari tempat duduk lain, meninggalkan Delynn sendirian di sudut belakang bis yang sunyi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Flashlight [Lilynn]
Dla nastolatkówDelynn, seorang gadis SMA yang dikenal dengan sikapnya yang dingin, menemukan dunianya perlahan berubah ketika Lily, seorang gadis yang ceria dan baik hati, menjadi tetangga dan teman sekelasnya. Meskipun awalnya Delynn menolak, kehangatan dan kebai...