[05]

560 88 2
                                    

Setelah masuk ke rumahnya, Delynn menggantung payung di pintu masuk dan mengganti sepatunya dengan sandal rumah. Dia menuju dapur, di mana ibunya sedang menyiapkan makan malam.

"Sudah pulang, Delynn?" tanya ibunya sambil tersenyum.

"Ya, Bu," jawab Delynn singkat. Dia mengambil segelas air dan duduk di meja makan. Pikiran Delynn masih tertuju pada Lily. Gadis baru itu telah membawa warna baru dalam hidupnya yang biasanya datar.

Ibunya melihat putrinya tampak berbeda hari ini. "Kamu baik-baik saja, Nak? Sepertinya ada yang kamu pikirkan."

Delynn tersenyum tipis. "Hanya teman baru, Bu. Namanya Lily."

"Teman baru? Itu bagus. Apa kalian sudah akrab?" tanya ibunya sambil menyiapkan piring.

"Dia tetangga baru kita, Bu. Hari ini aku mengantarnya pulang karena dia tidak membawa payung," kata Delynn sambil menyeruput airnya.

Ibunya tersenyum lebar. "Kamu selalu baik hati, Delynn. Ibu bangga padamu."

Delynn hanya mengangguk. Setelah makan malam, dia kembali ke kamarnya. Dia duduk di meja belajarnya dan mulai mengerjakan PR. Pikiran Delynn terus melayang pada Lily dan pertemanan yang mulai terjalin di antara mereka. Meski Delynn dikenal sebagai gadis yang dingin dan cuek, dia merasakan ada sesuatu yang berbeda saat bersama Lily.

Di kamar sebelah, Lily juga memikirkan Delynn. Dia merasa beruntung bisa bertemu dengan seseorang yang, meski tampak dingin di luar, ternyata memiliki hati yang hangat. Lily berharap bisa menjadi teman yang baik bagi Delynn dan merasakan bahwa mungkin, kedekatan mereka bisa membawa perubahan positif dalam hidup Delynn.

Keesokan paginya, Delynn bangun dengan semangat baru. Setelah bersiap-siap, dia keluar rumah dan melihat Lily sudah menunggu di pinggir jalan, melambai dan menyapanya dengan penuh semangat seperti biasa.

"Selamat pagi, Delynn!" ucap Lily dengan hangat.

"Pagi," jawab Delynn dengan senyum tipis, sedikit lebih lebar dari biasanya.

Hari ini terasa berbeda. Kedekatan mereka semakin terasa. Mungkin hari-hari Delynn di sekolah yang elit ini akan menjadi lebih cerah dengan kehadiran Lily di sisinya. Mereka berdua naik bus bersama, duduk di tempat biasa mereka, dan bersiap menghadapi hari baru dengan semangat yang baru pula.

Di dalam bus, suasana ramai namun hanya Delynn dan Lily yang tidak bersuara. Lily pun mengajak Delynn berbicara untuk memecah keheningan antara mereka.

"Delynn..." Delynn hanya melirik ke Lily sekilas lalu kembali menatap jendela.

"Delynn, di antara banyak ekskul kemarin yang kita lihat, kamu minatnya di mana?" tanya Lily memecah keheningan di antara mereka berdua.

"Ga ada," jawab Delynn singkat.

"Loh? Kok ga ada sih, satupun?" tanya Lily lagi, memastikan.

"Iya," Delynn masih dingin.

"Jadi kalau begitu, hobi kamu apa kalau boleh tahu?" Delynn kini menatap Lily sedikit serius.

"Aku suka baca buku dan main game."

"Main game? Delynn, kamu serius suka main game?" Kini Delynn sedikit heran.

"Kenapa?"

"Aku juga suka main game," jawab Lily antusias. "Kamu suka main game apa, Delynn?"

"Beberapa game online," jawab Delynn singkat.

"Kalau gitu aku boleh minta WA kamu ga? Biar kita nanti bisa main game bareng."

Delynn tampak berpikir, lalu menangguk mengiyakan. Lily dan Delynn pun bertukar kontak, memudahkan mereka untuk terus terhubung.

Flashlight [Lilynn] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang