"Besok kita ke sana ya, Sha. Hari ini lo harus istirahat total, gue nggak mau lo makin drop," tutur Darren usai menjelaskan semuanya.
Natasha hanya mengangguk mengiyakan sambil berharap ia bisa segera menemukan keluarga dari pihak ibunya.
"Lo ada foto ibu kandung lo?" tanya Gavin hati-hati.
Natasha segera teringat pada pesan sang papa tentang kalung yang sudah disiapkan untuknya.
"Sebentar." Natasha segera turun menuju kamar Tiara.
"Dia mau ngapain? Perlu kita susul nggak?" tanya Sera khawatir.
"Nggak perlu. Gue yakin dia nggak akan macam-macam. Tunggu aja dulu, kalau dalam waktu sepuluh menit dia nggak naik, baru kita susul," jawab Darren.
Benar saja, tak sampai sepuluh menit, Natasha sudah kembali ke kamarnya membawa kotak merah dan map biru yang tadi malam ia tinggalkan di kamar Tiara. Ia kembali duduk di antara Darren dan Gavin lalu membuka kotak merah berselimutkan kain beludru lembut.
Sebuah kalung berbandulkan hati terlihat di dalamnya. Natasha membuka bandul kalung tersebut dan mendapati fotonya di sebelah kiri, lalu ada foto seorang wanita cantik di sebelah kanannya.
"Kata papa, ini foto mama kandung gue." Natasha memperlihatkan isi bandul tersebut kepada ketiga sahabatnya secara bergantian.
"Gue nggak pernah lihat wanita ini sebelumnya. Kalau kalian?" Gavin bertanya usai memperhatikan foto wanita cantik yang berada di dalam bandul kalung.
Sera dan Darren menggeleng serentak. Lalu mereka semua terdiam, berkutat dengan pikiran masing-masing.
"Gimana kalau besok kita sekalian cari tahu tentang wanita ini?" usul Sera memecah keheningan.
"Boleh, gue rasa orang yang tinggal di alamat itu juga tahu dimana keberadaan wanita ini," sahut Gavin.
Natasha hanya terdiam. Ia memandangi kalung pemberian Arya dengan tatapan kosong. Tepukan kecil di lengannya membuatnya kembali tersadar.
"Mau gue bantu pakaikan kalungnya?" tawar Darren.
"Ah, iya. Tolong ya." Natasha meletakkan kalungnya di tangan Darren dan membiarkannya memasangkan kalung tersebut.
"Makasih." Natasha mengusap bandul kalung yang sudah terpasang indah di lehernya.
"Sama-sama," balas Darren.
"Sha, lo belum cerita ke gue dan Darren tentang ini." Gavin memperbaiki posisi duduknya.
"Oh iya, jadi gini ...." Natasha mulai menceritakan semuanya dari awal ia dipanggil ke kamar Tiara hingga Raina datang memberikan surat terakhir dari Arya.
***
"Totalnya tiga ratus ribu ya, Mas."
"Bayar pakai e-wallet bisa kan, Mbak?"
"Bisa, Mas. Silakan di scan di sini ya." Sebuah mesin kecil terulur ke hadapannya.
Pria itu segera melunasi pembayaran dan berlalu menuju rumah baca miliknya. Ia baru saja membeli buku bacaan untuk melengkapi koleksi buku di rumah baca miliknya.
"Lala!" seru pria berusia dua puluhan dengan kemeja hitam dan celana denim berwarna senada.
Seorang perempuan berusia sembilan belas tahun berjalan cepat menuju pintu gerbang, tempat sang pria menunggu.
"Iya, Kak. Kenapa?" sahutnya setelah berada tepat di depan sang pria.
"Ini, saya baru saja beli buku-buku untuk melengkapi koleksi kita. Tolong di data dan disusun seperti biasa ya." Kedua plastik berisi buku itu segera berpindah tangan.
"Wah, banyak banget, Kak."
"Iya, satu plastik untuk anak-anak, yang satu lagi untuk remaja dan dewasa. Oh iya La, mama saya di mana?"
"Tadi Lala lihat ibu di taman belakang, Kak." Lala menunjuk ke arah yang dimaksud.
"Oke, makasih ya. Saya duluan." Langkahnya bergerak menuju taman belakang rumahnya.
"Noah! Sini!" Sebuah seruan dari jauh menerbitkan senyuman di wajah sang empunya nama.
"Iya, Ma. Noah datang." Ia kembali mempercepat langkahnya.
"Mama lagi ngapain?" Noah memperhatikan seksama wanita tercintanya.
"Ini, tadi ada kucing yang baru melahirkan. Coba deh, lihat. Imut kan?"
Noah mengangguk dan ikut tersenyum bahagia menyaksikan kebahagiaan yang terpancar di wajah ibunya.
"Kamu tadi dari mana?" tanya sang ibu.
"Aku dari toko buku, Ma. Beli buku baru untuk nambah koleksi di rumah baca. Mama udah makan belum?" Noah balik bertanya.
"Udah, tadi. Kamu sih, kelamaan." Bibir sang ibu mengerucut lucu.
Noah tertawa dan memeluk wanita hebatnya dari samping. "Maaf ya, Ma."
"Kak, gimana ya kabar adik kamu? Mama rindu dia." Pandangan sang ibu menerawang jauh ke masa lalu.
"Pasti dia udah besar. Cantik, putih, tinggi, pintar. Kira-kira dia mirip sama kamu nggak, ya?" Ia menoleh ke samping menatap putranya.
"Mirip. Pasti mirip, kan kami kembar." Noah tersenyum berusaha menenangkan sang ibu.
"Mama rindu dia. Kapan bisa ketemu dia ya?" Kembali, wanita hebatnya menanyakan hal yang sama. Noah hanya bisa terdiam menatap sendu wajah yang sudah mulai mengalami kerutan di beberapa titik wajahnya.
"Aku akan coba lebih keras lagi untuk cari dia, Ma. Mama bantu doa, ya." Tangannya terulur menggenggam tangan sang ibu yang hanya dibalas dengan anggukan.
Gue harus cari lo kemana, dik?
To be continued
![](https://img.wattpad.com/cover/365538455-288-k379476.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Terindah
Ficção AdolescenteKehilangan orang tercinta adalah hal yang tak diinginkan oleh siapapun. Namun, bagaimana jadinya jika kehilangan sosok ayah bertepatan dengan hari ulang tahun? Natasha merasa dunianya hancur seketika saat ia harus kehilangan ayahnya tepat di hari ul...