Matahari mulai menampakkan dirinya bersama semburat jingganya yang menghipnotis setiap netra yang memandanginya.
Natasha mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti biasanya. Ia tetap menjalankan tugas seolah ada Tiara di rumah. Karena, jika ia berani untuk tidak mengerjakan sama seperti biasanya, maka "hadiah spesial" akan Natasha terima dari Tiara saat ia kembali. Tentunya itu semua dengan laporan dari "CCTV terakurat" milik Tiara, Thalia Ivanka Karunansakara.
Natasha menghidangkan dua porsi nasi goreng seafood di atas meja makan. Tak lupa, dua gelas susu beserta roti tawar dan selai berbagai rasa yang sudah tersedia di atas meja makan.
Derap langkah menuruni anak tangga mulai terdengar. Natasha segera beranjak pergi menuju halaman belakang untuk menjemur pakaian, membiarkan kedua saudaranya menikmati sarapan dengan tenang tanpa kehadirannya.
"Asha!"
Natasha menoleh. "Kenapa Bang?"
"Masuk, lo sarapan bareng kami," titah Tristan.
"Nggak usah, Bang. Gue nanti aja, lagipula nasi gorengnya cuman dua porsi. Gue mau lanjutin jemur pakaian dulu." Natasha berbalik dan melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Tristan mendekati Natasha dan melepaskan kain yang dipegang Natasha.
"Ayo, sarapan. Gue nggak terima penolakan. Lo bisa makan nasi goreng punya gue."
"Gue alergi seafood, Bang."
"Lo bisa minum susu dan makan roti tawar," kekeuh Tristan.
"Gue juga alergi susu sapi dan roti tawar biasa, Bang," jelas Natasha sambil tetap tersenyum.
Tristan tergugu mendengar penjelasan Natasha. Ia baru tersadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui apapun tentang adiknya yang satu ini.
"Maaf, gue nggak tahu," sesalnya.
Natasha tersenyum dan menepuk lengan atas Tristan pelan. "Nggak apa-apa, Bang. Makasih udah mau ajak Asha sarapan bersama."
"Abang! Ayo, sarapan!" panggil Thalia dari ambang pintu.
"Udah dipanggil tuh, Bang. Abang lanjut aja, gue nggak apa-apa. Udah biasa kok," ucap Natasha dengan senyum manisnya yang dari tadi tak kunjung redup.
Senyuman dan tutur kata Natasha yang lembut membuat Tristan melemah. Semua hal kejam yang telah dialami Natasha selama ini, terputar kembali dalam benaknya.
"Udah, Abang sarapan aja sana." Natasha mendorong tubuh Tristan ke arah pintu lalu ia melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.
Setelah semuanya selesai, Natasha bergerak menuju dapur untuk memasak sarapan bagi dirinya sendiri. Namun, di atas meja dapur ia mendapati satu kardus susu kedelai murni dan sebungkus besar roti gandum. Sebuah notes pink di atas kardus susu menarik perhatian Natasha.
Diminum dan dimakan. Gue nggak mau repot kalau nanti lo sakit.
Natasha tersenyum bahagia membaca notes pink tersebut.
"Makasih abang," bisiknya.
***
"Diminum dulu obatnya, Pa." Tiara memberikan obat dan segelas air minum pada Arya yang langsung diminum dalam sekali tegukan.
"Besok ulang tahunnya Asha kan, Ma?"
Tiara mengangguk tak yakin.
"Tolong telpon Asha, Ma. Papa rindu," pinta Arya.
"Sebentar." Tiara mengambil ponselnya dan mulai menghubungi nomor Natasha.
Setelah tersambung, segera ia berikan ponselnya pada sang suami.
"Selamat pagi, putri Papa yang cantik ..." Bahagia terdengar jelas dalam nada bicaranya.
"Selamat pagi, Pa."
"Kakak sehat, Nak?"
"Sehat, Pa. Papa gimana? Udah membaik?"
"Udah Nak, makanya Papa bisa telepon Kakak. Besok Kakak ulang tahun, kan?"
"Iya Pa."
"Selamat ulang tahun, anak Papa. Semoga semua impian Kakak tercapai, ya. Semoga Kakak selalu bahagia dan sukses. Aamiin. Papa ucapin sekarang aja ya. Papa takut tiba-tiba drop lagi dan nggak bisa ngucapin besok."
"Papa kok ngomong gitu?" nada bicara Natasha terdengar sedikit bergetar. Terbersit sedih dan kesal dalam waktu yang bersamaan.
"Aduh, princess Papa jadi kesal. Maafkan Papa ya, Nak."
"Iya, tapi Papa jangan ngomong yang aneh-aneh lagi."
"Iya, Papa minta maaf ya. Oh ya, nanti Papa akan suruh Mama transfer uang untuk Kakak pergi makan-makan sama teman Kakak ya. Nanti kalau Papa udah pulang, kita rayakan ulang. Kita jalan-jalan ke Korea. Kakak mau ke sana kan?"
"Iya Pa, tapi Papa nggak usah pikirkan Kakak dulu. Yang penting Papa sehat dulu."
"Mana mungkin Papa nggak mikirin Kakak. Kakak itu princess-nya Papa."
Natasha terharu mendengar ucapan sang papa.
"Pa ...."
"Iya Sayang?"
"I love you, Pa."
"I love you more, My Princess."
Sebuah ketukan di pintu membuat percakapan mereka harus diakhiri.
"Udah dulu ya, Princess. Papa mau diperiksa lagi."
"Iya Pa, semoga Papa cepat sembuh. Kakak rindu Papa."
"Aamiin. Iya, Papa juga rindu Kakak. Udah dulu ya, Kak."
Panggilan pun berakhir. Tak berselang lama, sebuah notifikasi pesan masuk.
MamaSudah Mama transfer uangnya. Pakai secukupnya saja, jangan boros.
Asha
Iya, Ma.
Natasha bergegas setelah memastikan nominal uang di rekeningnya. Ia akan mengajak sahabatnya untuk membantunya menyiapkan acara kecil-kecilan untuk syukuran ulang tahunnya.
***
"Jadi, kita mau merayakan ini di sana langsung?" tanya Seraphina setelah menyimak ide Natasha.
"Iya. Ribet kalau mau membawa mereka ke tempat lain," jawab Natasha.
"Gue setuju sama lo, Sha. Itu lebih baik," timpal Darren.
"Urusan makanannya, serahkan ke gue," ujar Gavin.
"Oke, berarti semua udah aman, ya," tandas Natasha.
Ketiga sahabatnya mengangguk serentak.
Natasha tersenyum bahagia membayangkan acara ulang tahunnya yang akan diadakan pada esok hari.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Terindah
Fiksi RemajaKehilangan orang tercinta adalah hal yang tak diinginkan oleh siapapun. Namun, bagaimana jadinya jika kehilangan sosok ayah bertepatan dengan hari ulang tahun? Natasha merasa dunianya hancur seketika saat ia harus kehilangan ayahnya tepat di hari ul...