3. Kepergian

10 2 0
                                    

Hari ini adalah hari yang dinanti-nantikan. Semalaman suntuk Jagat bahkan tidak bisa tertidur karena harus memastikan sendiri seluruh persiapan tidak ada yang kurang dan berjalan sempurna seperti yang telah ia rencanakan sejak lama.

Tidak boleh ada kekurangan, tidak boleh ada kendala. Apapun yang terjadi ia akan menikah dengan Idelia dan membangun hubungan mereka dari awal lagi dan memastikan bahwa Arcan yang ia cintai akan selalu bahagia.

Benar. Semua usaha dilakukan hanya untuk memastikan bahwa hari ini akan terjadi.

Ketika waktu kian mendekati acara utama, Ega yang telah datang lebih awal kemudian menyeret Jagat untuk segera berdandan dan mengenakan pakaian pernikahan. Meyakinkan pria itu bahwa keadaan akan baik-baik saja tanpa harus memastikan secara langsung seperti orang yang tidak bisa menyewa para pekerja.

Perdebatan jelas tak terhindarkan namun pada akhirnya Jagat yang kalah memutuskan menjadi anak yang baik dan diam mengikuti setiap arahan.

"Terima kasih sudah datang." kata nya dengan senyuman terulas ketika mereka berdua telah berada di ruangan.

Selama dua jam, Jagat harus terjebak guna menuntaskan segala tuntutan atas penampilan. Telah dirias sedemikian rupa agar dapat tampil memukau puluhan pasang mata memandang yang akan jadi saksi dari pernikahan.

Rasa lelah kentara memang tidak bisa sepenuhnya tertutupi di wajah, namun kehadiran Ega sedikit banyak memberikan ketenangan tersendiri untuknya.

"Tentu saja aku harus datang. Aku belum ingin dipecat dan kehilangan pekerjaan."

"Sialan."

"Tetapi kau terlihat sangat tampan sekarang. Kau harus bahagia dengan keputusan mu, oke?"

Selagi mengatakan itu, tangan Ega kemudian bergerak membenahi bagian kerah dari tuksedo hitam yang dikenakan oleh Jagat secara perlahan. Memastikan bahwa pakaian sang sahabat telah sempurna dan tidak ada debu atau apapun yang menempel disana.

Jagat sendiri tidak keberatan dengan sentuhan yang diberikan, telah terbiasa dengan kehadiran ataupun perlakuan yang kelewat akrab.

Mereka sudah menghabiskan waktu bersama selama bertahun-tahun dan telah melalui berbagai keributan serta berselisih paham. Baik itu dari masalah yang kecil maupun besar.

Entah mengapa, Jagat merasa pernikahan ini membuatnya menjadi lebih dramatis dari biasanya. Hal-hal kecil membuat ia selalu ingin menitikkan air mata karena merasa begitu bahagia. Meskipun sampai akhir tetap menolak melakukan karena harga diri yang kelewat tinggi.

Pembicaraan pun berlanjut di antara keduanya. Saling membahas perihal masa lalu ataupun berbagai kenangan memalukan yang sempat dialami. Sebelum akhirnya Jagat teringat akan sang pasangan dan memutuskan bertanya langsung perihal keberadaan.

"Ega, saat datang tadi apa kau melihat Idelia juga?"

Sahabat nya menggelengkan kepala sesaat sebagai jawaban, "Mana mungkin. Seperti nya dia sudah bersama dengan kakak mu dan para pendamping pengantin wanita."

"Berarti dia datang kan? Aku lega."

"Apa ini? Kau meragukan pengantin mu mungkin tidak hadir pada hari pernikahan nya sendiri?"

Untuk sesaat segala macam ekspresi bahagia yang semula terpasang di wajah Jagat tergantikan dengan ekspresi keraguan.

"Bukan begitu, hanya saja— beberapa hari terakhir dia selalu menolak panggilan ataupun menemui ku. Jadi itu membuatku mulai berpikir yang tidak-tidak." ujarnya memberi penjelasan.

"Kalau hal tersebut bisa membuatmu merasa tenang aku akan memastikan nya sendiri untukmu. Tunggulah disini." balas Ega cepat.

"Tidak apa-apa?"

Perfectly ImperfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang