12. Sepenggal Kisah

6 3 0
                                    

Sudah Jagat duga memancing ikan di danau adalah ide paling bodoh yang pernah tercetus di kepala si remaja. Sudah berjam-jam mereka menunggu sambil berbicara mengenai hal-hal acak terlampau tidak perlu. Namun hingga sekarang tetap saja tidak ada satu pun ikan yang terjerat memakan umpan.

Setelah menyelesaikan makan siang dan membaca buku yang sengaja ia bawa dari rumah kakek nya, perlahan rasa kantuk mulai menyerang Shankara muda.

Suasana tenang disertai angin sepoi-sepoi berhembus menerpa wajah juga tidak membantu memperbaiki keadaan. Sebaliknya malah semakin membuat Jagat kehilangan kendali atas diri dan ingin segera menggapai tidur singkat.

Ikrar jelas menyadari hal tersebut, bahkan dengan canda menawarkan kedua paha nya sebagai bantalan agar kepala Jagat tidak sakit ketika berbaring langsung di atas kain.

Secara mengejutkan, Jagat pun menerima usulan tanpa pikir panjang. Tidak segan menyamankan kepala pada kedua paha sang remaja dan mulai memejamkan mata.

Tanpa melihat bagaimana perlahan rona merah mulai menghiasi wajah bahkan hingga ke telinga si pemuda karena masih belum bisa menerima kenyataan bahwa sang pujaan berada begitu dekat dengan nya.

"Tidak adil. Kalau sudah seperti ini bagaimana bisa aku berhenti menyukai mu."

***

Perlahan-lahan kesadaran Jagat mulai kembali.

Ini adalah istirahat paling nyenyak yang bisa ia dapatkan setelah dua minggu waktu berlalu sejak pertama kali datang ke area pengembangan.

Ia merasa nyaman. Bantalan empuk yang menyanggah kepala dengan baik, kehangatan yang didapat dari hasil memeluk erat guling, sentuhan halus pada helaian rambut serta angin sejuk yang menerpa wajah. Jagat merasa seperti sedang berada di rumah namun dalam keadaan mendapatkan kebebasan dan tak lagi terjerat oleh tali kekang seperti sebelumnya.

Dia menyukai sensasi ini. Seluruh tubuhnya tak lagi menegang karena dipenuhi oleh kekhawatiran. Hanya terbuai dalam kehangatan akan sentuhan dan melepaskan segala penat yang dirasakan.

Sampai akhirnya Jagat teringat bahwa ia tidak sedang dalam keadaan berada di rumah sendiri. Terlampau mengantuk sebelum nya sehingga tidak memperdulikan keadaan sekitar.

Terkejut akan hal tersebut Jagat pun segera membuka kedua kelopak mata, kemudian di hadapkan dengan pemandangan t-shirt berwarna hitam dengan karakter lucu dari sebuah animasi anak-anak bersamaan kedua tangan nya yang tengah melingkari dan memeluk pinggang seseorang.

"Kau sudah bangun?"

Sebuah sapaan menyapa telinga. Namun yang terdengar lebih keras justru suara detak jantung nya yang tidak normal. Ia masih tertegun, tidak menyangka dengan pemandangan di hadapan. Otak nya berusaha memproses secepatnya informasi yang diterima seraya mengingat kembali apa yang terjadi sebenarnya.

"Apa kau masih mengantuk? Mau minum air?"

Tanya dikeluarkan dengan nada lembut penuh perhatian. Sentuhan halus yang Jagat rasakan semula pada helaian rambutnya kembali terasa bersamaan sebuah usapan jari yang menyusuri dahi.

Sadar sepenuhnya bahwa yang ia lakukan adalah kesalahan, Jagat pun segera bangkit dari tidurnya, mengangkat tubuh secepat yang ia bisa agar dapat menjauh dan tak lagi berada dalam posisi membaringkan kepala pada paha.

Hingga berujung mengalami perasaan pusing melanda dan kembali jatuh pada posisi semula akibat tidak terbiasa bangun dalam keadaan tergesa-gesa.

"Apa— apa yang sebenarnya terjadi disini?" keluh sang Erlger seraya memejamkan kedua mata nya lagi. Berusaha untuk tidak melihat keadaan di sekeliling yang terasa berputar seraya menyamankan posisi kembali.

Perfectly ImperfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang