Setelah memastikan bahwa pekerjaan sudah bisa ia tinggalkan dan Ega telah mengetahui alasan dari ketidakhadiran selama beberapa waktu kedepan, Jagat yang memang ingin segera melarikan diri dari realita yang menghantam isi kepala pun bergegas meninggalkan rumah. Merasa muak dengan segala ocehan tidak berguna yang masih saja disuarakan.
Belum lagi gangguan dari pihak luar seperti para pencari berita yang masih berusaha meliput tentang keluarganya. Semakin menambah beban pikiran sang Erlger yang baru saja ditimpa masalah.
'Anggap saja ini liburan. Setelah kembali nanti masalah sudah akan mereda dan aku bisa kembali pada kehidupan normal seperti sebelumnya.' seperti itulah isi pikiran.
Disisi lain, tidak banyak barang bawaan diperbolehkan untuk Jagat ambil bersama nya. Masih merupakan hukuman, begitulah kata ibu pertama nya.
Jadi sang Erlger hanya bisa memasukkan ponsel baru untuk digunakan berkomunikasi, sejumlah uang tunai serta pakaian ganti selama menghabiskan waktu di rumah sang kakek.
Berbeda dengan kediaman keluarga Shankara yang berada di kawasan elite serta menjadi tempat bagi para orang kaya berada, daerah pengembangan sendiri adalah penyebutan yang disematkan untuk area yang bisa dikatakan pembangunan nya belum merata. Sang kakek memang sengaja memilih rumah disana untuk mendapatkan ketenangan kala menghabiskan masa tua yang jauh dari hiruk pikuk kota.
Begitu tiba di tujuan, Jagat sudah berencana mengurung diri dari segala macam aktifitas manusia yang memuakkan seraya melewati waktu 'kelahiran' tanpa harus terganggu.
Hanya seorang diri tanpa ada yang merusuhi.
Namun realita lagi-lagi tidak berjalan sesuai ekspektasi tinggi yang dimiliki. Kesialan tampaknya belum mau pergi dari pria berusia dua puluh delapan tahun tersebut.
Karena kini kendaraan umum yang dinaiki justru terhenti. Seperti biasa penyebab nya permasalahan pada mesin yang sudah tua akibat sudah lama tidak mendapat perbaikan yang semestinya diterima. Sehingga mengharuskan bagi seluruh penumpang untuk menunggu atau pergi dari titik pemberhentian sendiri.
Kesal, tentu saja. Namun bila mengingat seperti inilah ketidakbecusan yang lumrah terjadi di daerah tertinggal membuat Jagat hanya bisa pasrah menerima keadaan. Lantas beralih memikirkan cara tercepat untuk sampai sebelum malam datang.
Bermodalkan rasa kepercayaan diri tinggi serta kecerdasan buatan berupa penunjuk arah yang ada di ponselnya membuat Jagat kemudian nekat berjalan kaki karena mengira bahwa rumah sang kakek sudah dekat. Setengah jam perjalanan begitulah yang tertera.
Hanya untuk dihadapkan pada kenyataan bahwa jarak yang ditempuh masih sangat jauh.
"Setengah jam? Hhh— dasar orang gila. Dari siang aku berjalan dan sekarang sudah sore! Sudah dua jam berlalu sejak aku mulai menggeret koper seperti orang susah. Bahkan bus yang tadi diperbaiki pun sudah berjalan lagi dan melewati ku. Aku merasa sangat malu, bedebah sialan!" Jagat merutuki setiap kesulitan yang dialami.
Sekarang ia sudah tiba di tempat tujuan, meskipun harus bersusah payah. Terbiasa menggunakan kendaraan pribadi jelas membuat Jagat kesulitan bertahan di hari pertama kedatangan. Seluruh tubuh nya sakit dan kelelahan. Penampilan rapih yang selalu ia banggakan pula kini sudah tidak tertolong akibat peluh yang membasahi. Ia berantakan dan butuh mandi secepatnya. Belum lagi perihal jadwal yang kacau akibat kesalahan yang diperbuat. Semakin menambah buruk suasana hati karena tidak ada satupun hal yang berjalan sesuai aturan.
Jadi ia putuskan untuk membenahi diri sebisa mungkin agar tidak terlalu memalukan. Dengan bermodalkan wajah tampan yang bisa memikat hati siapapun secara mudah, hanya dengan sedikit sentuhan saja seharusnya sudah bisa membuat Jagat kembali pada kepercayaan diri nya yang tinggi seperti sedia kala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfectly Imperfect
RomanceTidak disarankan untuk dibaca oleh kalian yang memiliki Homophobic atau tidak menyukai Mpreg. - [Pengenalan] Kehidupan memiliki aturan. Semua hal harus berjalan sesuai dengan rencana agar tidak ada kesalahan yang terjadi dan menimbulkan masalah di m...