10. Perubahan Sikap

7 3 0
                                    

Tanpa kegiatan dan hanya duduk dalam diam, begitulah kenyataan terjadi manakala Jagat menghabiskan waktu liburan sendirian.

Meski mengatakan kepada Ikrar bahwa dirinya sibuk dengan jadwal kegiatan sehingga hanya memiliki sedikit waktu luang namun aslinya itu hanya kebohongan semata yang sengaja terucap guna memberi jarak akan hubungan mereka.

Sang ibu pertama memang telah memutuskan bahwa ia diberhentikan sementara dari segala rutinitas pekerjaan yang melelahkan dan membuat sakit kepala. Sehingga memberi waktu istirahat yang cukup banyak bagi nya.

Maka disinilah Jagat sekarang. Melamun seperti orang bodoh sambil membaringkan tubuh penuh tanda tanya karena sudah terlalu lama berada dalam keadaan bosan tanpa kegiatan yang bisa dilakukan.

Sudah beberapa hari terakhir sang Erlger memikirkan beberapa ide terkait pekerjaan rumah untuk mengisi jadwal agar tidak meninggalkan kekosongan.

Namun memasuki minggu kedua ia berada di rumah kakek nya, semakin lama semakin sulit pula mencari kegiatan baru agar bisa dilakukan. Ia sudah membaca buku, berkebun, mencoba permainan pada ponsel dan berolahraga. Tetapi tidak satupun dari semua kegiatan itu yang dapat memuaskan serta mengusir perasaan jenuh kala tinggal sendirian.

Walaupun enggan mengakui, sedikit banyak keberadaan Ikrar memang menjadi hiburan tersendiri. Remaja itu pintar mengeluarkan kalimat yang dapat meluluhkan hati, kebaikan nya seringkali dilakukan tanpa pamrih dan segala bentuk perhatian menjadi penenang sekaligus pengusir kerisauan diri.

'Apa aku harus menambahkan waktu agar bisa bersama lebih lama lagi? Bocah itu pasti senang sekali.' batin nya kala sepintas pemikiran memenuhi isi kepala. Menimbang-nimbang pula keputusan mengingat ada aturan lain pula yang perlu ia patuhi.

Cukup lama Jagat terpaku pada hal tersebut sampai akhirnya ia menentukan pilihan sendiri, berniat memberikan Laezilon muda tersebut kesempatan untuk menghabiskan waktu lebih lama.

Suka atau tidak, kenyataan nya di rumah sebesar ini Jagat merasa kesepian. Tidak ada orang-orang yang ia sebut keluarga untuk menemani disaat dirinya sendiri sangat membutuhkan dukungan untuk melalui kekacauan yang terjadi.

Semua orang lebih tertarik mencari kesalahan. Menunjuk orang yang paling merugikan serta mempermalukan hingga membuat nama keluarga Shankara menjadi bahan pembicaraan. Padahal Jagat juga tidak pernah menginginkan hal seperti itu berlangsung.

Lucu sekali, siapa sangka hal yang paling ingin ia dengar justru diutarakan oleh remaja yang baru dikenal dan bahkan belum menyelesaikan pendidikan sepenuhnya. Maka seharusnya tidak salah apabila Jagat memilih untuk mengambil keputusan.

Setelah puas mengatur ulang jadwal yang ditentukan, suara ponsel miliknya yang berdering di atas meja mengalihkan perhatian Jagat.

Sudah cukup lama waktu berlalu sejak kedatangan diri ke area pengembangan seperti yang diperintahkan. Namun baru kali ini ada seseorang yang berniat untuk menghubungi.

Ketika layar ponsel menunjukkan nama si pemanggil yang tertera, disaat itu pula Jagat tidak bisa menahan kekesalan nya. Lantas menerima tanpa pikir panjang dan mulai mengatakan seluruh isi pikiran yang sempat tertahan karena mengalami berbagai macam kesialan.

"Apa kau menelpon karena masih ingat padaku? Aku kira kau sudah hilang ingatan." katanya dengan nada sarkastik kentara.

Sedangkan si pemanggil yang tak lain merupakan Ega lalu memilih untuk menghela napas panjang. Telah terbiasa dengan kemarahan yang ditunjukkan oleh sahabatnya.

"Kenapa kau langsung melampiaskan amarah mu padaku? Aku kelelahan setelah kau memutuskan untuk mengambil liburan. Meskipun sudah menyelesaikan pekerjaan mu sebelum pergi namun tetap saja ada bagian yang hilang dengan ketidakhadiran mu disini." balas Ega sebagai tanggapan atas perkataan sebelumnya.

Perfectly ImperfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang