14. Mengatur Rencana

4 2 0
                                    

Setelah kejadian yang berlangsung di danau pada malam hari itu, selama beberapa hari Jagat menolak untuk bertemu Ikrar. Menggunakan berbagai macam alasan agar dapat menghindar seakan tidak ingin berurusan.

Tidak diketahui jelas alasan dibaliknya, hanya dapat mengatakan bahwa harga diri tinggi serta pengalaman hidup yang dimiliki oleh sang Erlger nyata nya tidak berguna dalam hal percintaan.

Kemungkinan besar ia terluka mengetahui fakta bahwa terdesak sampai sebegitu nya hingga tidak tahu harus melakukan apa. Baru kali itu Jagat takluk tanpa ada perlawanan hingga membuatnya kalut memikirkan balasan.

Ketika keputusan akhirnya dicabut dan mereka berdua bertemu, keadaan Ikrar bisa dikatakan tidak kalah kacau. Pemuda itu terlihat seperti seekor anjing yang terbuang dan seperti akan menangis kapan saja bila tidak diperhatikan.

'Aku menyerah karena tatapan memelas mu pada waktu itu. Lalu hasilnya aku yang di makan. Sekarang tidak lagi.'

Tentu saja percobaan yang sama tidak berlaku untuk kedua kali. Namun setidaknya setelah menenangkan diri selama beberapa waktu, kini Jagat dapat kembali pada pembawaan yang tenang seperti biasa.

Jadi kunjungan si pemuda pada hari itu kemudian ia manfaatkan untuk membahas pasal rencana yang juga diatur sedemikian rupa agar dapat terlaksana begitu ia kembali pada keluarga Shankara.

"Berhentilah bersikap seperti itu. Sebaiknya kita membahas hal penting lainnya sebagai orang dewasa. Karena mulai dari sini, kita akan sangat sibuk sekali." ujar Jagat memberitahukan manakala Ikrar terlihat tidak akan berhenti memeluk dan bersandar pada kakinya.

Saat ini Erlger itu tengah duduk di ruang tengah, mematikan televisi dan hendak memulai pembicaraan penting berdua. Namun dari awal kedatangan sampai akhirnya berbaikan Ikrar masih saja enggan duduk di sofa selayaknya manusia normal. Lebih memilih memeluk kaki seraya mendudukkan diri pada lantai yang dingin.

Tentu saja teguran lantas diberikan. Yang mana cukup berhasil membuat Ikrar terdiam dan mengikuti arahan kembali.

Disisi lain pembahasan pun lalu berlanjut. Sedikit banyak Jagat telah menceritakan keadaan nya kepada Ikrar. Memberitahukan informasi paling penting yang dirasa perlu untuk diketahui agar masing-masing dari mereka dapat memahami satu sama lain.

Mengulas bukan lah hal mudah apalagi bila mengingat berbagai kejadian yang tidak peduli. Setelah menyelesaikan dan menyegarkan kembali ingatan milik sang Laezilon muda, barulah setelahnya ia putuskan untuk mengungkit perihal Erlger sebagai topik utama dari pembicaraan.

"Saat ini waktu kelahiran bagi seorang Erlger seperti ku sudah semakin dekat. Kau tahu apa artinya?"

"Kau akan melahirkan?"

"Kenapa kau terdengar ragu? Apa tidak ada kelas yang mengajari hal seperti ini di sekolahmu?"

Mendengar pertanyaan diajukan membuat Ikrar memilih mengarahkan pandangan pada hal lain seraya menjawab dengan nada suara yang nyaris tidak terdengar.

"Ada, tetapi karena sepertinya tidak penting jadi aku selalu bolos dari sana."

"Bocah gila."

Kedua tangan lantas dikatupkan dan ditaruh di depan wajah, menandakan permintaan maaf lantas diajukan pada sang terkasih yang terdengar marah. Kemudian berkata, "Maaf, maaf. Aku memang gila. Jadi tolong jelaskan dari awal lagi, setelah ini aku pasti belajar lebih banyak."

Jagat menghela napas, sebelum menganggukkan kepala. Ia tidak bisa memarahi Ikrar lebih lama, mengingat bukan hal aneh pula bagi pemuda itu untuk bolos atau semacamnya.

Jadi ia putuskan menggunakan hal tersebut untuk mengajari secara keseluruhan agar Ikrar dapat lebih paham.

"Sampai mana pengetahuan mu tentang Erlger?"

Perfectly ImperfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang