17. Peran Sahabat

5 2 0
                                    

Ada banyak perbedaan yang terjadi ketika kedua nya memutuskan untuk tinggal bersama selama satu bulan.

Mulai dari waktu yang bisa dihabiskan menjadi semakin banyak, kian mengenal kebiasaan yang dimiliki oleh satu sama lain dan tentu saja selayaknya pasangan yang dimabuk asmara kini telah semakin jauh pula Ikrar berani menyentuhnya.

"Ahh— berhenti!"

Mengabaikan permintaan, sang remaja yang sudah lebih dulu tertutup oleh kabut nafsu justru semakin cepat menggerakkan kedua tangan. Dimana yang satu mengarahkan dua jari guna menghujam bagian liang dengan gerakan menggunting dalam, sedangkan sisanya sibuk menyentuh serta menggesekkan kesejatian satu sama lain guna meraih puncak kenikmatan.

Jagat bergerak tidak nyaman dalam posisi berbaring yang tengah dilakukan saat ini. Meskipun akal sehatnya berusaha menolak sentuhan namun tubuh nya justru menyukai hal tersebut.

Menyukai bagaimana hari demi hari sejak mereka berdua memutuskan untuk tinggal bersama kini diisi pula oleh kegiatan berupa Ikrar yang tiada henti menjamah tubuh dan memberikan sensasi kesenangan yang membuat Jagat seakan tidak mengenal diri nya sendiri sekarang.

Desahan demi desahan terus terdengar mengisi ruang. Suara basah dari pelumas yang digunakan ataupun ciuman bertaut lidah bercampur saliva yang dilakukan kini memenuhi kamar mereka berdua.

Sampai akhirnya semakin dekat dengan titik akhir pencapaian.

"Mmhhh— aku keluar! Ikrar, aku— ahhh heuk—"

Jagat lah yang pertama sampai dan mengeluarkan cairan putih dari penis nya hingga membasahi perut dan dada. Membuat tenaga sang Erlger seketika itu pula seakan menghilang dari tubuhnya, diliputi rasa lelah bercampur kenikmatan yang akhirnya berhasil tercapai.

Sedangkan Ikrar sendiri tidak lama dari itu segera menyusul. Ikut mengeluarkan cairan serupa hingga menambah basah tubuh Jagat yang ada dibawahnya bahkan hingga mengenai wajah.

Kedua nya saling terdiam selama beberapa saat, menenangkan diri terlebih dahulu seraya meraup oksigen sebanyak mungkin guna mengisi paru paru karena kegiatan barusan cukup banyak membuat napas mereka memburu.

Setelah cukup tenang barulah Ikrar mendekati Jagat, mencuri ciuman dari bibir kekasihnya seraya memagut pelan merah menggoda ke dalam gerakan menuntut yang haus akan dominasi daging tak bertulang.

Jagat merasa kesulitan, apalagi tidak terlihat tanda bahwa Ikrar akan selesai dalam waktu dekat. Karena kedua jari di lubang nya menolak berhenti digerakkan guna membuka ruang.

Jadi ia putuskan untuk menahan pergerakan seraya melepaskan sentuhan pada bibir mereka berdua.

Kesadaran sepenuhnya telah ia dapatkan kembali. Sesuka apapun tubuh untuk dijamah atau digagahi, hal tersebut tidak membuat pria itu akan menoleransi tindakan bila sampai kekasihnya melupakan apa yang penting sekarang.

"Sudah cukup, berhenti lah." kata nya sesaat sebelum mendesah kala merasakan kedua jari tangan Ikrar perlahan dikeluarkan dari dalam lubang.

Menyisakan pelumas yang membasahi area sekitar, serta bagaimana bagian bawah kian berkedut seakan meminta untuk dimasuki lebih banyak lagi.

Tentu saja pemikiran segera ia tepis agar tidak mengaburkan penilaian yang harus dilakukan. Pagi telah datang, aktivitas harus segera dimulai terutama bagi Ikrar yang kini masih berstatus sebagai seorang pelajar.

"Mandi dan bersiap untuk pergi ke sekolah. Aku akan membuat sarapan untukmu." tambah Jagat lagi seraya mengambil satu persatu pakaian yang dibuang jatuh ke lantai dan memakai nya kembali.

Namun Ikrar yang mendengar hal tersebut tampaknya tak berbagi pemikiran yang serupa dengan Jagat. Terlihat dari bagaimana pemuda itu menunjukkan ekspresi tidak terima sambil menahan pergerakan Jagat dengan melingkarkan tangan pada pinggang sang kekasih.

Perfectly ImperfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang