Setelah mengamati bagaimana Nadila dan kawan-kawan berlatih, Daniel, Alexa dan Andre memutuskan untuk pulang. Saat mengamati tersebut timbul satu pertanyaan dalam benak Daniel mengenai apa penyebab tim sepak bola SMA Garuda mengalami kekalahan 11-0 di turnamen terakhir.
Menurut Daniel para pemain tim SMA Garuda saat ini yang mayoritas pasti mengikuti turnamen terakhir kecuali Devina yang cuti dan dua anak kelas satu yang bernama Ghea dan Sabrina yang memiliki kemampuan passing, dribbling, heading dan shooting yang diatas rata-rata anak seusianya.
Sesampainya di komplek resort, Daniel langsung turun dari mobil Alexa lalu berjalan menuju pintu gerbang area resort pribadinya bersamaan dengan Alexa yang langsung pergi dengan mobilnya.
Saat hendak menekan tombol untuk membuka gerbang yang dibuka dengan memasukan pin, ponselnya yang berada di tasnya berbunyi. Daniel langsung mengambil ponselnya dan melihat panggilan masuk dari nomor asing.
"Halo, ini siapa ya?" ucap Daniel setelah mengangkat telepon nomor asing.
"Saya Donna, pelatih tim sepak bola SMA Garuda."
"Ah Bu Donna. Ada apa, Bu?"
"Jam 9 nanti saya mau bertemu kamu, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan."
"Kenapa tidak lewat telepon saja, Bu?"
"Kurang pas gitu kalau lewat telepon. Gimana? Nanti saya share loc tempatnya."
"Oh oke."
Setelah selesai teleponan, Daniel langsung mendapat kiriman lokasi pertemuan dari coach Donna. Sebuah tempat yang begitu terkejut karena tempat itu adalah sebuah beach club yang terkenal di area Sanur.
"Stay positive thinking Daniel," ucap Daniel mengsugesti dirinya sendiri karena akan bertemu wanita yang usianya sekitar 50 tahunan.
*****
Tepat jam sembilan malam Daniel sudah berada di lokasi. Kini Daniel sudah bersama coach Donna menempati sebuah ruangan VIP di klab malam itu. Sambil menikmati minuman Daniel menutupi sebagian wajahnya dengan kacamata hitam atau menurunkan topinya saat ada yang lewat di dekatnya.
"Jadi... Apa yang mau Bu Donna bicarakan?" tanya Daniel yang baru ingat tujuan coach Donna untuk bertemu.
"Ini perihal tim sepak bola sekolah. Jujur saya tidak pernah mengharapkan untuk juara di setiap turnamen yang diikuti termasuk piala Kartini," jelas coach Donna mengagetkan Daniel.
"SMA Garuda ikut Piala Kartini?!" Daniel tahu turnamen sepak bola wanita tersebut merupakan turnamen level nasional yang diikuti oleh SMA / SMK se-Indonesia, dan cukup mengejutkan SMA Garuda ikut turnamen itu disaat belum menang selama setahun, selalu tersingkir di fase awal turnamen yang menggunakan sistem grup round-robin dan mengalami kekalahan terburuk 11-0.
"Iya. Sungguh gila dan nekat bukan. Karena tim kita sangatlah lemah dan setahun terakhir jadi bulan-bulanan lawan," ucap coach Donna memberitahu kondisi tim sepak bola asuhannya.
"Saya nggak berpikir tim sepak bola yang diasuh Bu Donna sangat lemah dan punya rekor buruk. Lagian juga itu turnamen umum, jadi sah-sah aja dong ikutan terlebih Nadila dan teman-temannya masih bisa berkembang untuk jadi pesepakbola nasional seperti saya, jika mereka berniat jadi atlet sepak bola sih."
"Kamu benar Daniel, maka apapun hasilnya saya nggak peduli karena saya punya tujuan tersendiri yaitu membuat satu pemain tembus ke Liga 1. Posturnya emang nggak terlalu tinggi, tapi determinasi dan visi lumayan apik serta tendangan jarak jauhnya yang cukup mematikan, gaya mainnya seperti Zahra Muzdalifah dan Claudia Scheunemann."
"Devina?" tebak Daniel yang tahu karena ciri-ciri yang disebutkan mengarah ke Devina.
Saat mengamati tadi Daniel melihat Devina posturnya tidak seperti striker, bek tengah, gelandang bertahan dan gelandang tengah bahkan kiper. Posturnya lebih condong ke arah winger dan wing back. Tapi long shoot, long pass dan curve-nya mematikan seperti Alessia Russo.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Love U, My Coach
De TodoKisah cinta seorang atlet sepak bola dan model Daniel Rhys Heitinga (Rassya Hidayah) dengan seorang siswi SMU Putu Devina Wirawan (Aurhel Alana)