Chapter 10

8 1 2
                                    

Devina keluar rumah untuk jogging malam seperti biasa. Namun baru beberapa langkah setelah melewati pintu depan dirinya langsung ditahan oleh Daniel yang mengikutinya.

"Kenapa nggak istirahat? Kamu kan tadi main full," tanya Daniel sedikit mengkhawatirkan kondisi Devina terlebih sebelumnya Devina mengidap sakit parah.

"Kalo aku nggak jogging sama skipping-an, aku nggak bisa tidur yang resikonya lebih buruk untuk tubuhku," jawab Devina.

Devina berlari menuju kampung sebelah sementara Daniel masuk ke dalam rumah mess mengambil botol minum dan handuk karena ia akan menemani dan mengawasi Devina walau sejujurnya dirinya mulai mengantuk dengan sebelum berlari menguap terlebih dahulu.

Sesampainya di area kampung sebelah, Devina mulai jogging dan berkeliling jalan yang jalannya itu menanjak seperti sirkuit monaco yang dipinggirannya terdapat sawah dan rumah yang berjauhan. Daniel sendiri sudah menyusul dan duduk di pos ronda yang ada di sana.

Karena rasa kantuk yang mulai menyerang membuat Daniel akhirnya tertidur dengan posisi duduk dan menunduk. Devina yang melihat itu langsung menghentikan jogging-nya untuk menghampiri Daniel.

Daniel langsung terbangun saat merasa ada pergerakan di bagian pahanya. Ia melihat Devina sedang berusaha mengambil handuk di sana untuk mengelap keringat yang Daniel langsung angkat kedua tangannya.

"Udah berapa putaran?" tanya Daniel.

"Ayo kita pulang," ajak Devina yang merasa kasihan melihat Daniel yang butuh tempat nyaman untuk tidur.

"Aku rasa kamu belum lama jogging-nya deh," ucap Daniel yang melihat lamanya mereka ada di sini baru 10 menit dan biasanya Devina berlari selama 30 menit.

"Kamu kelihatannya kurang tidur," ucap Devina menyadari raut wajah Daniel yang waktu tidurnya tidak cukup.

"Semalaman aku memikirkan strategi untuk pertandingan hari ini jadi baru tertidur jam 3 pagi," jawab Daniel.

"Ngapain juga kamu mikirin itu kalau kita itu hanya sparing lawan tim C Dyatmika?" ucap Devina yang sebenarnya salut dengan Daniel yang cukup serius memimpin tim di pertandingan pertamanya sebagai pelatih walaupun hanya uji coba.

Tak kuat menahan rasa kantuk membuat Daniel akhirnya tertidur bersandar di bahu kirinya Devina. Si empunya bahu nampak sedikit tidak nyaman tapi Devina membiarkan saja.

"Ada yang pacaran di sini."

Devina menoleh ke orang yang datang. Ada tiga wanita dewasa yang nampak asing tengah tersenyum mengejek ke arahnya dan Daniel.

"Siapa kalian berdua? Oh iya kamu itu anak SMA Garuda," ucap wanita gendut yang memakai kacamata yang berhadapan dengan Devina. "Dan kamu sekarang berduaan sama cowok di sini?"

"Berisik banget sih," gumam Daniel yang terusik dengan suara yang ia dengar.

"Ayo, kita pergi dari sini," ajak Devina merasakan feeling tidak enak dari tiga wanita itu.

"Ada apa ini?" tanya Daniel saat melihat ada tiga wanita asing di depannya.

"Hiraukan saja," ucap Devina sambil memaksa mendorong Daniel untuk berjalan pergi kembali ke rumah. Tetapi Daniel menahan karena ingin tahu ada apa.

"Tunggu sebentar? Itu Daniel Heitinga 'kan? OMG!" seru gadis remaja rambut pink terkejut melihat ada Daniel. "Ternyata di sini kita bertemu dia."

"Kalian ini pacaran?" tanya wanita gendut berkacamata.

"Bukan urusan kalian!" ucap Devina dingin lalu beralih ke Daniel sambil mendorong untuk berjalan. "Pulang."

"Tunggu dulu, Vin. Ada apa ini sebenarnya?" tanya Daniel menahan kakinya untuk tidak berjalan.

I Love U, My Coach Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang