Chapter 12

6 1 3
                                    

Sore ini Devina tengah jogging di tempat biasa meskipun dengan kondisi aspal yang masih basah setelah hujan. Latihan tadi di sekolah intensitasnya tidak terlalu tinggi belum membuatnya merasa lelah sehingga Devina memutuskan untuk jogging dan bermain dengan skipping-nya.

Setelah jogging dan skipping-an selama setengah jam, Devina memutuskan untuk beristirahat. Diambilnya handuk untuk mengelap keringat lalu minum minuman isotonik yang ia beli.

Seusai minum Devina berjalan sebentar untuk menuju ke area pura kampung. Saat sampai di pura ia menaruh sesajennya dan berdoa. Doa Devina jadi tidak fokus karena daun-daun berjatuhan.

Seusai berdoa Devina pun menoleh ke belakang karena merasa diawasi. Lalu Devina melihat kembali ke depan sambil membetulkan ikatan tali sepatunya yang terasa longgar. Tapi Devina kembali menoleh lalu tertawa pelan.

"Woy Nadila! Ngapain kamu di situ? Percuma kamu sembunyi kalo pakai mobil convertible!" ucap Devina yang melihat mobil convertible pabrikan jepang dengan plat DK 4751 ND. Devina tau mobil itu milik Nadila dari platnya.

Nadila langsung keluar dari persembunyiannya sambil menggaruk belakang kepalanya dan tersenyum kikuk karena ketahuan sedang memata-matai.

Mereka lalu pergi ke kedai babi guling yang ada di area perbatasan antar kampung. Setibanya di sana mereka langsung menempati meja kosong dan memesan nasi babi dengan topping lengkap.

"Tadi tim latihan?" tanya Nadila.

"Latihan. Kamu kenapa ndak latihan?" Devina balik bertanya.

"Ada something yang buat aku nggak ingin kehilangan Kak Daniel."

"Something apa? Yang jelas dong kalo ngomong?!"

"Manajer Kak Daniel melarang aku menemui Kak Daniel."

"Dilarang kenapa?"

"Aku punya kesepakatan dengan manager Kak Daniel. Kesepakatan itu terjadi karena aku meminta skandal Kak Daniel sama kamu dihentikan dan membubarkan wartawan kemarin."

"Jika kamu bertemu Daniel setelah ini, apa kamu akan di penjara atau dibunuh?"

"Dia akan menghalangi apa yang aku lakukan dan inginkan, salah satunya berkarir jadi atlet sepak bola."

"Manajer macam apa yang seperti itu."

"Aku bisa paham kalau manajer Kak Daniel itu nggak ingin kehilangan Kak Daniel yang merupakan aset berharganya."

"Kamu bodoh buat kesepakatan itu. Begitupun aku. Oh iya, kamu kenapa mengikutiku tadi?"

"Aku ingin banget ngobrol sama kamu karena kamu tau aku gimana."

"Hey, aku ndak tahu gimana kamu. Jujur aja ya Nadila, aku melihat kamu itu ndak bisa memilih apa yang kamu inginkan karena kamu punya segalanya. Misal kamu berhenti bermain sepak bola sekarang nggak jadi masalah buat kamu, kamu bisa karir yang lain."

"Devina, itu semua punya ibuku. Aku sama kaya kamu dan semua anak, belum punya apa-apa dan masih bergantung pada orang tua untuk hidup. Jadi apa yang membuat kamu berpikir aku punya segalanya?"

Setelah menghabiskan nasi babi Devina dan Nadila langsung menuju kasir untuk membayar dua porsi nasi babi dan dua botol kaca minuman yang mereka pesan.

"Bli, jadi berapa? Dua porsi nasi daging, dua teh botol tawar, dua kerupuk kulit?" tanya Devina sambil mengambil dompet di tas pinggangnya.

"Semuanya jadi 32 ribu," jawab pria pemilik kedai.

"Bli, apa cctv itu berfungsi?" tanya Devina saat melihat ada enam cctv yang terpasang di kedai, dua di sudut, dua dekat kasir dan dua di beranda kedai.

I Love U, My Coach Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang