Daniel mendatangi sebuah lapangan yang tidak jauh dari sekolah yang diberitahu Nadila kemarin. Tim sepak bola SMA Garuda terpaksa pindah tempat latihan karena mereka dihukum dilarang menggunakan gelanggang olahraga akibat perkelahian kemarin.
Selain dihukum dilarang menggunakan gelanggang olahraga, tim sepak bola SMA Garuda ditarik mundur dari keikutsertaan di turnamen sepak bola yang diselenggarakan oleh kampus swasta dan juga terancam tidak bisa ikut turnamen sepak bola yang lain salah satunya Piala Kartini karena pihak sekolah menyetop pendanaan Nadila dan kawan-kawan.
Sesampainya di lapangan yang dimaksud, Daniel melihat Devina sedang melatih shooting ditemani oleh Christine sebagai kiper. Lalu lapangan yang dipakai lebih parah dari lapangan besar gelanggang olahraga karena ukurannya yang terlalu kecil dan tiangnya yang berkarat karena ini lapangan desa.
Sekitar lima menit Daniel ada di lapangan Nadila, Ghea, Alina, Olga, Eva, Mira, Pamela, Sabrina, dan Karin datang kesembilan cewek ini heran karena mengira mereka terlambat soalnya Aurel dan Laras pergi bersama Devina dan Christine.
"Chris, tumben kamu berdua doang sama Kak Devina." ucap Eva.
"Nggak kok tadi kita datang berempat. Maaf kalau kita kecepetan datangnya," jawab Christine.
"By the way busway, Kak Laras sama Kak Aurel mana ya?" tanya Sabrina.
"Mereka lagi beli minum. Tuh mereka." Devina menunjuk Laras dan Aurel yang membawa dua kardus air mineral.
"Kak Daniel, ini sungguh luar biasa. Para pemain utama yang kakak pilih ada di sini," ucap Nadila yang tidak menyangka pemain utama pilihan Daniel sudah berkumpul.
"Pemain utama apanya?" balas Devina sinis.
"Sudahlah, jangan ribut," ucap Daniel yang tidak ingin ada keributan lagi seperti kemarin.
"Kamu nggak tahu malu ya?" tanya Devina pada Daniel dengan sinis.
"Devina, jaga mulut kamu ya. Dia itu pelatih kita!" ucap Nadila mengingatkan.
"Pelatih? Nggak salah denger ya aku? Haha...." ulang Devina lalu menatap Daniel. "Selama kamu di sini itu kamu hanya membuat kekacauan sehingga aku dan anak-anak kena hukuman."
"Aku tahu aku salah kemarin sehingga membuat kalian semua dihukum," ucap Daniel menyadari bahwa yang didapat hukuman tim sepak bola itu tanggung jawabnya. "Maka dari itu apa yang bisa aku lakukan untuk mendapatkan maaf dari kamu dan anak-anak?"
"Kamu harus bisa membawa tim ini juara Piala Kartini," jawab Devina yang membuat kaget Daniel dan yang lain.
"Vin, itu sesuatu yang mustahil!" ucap Nadila yang realistis mengingat track record tim sepak bola SMA Garuda yang buruk ditambah tim peserta yang ikut pasti kuat. "Walau kak Daniel mempunyai pengalaman yang segudang sebagai pemain sepak bola, aku nggak mengharapkan apapun darinya. Yang dia lakukan hanya membimbing dan memberi tips agar kita semua jadi pesepakbola seperti dia dan itu yang kita butuhkan."
"Kalau itu mau kamu, Devina. Sebagai seorang gentleman aku terima. Ayo, kita menangkan piala itu, kita berjuang sampai titik darah penghabisan!" putus Daniel menerima syarat Devina.
"Haha...." Devina tiba-tiba tertawa karena sebenarnya ia tidak serius dengan syarat tersebut.
"Kak Vina, akhirnya Kakak ketawa juga," ucap Ghea yang baru pertama kali melihat kakak kelasnya itu tertawa padahal saat berkumpul sering ada candaan yang dilontarkan tapi Devina tidak ketawa.
"Kunyuk! Kamu nggak punya rasa humor apa?!" ucap Devina.
*****
Daniel berjalan memasuki ruang guru untuk beristirahat setelah sebelumnya mengajar, Daniel melihat kursinya bergerak-gerak yang membuatnya penasaran siapa yang menduduki kursi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love U, My Coach
RandomKisah cinta seorang atlet sepak bola dan model Daniel Rhys Heitinga (Rassya Hidayah) dengan seorang siswi SMU Putu Devina Wirawan (Aurhel Alana)