Chapter 5

14 0 0
                                    

Di rumah yang dihuni oleh sebagian pemain tim sepak bola SMA Garuda, para penghuninya terlihat sibuk dengan kegiatan masing-masing di setiap ruangan rumah minimalis dua lantai itu.

Pintu kamar mandi terbuka dari dalam, keluar Karin yang baru selesai mandi dengan handuk yang melilit di dadanya. Lalu Karin mencari sesuatu di bak pakaian kotor sambil bernyanyi.

Saat Karin mencari sesuatu yang dicari, Sabrina juga datang mencari-cari sesuatu yang kali ini ia mencari di laci-laci yang berada di dekat kamar mandi.

"Gunanya kamu mandi apa deh," sindir Sabrina karena Karin memakai sport bra yang sebelumnya ada di bak pakaian kotor.

"Kenapa? Emangnya masalah buat kamu, Bri?" tanya Karin sedikit tidak terima ditegur oleh Sabrina yang merupakan penghuni baru.

"Nggak," jawab Sabrina yang sibuk mencari benda yang ia cari yang justru membuat Karin kesal.

"Lihat aku dong, Bri. Aku lagi ngomong sama kamu!" kesal Karin karena Sabrina tidak sopan.

"Ghea!" panggil Sabrina saat temannya yang juga penghuni baru akan lewat. "Kamu nyimpen sesajen buat sembahyang nggak?"

"Aku nggak nyimpen, Bri," jawab Ghea yang sempat berhenti lalu meneruskan langkahnya menuju dapur.

"Kamu bisa-bisanya ya! Aku lagi ngomong sama kamu tapi kamunya malah ngomong sama Ghea," ucap Karin yang tangannya yang menarik kaus Sabrina yang tindakannya langsung dicegah oleh Aurel yang datang.

"Kamu nyari sesajen buat sembahyang di pura ya, Bri. Kayanya di laci depan kamar Kak Devina ada sesajen cadangan deh." ucap Aurel memberitahu sambil dirinya mendorong Karin ke tembok lalu dirinya masuk ke kamar mandi.

Mendapat informasi benda yang dicari ada di laci depan kamar kakak kelasnya, Sabrina langsung pergi ke kamar Devina untuk mengambil sesajen buat ia sembahyang di pura. Karin yang melihat itu jadi kesal tapi ia memilih pergi ke kamarnya untuk memakai pakaian.

Sesampainya di pintu depan kamar Devina, setelah mengetuk pintu namun tidak ada jawaban dari dalam. Sabrina berinisiatif membuka laci tersebut karena di dalam kamar tidak ada Devina. Karena butuh sesajen tersebut, Sabrina membuka laci pelan-pelan.

Tak butuh waktu lama Sabrina menemukan apa yang ia cari berada di dalam laci. Segera Sabrina mengambil sesajen tersebut tapi saat hendak pergi menuju pura depan rumah ada sesuatu yang menarik perhatiannya di atas laci sehingga ia pun mengambil untuk melihat lebih dekat.

"Kok aku baru tau ya case hapenya Kak Devina sangar begini," ucap Sabrina sambil memperhatikan ponsel tersebut yang case-nya terdapat gambar barong.

Sabrina seketika terkejut mendapati ponsel smartphone ditangannya itu seharga setara satu motor KLX. Lalu Sabrina yang penasaran menekan tombol samping untuk mengaktifkan dan menampilkan foto Daniel yang sedang mengangkat piala play-off promosi ke Eredivisie dari Eerste Divisie bersama FC Volendam serta di atasnya banyak pemberitahuan dari chat, sms dan telepon.

"Hmmm.... dipassword ternyata," gumam Sabrina saat hendak mencoba melihat-lihat isi ponsel dan sedikit tertahan karena harus memasukan password.

Saat Sabrina sedang mencoba memasukan angka secara acak yang siapa tahu itu password yang benar, tiba-tiba datang Devina yang heran dengan Sabrina yang kepo-an.

"Ngapain kamu, Bri?" tanya Devina yang membuat Sabrina terkejut.

"Eh, Kak Devina. Anu.... Kak," Sabrina menaruh ponsel tersebut kembali ke atas laci kembali. "Aku cuma mau ngambil sesajen buat sembahyang doang kok kak."

"Kamu jangan bohong, Bri. Kakak lihat kamu tadi sedang mainan handphone disini." ucap Devina yang melihat wajah Sabrina yang langsung keringat dingin.

Sabrina pun mengambil sesajennya dan menunjukannya ke Devina. "Beneran kak."

I Love U, My Coach Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang