TIGA BELAS : Bimbingan Akademik

4.7K 377 50
                                    

—  Hari gini masih
nonton drakor, bokep dong.

🔞🔞

Jangankan jadi tamu beretika yang hanya mampir untuk minum teh saja, bahkan andai kata aku anak pungut yang diambil atas rasa iba, aku yakin Egyn sangat ingin menendangku dari rumah ini dan berkata, "Makanya hidup lu jangan cuma tentang ngentot aja, terlalu bergantung sama orang lain juga enggak baik!"

Terutama ketika dengan kurang ajarnya aku minta nasi tambah dan mengharuskan dia turun dari lantai dua untuk mengangkut rice cooker ke sini. Aku akui masakannya sangat enak, atau bisa jadi karena aku datang dalam keadaan lapar. Intinya semua yang Egyn bawa ke kamar habis kumakan, termasuk nasi tambahan juga.

"Pak Laksma tau kalo lu di sini?" Egyn tanya dari meja belajarnya yang menyajikan monitor laptop dengan tampilan aplikasi Visual Studio Code yang aktif.

"Enggak." Itu jawabku.

"Dicariin?"

"Iya."

"Terus enggak lu kasih tahu?"

"Ya kalo gue kasih tahu, artinya gue bukan kabur dari rumah."

"Aretta, Aretta." Terlihat Egyn geleng-geleng kepala. "Ini tugas Bahasa Pemrograman Python gue udah selesai, lu gimana?" tanyanya.

"Lu juga tau jawabannya." Aku mulai membereskan segala sesuatu yang ada di lantai, seperti mangkuk, gelas, piring dan teman-temannya.

"Caper banget ya lu dengan Pak Laksma, tiap minggu ada aja masalahnya buat dimarahin, bahkan tiap beliau masuk kelas deh kayaknya."

"Lu ngaca, Njing. Tiap Pak Naresh masuk juga lu mulu yang maju ke depan buat mengerjakan tugas. Caper."

"Ck, itu karena lu semua kagak ada yang mau maju!" Egyn berbalik ke arahku, lalu bergerak cepat untuk membantuku yang ingin mengembalikan semua barang yang dia bawa dari dapur. "Biar gue aja, lu diam dan ...."

"Bareng-bareng, daripada lu bolak-ba ...."

"Masalahnya baju lu kayak lontai ya, Anjing! Gimana kalo Om Naresh di luar?" Egyn menyadarkanku dengan sesuatu yang kugunakan sekarang. Setelah bersusah payah menjelajahi isi lemarinya dengan pakaian yang begitu sopan dan santun, aku akhirnya menemukan baju yang hampir mirip seperti yang sering kugunakan di rumah. "Lu di rumah Pak Laksma kayak gini?" tanyanya.

"He'eum."

"Bangsat, tiap hari Pak Laksma lihat lu begini?'

"Ya kenapa jadi lu sewot sih?" Aku menyerahkan tumpukan mangkuk dan gelas di atas piring yang sedang Egyn pegang. "Entar kalo lu balik sini bawain air es sebotol ya."

Egyn berhenti di depan pintu kamar dan menoleh ke belakang dengan wajah kesalnya. "Udah jam 12, ngapain lu minum es?" tanyanya.

"Ya udah sih gue bisa ambil sen ...."

"Iya, iya gue ambilin!"

Setelah Egyn keluar, aku duduk di pinggir kasur dan membuka ponselku lagi. Bahkan wallpaper-nya masih foto Om Laksmada, sedangkan aku kurang yakin bagaimana nasib ponselnya setelah bulan demi bulan tidak pernah kulihat isinya.

Ternyata, pesan Om Laksmada tidak bertambah. Sepertinya dia senang kalau aku tidak di rumah. Jadi aku melempar ponsel itu dan beranjak ke meja belajar Egyn. Kalau diingat-ingat lagi, besok memang jadwal ajarnya Om Laksmada, dan aku belum mengerjakan tugas yang dia berikan minggu kemarin.

Apa aku bolos saja?

Tapi nilai kehadiran juga sangat berpengaruh.

"Anjing anjing." Aku menutup mata dan bersandar di punggung kursi.

OM LAKSMADA 2Where stories live. Discover now