— kirim pap ngentot,
baru gue diem ;🔞🔞
"Ngapain masuk ke sini?" Itu adalah pertanyaan pertama yang Om Laksmada berikan padaku saat pintu ruang kerja pribadinya terbuka.
Bahkan, aku belum melangkah sedikit pun melewati pintunya. Tapi dia seakan memberi peringatan : jangan melampaui batas dan tetap diam di situ. Jadi, aku tetap menjaga jarak di antara kami sembari bertanya, "Enggak ada yang hilang dari brankasnya, Om?"
Sang empunya melirik sedikit ke bagian belakangnya, di mana benda yang kumaksud tepat berada di punggung kursi yang sedang dia duduki. "Enggak ada," katanya.
"Masa? Waktu itu Om Lukas tanya sandinya," kataku lagi.
"Kamu tau sandinya?" Om Laksmada tanya balik.
"060804, 'kan?"
"Bukannya itu sandi ponsel saya?"
Aku diam.
Om Laksmada diam.
Bahkan seluruh pasukan semut kecil yang berjajar di dinding juga terdiam.
"Ehehe." Benar, yang kusebut semalam sandi ponsel Om Laksmada. Ternyata ada gunanya juga kegoblokanku ini. "Jadi beda sandi, ya?" tanyaku.
"Kenapa? Kamu mau tau?"
"Enggak sih, juga lebih baik enggak usah tau."
"Ya sudah, silahkan keluar dari ruangan saya."
"Aku aja masih di luar ini, masuk sedikit pun enggak."
Ketika mendengar itu, Om Laksmada menatapku dari meja kerjanya sana. "Masih saja pakaian kamu itu," tegurnya.
Padahal, badanku masih terlindung daun pintu. Hanya sepertiganya saja yang terlihat, tapi pengamatan Om Laksmada teliti juga. Jadi aku masih menggunakan singlet dan celana pendek. "Iya ini aku mau pake baju kampus, cuman tiba-tiba keingat aja soal brankas," sahutku, "Om Laksma berangkat jam berapa?"
"Memang kenapa?"
"Ya biasanya pagi, lagi males jadi dosen, ya? Atau mau barengin aku nih?"
Dia hampir tertawa mendengar pertanyaanku itu. "Saya ada urusan," katanya.
"Gitu? Ya udah, aku siap-siap dulu. Aku juga enggak mau pamit, jadi langsung berangkat kalo udah selesai."
Dia masih tertawa, memang ada yang lucu, ya?
"Silahkan," katanya lagi.
Aku menutup pintu ruang kerjanya lalu bergegas ke lantai dua untuk siap-siap. Sebenarnya tidak lama, karena aku hanya perlu pakai baju yang benar dan merapikan rambutku yang panjang. Kalau dipikir-pikir, sudah tiga tahun aku tidak potong rambut, sekarang sudah sampai ke bokong. Ini kalau disuruh memerankan tokoh hantu juga aku sudah cocok sekali, tidak perlu pakai rambut palsu segala.
Apa kupotong saja?
Tapi aku suka ketika Om Laksmada menggenjotku —sambil kewalahan menjambak rambutku juga dalam genggaman tangannya yang besar. Sedangkan aku hanya perlu membuatnya kerepotan dan menikmati desahan beratnya di sela kegiatan panas kami.
EH WOI?
Lama juga aku tidak ngentot!
Dan mengenai rambutku, sepertinya aku hanya perlu memotongnya sampai sepinggang, tidak harus sependek rambut Dora. Jadi aku mengikat rambut seadanya dengan karet warna hitam. Lalu bergegas keluar kamar untuk berangkat ke kampus.
YOU ARE READING
OM LAKSMADA 2
Teen Fiction[Book 2 | F I N I S H E D] 🔞sequel OM LAKSMADA You as "Aretta" And "Om Laksmada" as your type Berani menjadi gadis gila Part II seperti Aretta? Kalau kamu bosan hidup, silahkan dicoba. Jangan mampir kalau seleranya bukan di book ini plis, mohon ban...