SEBELAS : Ngemis atau Nangis?

6.1K 394 48
                                    

— saya menggingit
bibir ini dan
melukainya;

🔞🔞

Jadi, yang sekarang kulihat dari atas kasur adalah Om Laksmada yang berdiri di ambang pintu. Sepertinya, kami sama-sama baru saja keluar dari kamar mandi. Sebenarnya jadwalku setelah mandi ada banyak, itu termasuk perawatan tubuh dan wajah yang alat dan bahannya berjajar di meja rias dekat lemari baju.

"Apa? Aku belum wangi, bener-bener baru aja keluar kamar mandi." Itu yang kukatakan padanya.

"Kamu suruh saya nunggu berapa lama lagi?" tanyanya.

Aku tertawa. "Ye elah, emang susah?" tanyaku juga.

Om Laksmada tidak menjawab lagi, jadi aku mulai menggosok area kakiku menggunakan body lotion diptyque yang sudah kuajak duduk bersama di atas kasur. Lagian siapa suruh gengsinya harus setinggi menara Eiffel begitu?

"Sini." Aku bukan bermaksud menolak kedatangannya, sudah lama tidak lihat Om Laksmada telanjang dada begini. Kalau pun aku sangat tantrum untuk melihatnya tidak mengenakan apa-apa, handuk putih di pinggangnya bisa saja kutarik dengan mudah.

Pria itu terlihat meneliti isi kamarku, memang sejak terakhir kali dia kecelakaan, kamar ini hanya dihuni oleh aku saja sebagai pemiliknya. Baru dua langkah dia berjalan, dan tampak Om Laksmada memikirkan sesuatu dengan begitu susah payah.

"Saya rasa kamar ini  ...." Dia menghembuskan napasnya panjang sekali, lalu berkacak pinggang dan menatapku dari jarak beberapa meter. "Beberapa ingatan berputar di otak saya," katanya.

Aku pun berhenti melakukan sesuatu dan menatapnya. Ini dia bercanda atau kenapa?

"Jangan bilang udah dari lama inget sesuatu?!" tunjukku padanya.

"Cuma sesuatu yang kecil, saya enggak berani bilang ke kamu," katanya.

"Lah apaan? Jangan gitu! Aku nungguin banget Om Laksma inget semuanya lagi."

"Tapi saya masih kurang yakin apakah ini ingatan atau fantasi saya saja. Dan selama beberapa malam, saya memimpikan sesuatu yang sebaiknya enggak diceritakan ke siapa-siapa."

"Iya apaan, Om?"

"Saya dan kamu." Om Laksmada tiba-tiba mendekat, bahkan dari ujung kasur sana, dia meraih kaki kananku dengan tangannya yang panjang lalu menarikku hingga terseret mendekatinya.

Tubuhku terbaring kaku tepat di bawahnya, di mana Om Laksmada langsung membungkukkan tubuh dan menahannya dengan telapak tangan —di samping kanan dan kiri keberadaanku. Karena terlalu kaget, aku sampai tidak tahu harus melakukan apa.

Kaget : akan ketampanannya.

Kaget : akan tatapannya yang seakan ingin memakanku.

Kaget : INI NGENTOT YA, ANJING?!

"Saya mencium bibir ini." Dia meletakkan jari telunjuknya di bibirku. "Lalu menggigitnya." Jari itu bergerak ke salah satu payudaraku yang masih tertutup handuk, dia memutar-mutarnya mengelilingi area puting.

"Saat itu kamu menangis, meminta saya berhenti, dan memukul-mukul bahu saya." Kemudian dia menarik salah satu bagian handukku ke bawah, pelan-pelan menyusuri area dalamnya dan meraba-raba dua payudaraku secara bergantian. "Sayangnya, saya begitu marah, entah karena apa. Jadi saya tidak sadar sudah membuat bibir kamu terluka," katanya.

OM LAKSMADA 2Where stories live. Discover now