DUA PULUH LIMA : Sangat Barbar

5.5K 387 87
                                    

——Anak haram, pulangnya
malam ;

🔞🔞

Saking terlalu seringnya kerja kelompok, aku harus memakan waktu lebih banyak di luar rumah setiap mata kuliah terakhir selesai. Kali ini tugas kami termasuk proyek besar, tapi anggota tim yang dibagi tetap saja dua orang. Dan beruntungnya aku dengan Egyn, sehingga kami menghabiskan waktu di tongkrongan anak kuliah yang juga sedang mengerjakan tugas.

"Bjir punggung gue!" Aku merenggangkan tubuh sambil mengangkat tangan ke atas, sementara Egyn di sebelahku sedang menikmati minuman rasa apel yang kami pesan. "Gini amat bikin front-end, kepleset dikit aja di CSS-nya langsung berubah jadi beda alam," keluhku.

"Lu kreatif juga ya, Nyet. Gue kira cuma jago nontonin bokep aja," ujar Egyn.

"Padahal muka lu udah kayak anak-anak multimedia, Njing. Taunya bikin desain antarmuka aja jelek banget."

"Omongan lu, Coy. Kalau enggak gue yang handle nih back-end, lu bisa apa?"

"Bisa ngentot."

"Bangsat!" Egyn hampir menempelengku di sini. "Omong-omong, lu pulang jam berapa, Nyet?" Lalu dia bertanya.

"Kalau lu pulang, gue juga pulang," jawabku.

"Ya udah, ayo sekarang."

"Lah? Baru jam ber  ... ANJIR JAM DELAPAN MALEM, NJING!" Aku rasanya mau salto belakang ketika melihat penanda waktu di pergelangan tanganku. "Perasaan baru aja tadi jam dua siang, enggak kerasa banget kayak nonton bokep," keluhku.

"Lanjut di rumah aja, entar gue kabarin." Egyn sudah mematikan laptopnya sejak tadi, sekarang dia benar-benar bersiap dengan matang.

"Buru-buru amat, kayak takut dimarahin siapa gitu," celetukku sambil mematikan laptop yang ada di depan. "ANJIR!" Kemudian aku berseru lagi saat melihat notifikasi ponselku.

Enam belas panggilan tidak terjawab dari Om Laksmada.

Aku lupa mengabarinya sedang kerja kelompok. Lagipula ada masalah urgent seperti apa sih? Banyak sekali dia memanggilku.

"Ayo cepat pulang!" Sekarang aku yang jauh lebih tergesa-gesa ketimbang Egyn, sedangkan sang empunya hanya geleng-geleng kepala melihatku. "Jangan lupa pap ngentot ya, Njing," ucapku mendahuluinya.

Dalam langkah tergesa-gesa itu, aku menghubungkan panggilan dengan Om Laksmada. Baru satu kali berdering, dia langsung mengangkatnya dengan begitu cepat.

"Ngapain? Kenapa enggak angkat telpon?" tanyanya tanpa mengizinkanku bicara lebih dulu.

"Aku kerja kelompok, lupa hidupin nada dering," sahutku, "Maaf Om, tapi ini aku udah di parkiran. Mau pulang."

"Saya mau ngabarin kamu kalau saya pulang agak telat, Aretta."

"Yeh, cialan!" Aku hampir membanting helm yang kupegang, kalau saja aku lupa harganya tiga ratus tiga puluh lima ribu rupiah. "Pulangnya kapan?" tanyaku.

"Kurang tau, kamu enggak usah nungguin saya. Kalau memang mau makan dan tidur duluan, enggak apa-apa."

"Oke deh." Aku duduk di motorku dan memangku helm di atas pahaku. "Jangan lupa pap outline kontolnya ya, Ganteng."

"Sss, mulut kamu!"

"I love you too, haha."

Panggilan kami berakhir di mana aku mengirimkan foto selfie dengan setelan helm yang sudah terpasang di kepala. Lalu, dengan cepat juga Om Laksmada membalas dengan kata cantik.

OM LAKSMADA 2Where stories live. Discover now