SEMBILAN BELAS : Maaf, Aretta

6.2K 462 154
                                    

— Bagiku Tante Alana
tetap orang yang baik ;

🔞🔞

Bahkan drama Korea saja tidak punya OST yang cocok untuk mendampingi suasana yang terjadi di antara aku dan Om Laksmada. Kami berdua sama-sana bungkam untuk beberapa alasan yang tidak tertata.

Dia yang menatapku dalam keheningan, sementara aku yang sesegukan parah di depannya.

Mungkin, aku seperti monyet yang terharu karena berada dalam pangkuan pangeran tampan dan juga menawan seperti Om Laksmada —karena dia memang sesempurna itu. Tapi tidak dipungkiri kalau di balik rasa senang itu, aku juga harus terpukul lagi dan lagi.

"Tapi enggak apa-apa sih, he he. Aku bukan siapa-siapa juga," ucapku dengan penuh kesadaran ber-topping sedih, sakit hati, kecewa, merana, dan tidak memiliki semangat hidup.

Aku memang tidak tahu apa yang Om Laksmada pikirkan selama matanya terus memandangku dalam makna penuh penyesalan. Tapi aku tahu kalau kondisi tubuhnya tidak begitu baik saat dia mulai mendaratkan telapak tangan di area jidatnya. Meski dia tidak memintaku untuk turun, tapi aku sendiri yang bergerak untuk meringankan bebannya.

"Kenapa?" Aku tanya begitu sambil memegang pipi kirinya.

Om Laksmada tidak mengatakan apa pun selain meraih tanganku dan menggengamnya sekuat mungkin. Dia terlihat kesakitan, aku bahkan sampai tidak sadar kalau tanganku seperti ditindih kaki babi. Tidak, maksudku, meski aku juga tidak pernah bertemu babi, aku tidak perduli. Maka begitu juga rasa sakit yang kualami saat dia gemetaran mencengram pergelanganku.

"Om?" Aku menegurnya lagi, sambil mengusap kedua pipiku yang basah.

"Saya mau istirahat." Dan itu yang dia katakan sambil melepas genggamannya.

Selama beberapa saat aku masih berdiri di depan pria tersebut dengan tatapan teduh, sedangkan Om Laksmada terbaring di kasurnya dengan posisi kaki bergelantung di atas lantai. Dia menutup mata dengan lengan kanan dan mengatur napas yang kelelahan. "Tolong matikan lampunya," kata Om Laksmada lagi.

Keningku berkerut sedikit sambil melihat sekeliling. "Terus aku keluar gimana? Enggak dibuka dulu pintunya?" tanyaku.

"Saya malas," jawabnya.

"Lah? Ya udah sini kuncinya, aku bisa buka sendiri." Aku mengulurkan tangan meski tahu kalau Om Laksmada tidak melihatku sedikit pun.

Kemudian tangan kirinya terangkat dengan kalimat, "Ambil."

Dan aku tahu itu mustahil, sebab kuncinya dia sembunyikan di telapak tangan yang tertutup. Jadi aku hanya menghela napas sambil menggaruk bagian belakang kepalaku. Entah apa yang Om Laksmada pikirkan, yang kutahu, isi kepalanya pasti sedang berantakkan sekali saat ini.

Maka sesuai keinginannya, aku mematikan lampu kamar tersebut. Lalu bergerak ke arah meja kerjanya untuk mematikan laptop yang masih menyala. Sebenarnya aku tidak langsung melakukan hal tersebut selain termenung memandangi layar bergambar hitam putih di sana, sampai aku mendapati jejak waktu yang ditunjukkan oleh hasil rekaman CCTV itu.

2019? 

Anjir aku masih terombang-ambing jadi anak brokem home itu, Cok!

Artinya aku belum ada di rumah ini.

Dan perselingkuhan Tante Alana sudah terjadi sebelum itu?

YA ANJING DONG, BANGSAT!

Aku menoleh ke belakang di mana Om Laksmada masih bertahan dalam posisi yang tidak sehat. Wajar kalau dia begitu emosional malam ini. 

OM LAKSMADA 2Where stories live. Discover now