16. Camping-00 (Tampar)

245 32 6
                                    

Hay, haloo, annyeong, Maruk kambek (⁠~⁠‾⁠▿⁠‾⁠)⁠~ adakah yang kangen dengan Maruk yang cantik, manis, rajin menabung, dan tidak sombong iniiiii?!

Ayo tekan bintang yang ada di pojok bawah dulu (⁠ノ⁠•̀⁠ ⁠o⁠ ⁠•́⁠ ⁠)⁠ノ⁠ ⁠~⁠ ⁠┻⁠━⁠┻. Biar ga jadi siders 😗

Maruk mau bikin target deeeeh, 110 views, 27 vote sama komenan random. Serandom apapun bakalan tetep Maruk balesin satu per satuuuuu 😗✊

Yang siders keselek botol marjan 😋👊

Enjoy, and happy reading 🕊️






















"Duuuuuh, ketawanya ketawa karir banget ya Tuhan."—Karin.
























•••••

Sebuah lahan luas di Neo school nampak dipadati oleh beberapa manusia berbeda kelamin, serta terdapat satu buah armada bus besar berwarna hijau yang terparkir di sana. Terdapat juga satu buah mobil ambulance yang terparkir di samping bus bernomorkan seratus dua puluh tujuh.

"Setaaaaaan, akhirnya lo dateng juga. Gue hampir lumutan nungguin lo dateng." Heksa berseru begitu melihat sosok Nathan yang datang mendekati dirinya.

"Persaan lo baru sampe lima menit yang lalu deh, Sa." Karin melontarkan komentarnya.

"Biarin sih!" Heksa sewot sendiri, anak itu menatap Karin sangsi. Sedangkan Winda hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir, kenapa Heksa suka sekali mendramatisir keadaan?

"Ni anaknya si Jepri belum dateng apa gimana, anjir?" Heksa mengecek jam tangan digital yang melingkar apik di pergelangan tangan kirinya.

"Sabar, tadi gue telfon bilangnya lagi on the way ke sini. Paling lima menit lagi sampe." Pemuda kelahiran Agustus itu berucap sembari menatap ke arah Winda. Winda yang ditatap demikian merasa em, gugup?

Jantungnya terasa berdetak lebih cepat dari waktu normalnya, gadis kelahiran satu Januari itu meneguk ludahnya lantas berpura-pura sibuk dengan ponselnya.

Tak lama, sebuah sedan hitam nampak berhenti tepat di dekat Heksa dan anak-anak lainnya berdiri. Semua mata kini tertuju pada kendaraan roda empat itu.

Pintu mobil itu terbuka, menampilkan sosok pemuda bermata sipit dengan baju putih yang dibalut dengan cardigan motif kotak-kotak coklat putih serta celana olahraga Neo school.

"Woy anaknya Jepri!" Yang dipanggil demikian melotot ke arah Heksa yang baru saja berseru dan memanggilnya.

"Lam—" Ucapan Heksa terpotong ketika Jeffri keluar dari kursi kemudi, para kaum hawa nampak menatap ke arah Jeffri yang nampak begitu tampan dengan gaya berpakaian tersebut.

Di mana letak empat puluh tahun pada diri Jeffri? Laki-laki itu bahkan masih terlihat seperti berusia dua puluh delapan tahunan. "Sesuai kesepakatan kita tadi ya, Dad. Jenandra ikut di bis bareng temen-temen."

Jeffri hanya mengangguk sembari berdehem malas, "Jeffri?" Jeffri menoleh, ia tersenyum ketika mendapati presensi Tian.

"Tian?" Tian mengangguk, keduanya lantas berjabat tangan sembari tertawa karier.

HEY, LOOK AT ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang