Part 2

1K 133 3
                                    

Sepanjang hari, Callea hanya didalam kamar. Ia memikirkan banyak hal termasuk offering letter yang baru saja ia terima, jujur itu penawaran yang sangat menggiurkan. Namun lamunan Callea buyar kala mendengar suara ketokan.

Tok tok

"Mama boleh masuk?"

Callea mengangguk sembari tersenyum, ia berpura-pura seolah sedang membereskan kopernya.

"Jadi gimana? Masih mau stay di Paris? Nggak sekalian pulang aja?" ujar sang Mama dengan nada yang serius, ia berharap anak bungsunya itu kembali tinggal bersama mereka. Memang selama ini ia dan suaminya yang rutin mengunjungi Callea walau hanya sesekali.

Melihat reaksi sang anak yang masih terdiam.
"Tapi apapun itu, Papa sama Mama tetep support kamu sayang" ujar sang Mama pada akhirnya, ia tak mau memberatkan apalagi memaksa anak bungsunya dalam mengambil keputusan.

"Thanks a lot Ma" timpal Callea dan segera memeluk wanita yang sudah melahirkannya dan membesarkannya itu. Ia sangat bersyukur kedua orang tuanya tak pernah memaksanya dalam melakukan apapun, ia ingat sewaktu ia memilih Paris sebagai destinasi study nya walau sempat tidak disetujui oleh Callen yang kala itu sudah di Harvard, bahkan Callen memaksa Callea ke Boston juga. Namun Callea tetaplah Callea dengan sifat keras kepalanya, berbagai macam cara ia lakukan dan pada akhirnya kedua orang tuanya bahkan Callen pun hanya bisa mensupport pilihannya dan berlanjut sampai saat ini.

Callea berfikir sejenak sebelum mengajukan pertanyaan pada Mamanya. "Oh ya Ma, Callea mau tanya sesuatu, boleh?"

"Tanya apa sayang?"

"Kalau Callea nggak mau nikah, Papa sama Mama marah nggak?" Tanyanya harap-harap cemas. Pertanyaan yang akhir-akhir ini terus bersarang dikepalanya, tentu saja ada alasan mengapa ia berani menanyakan hal tersebut.

"Kok nanyanya gitu"? Tanya sang Mama dengan ekspresi terkejutnya, tak pernah terbayangkan anak bungsunya menanyakan hal yang seperti itu.

"Allea kadang ngerasa ada yang salah sama Allea Ma" ujar Callea pelan namun masih bisa terdengar.

"Maksudnya gimana sayang?" Sang Mama yang masih mendengarkan keluh kesah sang anak dan berusaha untuk tak menghakimi sebelum hal yang ceritakan usai.

"I don't know why. Allea ngerasa bisa melakukan semuanya sendiri dan faktanya memang kayak gitu kan? Belum lagi yang deket sama Allea nggak ada yang bner Ma. Apa Allea terlalu pemilih ya?" Tanyanya pelan dengan berharap jawaban yang akan diberikan oleh sang Mama menjawab pertanyaannya.

Ia sadar kisah percintaannya tak pernah ada yang berjalan mulus, beberapa kali pacaran tentu saja Callea secara perlahan mulai menyadari penyebab retaknya hubungan yang selama ini ia jalin. Perbedaan prinsip dalam menjalin hubungan salah satu penyebab utamanya, belum lagi Callea yang tak nyaman dengan intimate skinship. Ia bahkan pernah berpacaran hanya sehari karna menolak dengan keras ajakan having sex pacarnya kala itu. Belum lagi kejadian 5 tahun yang lalu, kejadian yang berhasil merubahnya menjadi sosok Callea yang sekarang.

Dengan perjalanan percintaannya tak heran bagi Callea dengan umur yang sudah kepala tiga belum  ada sebersit bayangan untuk menikah. Dan sekarang impiannya tentang marriage life perlahan terus memudar, ia tahu tak ada laki-laki yang sempurna, bahkan Papanya saja memiliki kekurangan, belum lagi kembarannya Callen dibalik semua sifat kakunya tak ada yang menyangka bukan Callen dan sahabatnya Aletha berjodoh karena MBA, tapi untungnya kehidupan pernikahan mereka sejauh ini semakin menunjukkan keharmonisan dan cinta yang semakin terlihat diantara keduanya dan Callea sangat bersyukur akan hal itu.

Setelah mulai mengerti kemana arah pembicaraan sang anak, sang Mama memeluk putri bungsunya itu sembari mengelus kepalannya,"Gini sayang, perkara jodoh itu nggak ada yang tahu. Sekarang ini umur nggak bisa dijadikan patokan, nggak ada yang namanya terlambat karena semua sudah ada waktunya. Siapa sangka kan Koko kamu yang pendiam gitu malah nikah muda, walaupun nikahnya karena insiden tapi itu yang sudah ditakdirkan Tuhan. Siapa sangka juga kan nikahnya sama sahabat kamu".

Landing On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang