"Muka lo cerah banget" ucap Callen kala Calvin bergabung bersamanya. Saat ini mereka tengah sarapan bersama.
"Ya bagus dong" Calvin tak bisa menutupi bahagianya. Bagaimana ia tidak bahagia kalau hubungannya dengan Callea menunjukkan banyak kemajuan.
"Untuk orang yang baru selamat dari maut dengan wajah yang sebahagia itu?" Tanya Callen heran.
"Muka lo kayak abis dapet jatah" Pernyataan yang dilontarkan Callen membuat Calvin sedikit tersedak, hampir memuntahkan air yang baru diminumnya.
Callea yang baru bergabung bersama mereka segera menepuk pelan bahu Calvin sembari menatap kokonya dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Apasih Al" Callen kembali menimpali.
Belum sempat Calvin bersuara namun suara pelayan menghampiri mereka dan membawakan apa yang telah dipesan sebelumnya.
"Sejak kapan lo suka makan udang?" Callen kembali bersuara. Dan saat itu juga Callea tersedar jika ia salah, ia tak bertanya lebih lanjut pada Calvin karena tunangannya itu hanya menjawab bebas mau dipesankan apapun.
"Kenapa nggak bilang" ucap Callea sambil menoleh kearah Calvin, yang dituju hanya pura-pura menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali dan Callea menghela nafasnya.
"Cepet nikah deh kalian berdua"
"Ini lagi diperjuangin biar cepat dinikahin, ya kan sayang?" ucap Calvin santai dan dengan sengaja sedikit menyenggolkan bahunya ke bahu Callea yang berusaha menahan senyumnya.
Setelah itu ketiganya fokus pada makanan masing-masing dengan selingan tawa diantaranya.
"Itu gelasku" protes Callea pada Calvin.
"Nggak gelas, nggak orangnya, sosor terus" ucap Callen yang membuat Calvin kembali tersedak, hampir memuntahkan air yang telah ia minum.
"Pelan-pelan dong" ujar Callea sembari menepuk pelan bahu Calvin.
Callen hanya bisa menggeleng menyaksikan dua insan didepannya, fokusnya pun kini jatuh pada dua kantong mata keduanya dan detik itu juga Callen sepertinya bisa menerka apa yang telah dilakukan dua orang didepannya.
.
.
.
."Lo kapan baliknya?" Tanya Calvin. Saat ini ia sedang berada di kamar hotel Callen, sengaja menghampiri sahabatnya itu karena ada beberapa hal yang perlu ia bicarakan.
"Flight gue dua jam lagi. So, masih ada sedikit waktu ngobrol sama calon adik ipar"
Calvin hanya terkekeh mendengar sahabat sekaligus calon kakak iparnya itu, sebelumnya ia masih menimbang-nimbang apakah akan bercerita kepada Callen atau tidak. Namun pada akhirnya cerita mengalir begitu saja walaupun tak semuanya.
"Setelah kalian nikah dan Callea masih ingin stay di Paris terus gimana dengan kehidupan lo? Apa lo sanggup?"
Calvin terdiam dan menatap Callen yang hanya menghela nafas seperti sudah tau jawabannya.
"Terkadang kita perlu egois kalau itu menyangkut orang kita cintai"
"Kebahagiaan Callea yang terpenting" timpal Calvin.
"Terus gimana dengan kebahagiaan lo?"
Calvin terdiam, seketika ia bingung mau berkata apa.
"Lo ngomong kayak gitu tapi begitu jauh lo juga yang menderita"
Perlahan Calvin mengangguk dan membenarkan apa yang diucapkan Callen.
"Setelah resmi jadi suami istri nanti lo punya hak lebih, kalo Callea masih keras kepala juga solusinya ya cuman satu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Landing On You
RomanceCallea Eleanor Morata. Lahir dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kehangatan membuatnya tumbuh menjadi anak yang cukup manja dan kadangkala susah diatur. Namun seiring berjalannya waktu ia mulai merasakan kehampaan dan tanpa ia sadari hal it...