Part 20 ~ End

1.1K 128 46
                                    

"Detik-detik mendengar tangis pertamanya, sungguh suara terindah yang pernah kudengar"
__________________________________

Sesaat Callea menoleh dan mengulas senyumnya mendapati panggilan Video Call dari suaminya.

"Hai" sapa Calvin memandang dengan gemas wajah istrinya yang tengah cemberut.

"Awas ya kalau nanti sore nggak pulang!" Ancam Callea yang ditimpali kekehan oleh Calvin. Sungguh ia akan marah jika suaminya itu tak jadi pulang. Besok pagi adalah jadwal yang sudah ditentukan untuk proses persalinannya melalui operasi Caesar karena salah satu bayi mereka dalam posisi sungsang sehingga SC adalah pilihan yang paling tepat. Siang ini ia akan mulai menjalani rawat inap karena harus melakukan tes urine dan darah terlebih dahulu.

Pernah terlintas dibenak Callea untuk bisa merasakan melahirkan secara normal tapi kondisinya tak memungkinkan. Mamanya pernah berpesan padanya apapun jalan lahirnya seorang anak, baik normal ataupun caesar Ibu tetaplah seorang Ibu dengan perjuangannya yang tak mudah tanpa mengurangi kodratnya sedikitpun. Karena menjadi orang tua terlebih seorang Ibu bukan hanya pada saat mengandung dan melahirkan saja tapi taruhannya yang seumur hidup.

"Aku bakalan marah kalau kamu kalau nggak bisa temenin lahiran, kita bikinnya berdua jadi lahirannya juga harus berdua" lirih Callea dengan tatapan sendunya.

Diseberang telfon Calvin diam tak bersuara, sungguh ia pun tak bisa membayangkan jika hal itu benar terjadi.

"Lagi makan apa? Puasanya belum mulai ya?" Tanya Calvin mengubah topik pembicaraan. Walaupun sebenarnya ia tahu istrinya itu sedang mengemil buah, tiba-tiba ia teringat penjelasan dokter yang mengatakan bahwa sebelum menjalani SC pasien diharuskan berpuasa selama selama delapan sampai dua belas jam sebelum operasi. Hal ini merupakan salah satu prosedur operasi caesar yang harus diikuti demi kelancaran proses melahirkan.

***

Sore telah tiba, semua keluarga inti sudah menjenguknya, tapi Calvin belum juga menujukkan tanda-tanda kedatangannya. Seharusnya suaminya itu sudah sampai Jakarta. Callea mengembuskan nafasnya pelan, mengedarkan pandangannya mencari dimana letak keberadaan handphonenya.

"Calvin baru ngabarin Mama, pesawatnya delay" ucap Mama mertuanya, mungkin ia sudah membaca gerak geriknya sejak tadi.
.
.
.
.

Callea mengerjapkan matanya dan mengedarkan pandangan ke seisi ruangan. Sepi tak ada siapapun, namun ia baru tersadar kala tangan kanannya digenggam.

"Kapan sampainya hmmm" lirihnya pelan, memperbaiki sedikit posisi tidurnya dan kini menghadap ke arah Calvin yang tengah terlelap, merapikan rambut suaminya yang terlihat sedikit berantakan bahkan jelas terlihat wajah lelahnya. Dan taklama setelah itu Calvin mengerjapkan matanya dan mengulas senyumnya.

"Kenapa bangun hmm? Butuh sesuatu?" Calvin yang kini berdiri seakan tengah bersiap mengambilkan sesuatu yang akan diminta Callea."Mau minum?" Tanyanya lagi.

Yang ditanya hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan, ia mengisyaratkan Calvin kembali duduk. "Puasa sayang". Timpalnya dan kini membawa tangan Calvin mengusap perutnya.

"Besok bakalan ketemu mereka" ucapnya dengan tatapan berbinar, sungguh ia tak sabar untuk itu.

Keduanya terdiam sesaat, Calvin juga tak membalas ucapan istrinya. Sungguh ada ketakutan tersendiri yang menghampirinya sejak menginjakkan kakinya di Jakarta, ia sibuk dengan pikirannya sampai ia tersadar kala Callea mengelus pelan lengannya.

"Hey, mikirin apasih?" Tanya Callea dengan tatapan penuh heran.

"Allea"

"Hmm?" Callea kembali terheran, namun tak lama setelah itu ia memejamkan matanya kala merasakan pelukan hangat dari suaminya. Walaupun ia dalam posisinya yang kurang nyaman, tapi ntah mengapa pelukan kali ini terasa begitu menenangkan bagi keduanya.

Landing On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang