Bab 14

1.9K 200 15
                                    

mohon bantuannya ya guys, jangan dibawa ke real life ini hanya cerita fantasi.

.

.

Ada momen dimana Devan suka duduk diteras rumah ketika malam. Dia suka mengamati bulan yg berubah bentuk setiap harinya. Dan kali ini yg ia lihat adalah bulan sabit. Bulan tsb mengingatkannya terhadap sang mantan istri yg pernah berkata jika keduanya memutuskan untuk memiliki anak, Leya ingin anak mereka diberi nama Tsabit.

Sayabgnya sebelum mereka  memutuskan untuk memiliki anak, Leya sudah memutuskan untuk meninggalakanya.

Devan ingat betul bagaiman tangis pilu Leya kala itu. Perempuan tab sudah tidak sanggup melanjutkan hubungan mereka. Dan secinta-cinta Devan kepada Leya, ia tidak akan memaksa perempuan tsb untuk terus berada disisinya jika hal tsb hanya menyakiti Leya.

Leya tersakiti sebab berada disisinya. Sungguh hal yg ironis.

"Van, ngapain disini?" tanya yg mama yg keluar dan ikut bergabung. Duduk dibangku teras sambil memandangi langit.

"Barang-barangmu masih ada yg ketinggalan disanakan? kenapa ngga diambil?" Bu Anin hanya menyebutkan kata "Disana" namun Devan pahan kata tsb merujuk kemana. Laki-laki itu menggeleng pelan.

"Rumahnya udah kosong selama sebulan loh."

Perkataan beliau menarik atensi lebih dari Devan.

"Leya..." ucapnya menggantung.

"Dia juga pindah."

Bohong jika Bu Anin tidak merasa sakit hati dengan keputusan Leya hingga membuat anak semata wayangnya begini. Tapi disisi lain ia tidak bisa ikut campur sebab yg menjalani rumah tangga tsb adalah keduanya, bukan dirinya. Dan jika perceraian adalah keputusan terbaik yg bisa mereka ambil, maka bu Anin bisa apa.

"Kamu nyadar ngga kalo akhir-akhir ini kamu banyak ngomong. Makan malam juga ga harus mama ambilin dulu. Gri pinter bujuk kamu berati, Van." Ucap bu Anin mengganti topik pembicaraan.

"..."

"Tapi anak orang jangan diapa-pain ya."

"Mama nuduh akau ngapa-ngapain, Gri?"

Kejadian siang tadi dimana ia ambruk tepat diatas tubuh Grisea kembali muncul dipikiranya sebab ucapan sang mama. Yang itu bukan salah satu dari rencana Devan. Semuanya terjadi begitu saja.

Dia lantas menegakan posisi duduknya. Janga-jangan bu Rw bercerita tentnag kejadian yg dilihatnya kepada bu Anin.

"Kamu bikin basa Gri, itu apa maksudnya?"

Oh bu Rw betulan menepati uacapanya dengan tidak menyebar luaskan hal yg dilihatnya tsb sebab Devan menyuruhnya untuk menerimah semua uang yg tadinya diberikan, tidak perlu dikembalikan. Dan sebagai gantinya ia meminta bu Rw untuk tutuo mulut. Percuma saja jika dijelaskan, beliau juga tidak akan percaya.

"Dia ngajakin akau mancing dikolan ikannya bu Rw. Terus kecebur."

"Kok kata bu Rw kamunya telanjang?"

Selepas membaca oesna di Grup, Bu Anin lanjut menyakan informasi selengkapnya kepada bu Rw.

"Bajunya aku kasih ke Gri, soalnya bajunya dia nerawang. Ma, serius deh. Aku udah dewasa aku nggak akan ngelakuin hal-hal begitu tanpa consent dari Gri."

"Berarti semisal Gri mau, kamu juga mau?"

Devan nyengir. punggungnya kemudian ditabok oleh bu Anin.

"Jangan main-main, Van. pak Gio galak. Gri anak perempuan satu-satunya, mama ga yakin dia bakal setuju semisal kamu sama dia. Kamu cerainya karna masalah dan pasti pak Gio mikir kalau bisa jadi kamu itu ngga beres makanya bisa cerai."

"Aku ngga ada niatan kesana. Jangan-jangan sebenernya mama nyariin calon istri berkedok babysitter?!"

"Kok nuduh??"

"Nanya bukan nuduh."

Mamanya menatapnya dengan oadangan curiga. "Paaaaa mama dituduh yg nggak-ngakk sama Devan!!"

"VAN! PAPA SUNAT LAGI KAMU NANTI!!" teriak papanya dari dalam rumah.

Harusnya dulu Devan minta dibuatkan adik, supaya mendapatkan teman dalam mengahadapi kelakuan kedua orang tuanya tsb.

.

.

Malama hari saat kedua orang tuanya dan Dinantara sudah tidur, Grisea pergi kedapur. Mencari apapun yg bisa ia makan karna perutnya keroncongan. Sayangnya dikulkas yg biasanya berisi banyak bahan makanan itu hanaya berisi air-air dingin, dan di dalam tidak ada mie instan.

Grisea berpikir ia harus siap-siao jika papanya berkata harus pindha rumah. Mana tiga mobil beliau yg berada digarasi sudah tidak ada semua.

Pak Gio benar-benar totalitas dalam membohonginya. Dinantara saja dibriefing walaupun kecil kemungkinan bocah itu mengerti.

Rasasa Grisea ingin menangis merasakan perutnya yg berbunyi terus menerus. Lalu tiba-tiba datang sebuah keajaiban tatkala Grisea membuka ponsel dan melihat jika nomer mas Devan masih aktif.

Mas Devandra

Mas makan

Buset Gri. Ini udah diluar jam kerjaan, kenapa masih ngingetin makan.

Maksudnya aku yg mau makan

Makan tinggal makan kenapa haru laporan saya dulu?

Aku laper. Nggak ada makanan apapun dirumah. Minta mie instan boleh ngga?
_____________________________________

P

esannya tidak mendapat jawaban, tiga temannya pun sudha terlelepan tidak membaca pesannya. Grisea kemudian memeinum beberapa gelas air putih, bukannya kenyak perutnya malah kembung.

Mas Devandra:
Buka gerbangnya. Saya didepan.

Berakhir Grisea mendapatkan satu kerdus penuh mie instan dari Devan. Emang aneh laki-laki itu. Grisea hanya meminta satu namun diberi satu kerdus. Katanya Devan ambil di gudang mamanya.
_______________________________________

See yuu guys
vote dong guys😭

Maaf ya ga up", mood author lagi turun bgt.


#Greshanantikaram

Mas Duda (DelGre)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang