Bab 36

1.2K 139 10
                                    

mohon bantuannya ya guys jangan dibawa ke real life ini hanya cerita fantasi.

.

.

Devan melongo karena teriakan dari Fariz, masih dengan posisi yang sama hingga Grisea mendorongnya dan cepat-cepat keluar mobil dengan gerakan kikuk dan tangan yang merapikan baju, membuat fitnah yang Fariz berikan makin menjadi-jadi.

Fariz mendekati Grisea sembari memegangi ujung baju si cewek dengan dua jarinya. "Eh ciuman beneran ya kalian berdua? Kok lo segala benerin baju?"

TAK

Kepala Fariz digetok oleh Grisea dan membuat sang korban mengaduh.

"Ngeselin lo!"

"Eh tangan lo kenapa?"

tanya Fariz dengan wajah yang berubah panik tatkala melihat luka Grisea.

"Jatuh tadi," jawab Grisea cuek.

Setelahnya mobil Devan melaju pergi dan Grisea yang berjalan masuk ke dalam rumah bersamaan dengan Bu Shania yang keluar sembari membawa teflon legend miliknya yang suka digunakan untuk menampol pantat orang yang membuatnya naik pitam.

"Ma Fariz bohong-"

Bu Shania tidak menggagasnya dan malah mendekati Fariz dengan teflon yang terangkat ke udara. Merasa nyawanya terancam, Fariz pun langsung lari pontang-panting meski tidak tahu kesalahan apa yang sudah dilakukannya sampai membuat Bu Shania murka.

"Bocah sontoloyo! Dinan bangun gara-gara teriakan kamu!!!"

"AAAA AMPUN PADUKA!!!"

Keduanya melakukan aksi kejar-kejaran layaknya film India dengan backsound lagu jedag-jedug remix yang Akas nyalakan dari speaker di rumah Bu RW dengan suara yang keras. Ia bersandar di gerbang rumah itu bersama Bu RW yang ikutan menonton anaknya yang menjadi target amukan Bu Shania untuk yang kesekian kalinya.

"Ih larinya Fariz jelek banget ya, Kas. Kaya bebek gitu." ucap Bu RW mengomentari.

Grisea membuang napas lelah. Akas pun hendak mendekat melihat tangannya yang luka namun langkahnya terhenti sebab ada Devan yang menghampirinya sembari menenteng kotak P3K.

.

.

Sepertinya Fariz patut untuk dilabeli sebagai seorang public enemy di komplek Senja Merah. Hampir seluruh penghuni komplek itu pernah dibuat marah oleh Fariz dan membuatnya suka dinistakan.

jika ada acara Agustusan sebagai bentuk pelampiasan akan kekesalan yang selama ini terpendam.

"Kamu kok betah temenan sama si Fariz sih?" tanya Devan sembari memasang plester ke luka di telapak tangan Grisea.

Sebetulnya dia tidak berniat datang dan mengobati Grisea karena yang ingin dilakukannya selepas sampai rumah adalah mandi dan tidur karena energinya terkuras habis untuk menghadapi perdebatan para orang atas di Arghanta Group. Tapi saat melihat Bu Shania mengejar Fariz tatkala hendak menutup gerbang rumahnya, dia tahu kalau Bu Shania tidak sadar dengan luka anaknya. Dan entah berapa lama beliau akan menyudahi aksi mengejar Fariz.

"Gitu-gitu dia teman terdebes yang aku punya, Mas. Udah kubilang kan si Fariz tuh partner in crime aku?"

Devan mendengus kemudian menutup kotak P3K karena sudah selesai mengobati Grisea.

Dinantara yang katanya sudah bangun itu kini menonton televisi sambil makan es gabus yang dibelinya bersama Fariz dengan anteng. Sebetulnya dia terbangun bukan karena teriakan Fariz tapi karena dia lelah pura-pura menutup matanya agar sang Mama tidak terus berceloteh dengan menyuruhnya tidur.

Mas Duda (DelGre)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang