mohon bantuannya ya guys jangan dibawa ke real life ini hanya cerita fantasi.
.
.
Harusnya tugas Grisea itu hanya menemani Devan sambil memastikan jika laki-laki itu makan. Tapi makin ke sini ada-ada saja tugas yang diberikan kepadanya. Dari yang diajakin ke bioskop (walaupun gagal), kemudian diajakin jajan ke pinggir jalan yang banyak penjual kaki limanya dan sekarang dia diajakin kondangan.
"Lah kok aku sih, Mas?" Grisea jelas protes. Apalagi saat Devan memberikan undangan dari temannya kepadanya. Tulisannya aja kepada Devandra dan pasangan.
"Makanya saya ngajak kamu. Kan kamu pasangan saya."
"Pasangan apaan. Nggak mau ah."
Tanggal yang tertera di undangannya itu esok hari.
Sebetulnya kalau urusan menemani ke kondangan, Grisea sudah biasa. Fariz menjadi salah satu teman yang menggandengnya tatkala ada teman SMA-nya yang menikah. Sebetulnya mereka satu sekolah tapi yang namanya Fariz tuh sirkelnya ada di mana-mana, dia bahkan kenal anak satu sekolah, jadi tidak heran jika suka diundang. Berbeda dengan Grisea yang temannya hanya segelintir, itu pun sudah lost contact selepas lulus.
"Masa kamu nggak kasihan sama saya sih, Gri."
Devan mulai memasang wajah melas. "Kalau saya datang sendiri pasti pada kasihan ngeliatnya. Habis cerai pula."
"Ya udah nggak usah dateng kalau gitu, Mas."
"Nggak bisa! Yang nikah itu temen deket saya pas kuliah."
"Ngajakin yang lain kek. Jangan aku."
"Maunya kamu," rengek Devan. Membuat Grisea agak merinding mendengarnya.
"Mau dong. Ya? Please..."
"Yang-"
"Sekali lagi Mas Devan manggil gitu, aku tabok mulutnya pakai sandal ya?!"
"Makanya mau dong!"
"...iya deh."
Habis diiyakan, Devan tidak selesai membahasnya, laki-laki itu bahkan sampai membahas baju couple yang mesti mereka gunakan dengan warna yang sama. Biar kesannya betulan seperti seorang pasangan.
"Pakai baju warna biru ya, Gri. Pokoknya harus biru!" pesannya sebelum Grisea meninggalkan rumahnya karena hari sudah sore dan Bu Anin sudah pulang.
Beliau mengerutkan dahi melihat Devan yang berdiri di depan gerbang sambil tersenyum lebar dan melambaikan tangan ke arah Grisea. "Sampai jumpa besok. Dadah. Malam ini kalau bisa mimpiin saya ya."
"Nggak mau! Nanti nggak bisa tidur!"
"Kalau gitu saya yang mimpiin kamu!"
Devan memutar badan dan menemukan sang Mama yang masih berada di teras rumah karena menunggunya. Dia pun menyusul.
"Suka?" tanya Bu Anin singkat. "Bukannya Mama udah pernah bilang soal Pak Gio?" (Kalo Gracio kelamaan jadi Gio aja guys)
"Terus kenapa? Emangnya salah kalau aku suka Grii?"
Sang Mama menghela napas kecil. "Salah tuh enggak, Van. Tapi kamu pasti tahu gimana respon Papanya Gri kalau tahu anaknya dideketin sama kamu."
Seakan tidak mengindahkan kalimatnya, sang anak lantas masuk ke dalam rumah sembari bersenandung kecil. Bu Anin otomatis geleng-geleng kepala.
Sesampainya dirumah Grisea reflek berfikir.
Biru katanya.
Grisea betulan mencari dress dengan warna biru yang cocok untuk dikenakan ke acara pernikahan. Dia punya sih dress warna biru yang pernah dikenakannya saat pertama kali bertemu Vano di rumah Devan tapi modelnya sepertinya tidak cocok untuk dipakai ke acara sejenis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda (DelGre)
FantasyDevan yg terpaksa diurus babysitter suruhan mamanya. "Jadi anak mas Devan umur barapa, tan?" "Devan ngga punya anak Gri, yg butuh babysitter itu Devan sendiri." "What? saya ngasuh mas Devan gitu?"