Bab 26

1.1K 105 4
                                    

Mohon bantuannya ya guys jangan dibawa ke real life ini hanay cerita fantasi.

.

.

Si Fariz datang bersama dengan Shilla yang baru turun dari motornya. Cowok itu melirik Shilla sinis tanpa intensi yang jelas dan tentu saja lirikannya dibalas dengan tidak kalah sinisnya oleh Shilla. Dua-duanya sama-sama datang dengan membawa kado.

Sebagai seorang teman sejati yang sudah mengenal Grisea sejak jaman maba hingga akhirnya semester lima, Shilla cukup dekat dengan keluarga
gadis itu. Apalagi Dinantara yang pipinya gembul dan suka ia cubit seperti saat ini.

"Dinan kok lucu banget, ututututu. Gemesnya."

Fariz yang sedang makan nasi kuning di belakangnya dibuat melongo. Ternyata Shilla bisa selembut dan seekspresif itu juga. Dipikir wajahnya selalu songong dan datar. Dia kemudian berceletuk.

"Mau diuyel-uyel juga dong pipinya sambil dibilang gemes."

Shilla menolehkan kepala. "Sini gue uyel-uyel. Pakai kaki tapi."

"Dih, kasar amat."

"Cowok genit kayak lo emang pantes dikasarin."

"Aw mau dong dikasarin."

"Udah, Shil. Banyolan Fariz nggak usah diseriusin. Darah tinggi yang ada," kata Grisea yang datang dengan membawa pisau untuk memotong kue yang lilinnya habis ditiup oleh Dinantara.

Di komplek mereka sudah jarang anak kecil seusia Dinantara. Kalau bicara soal teman, sebetulnya satu-satunya teman sang adik di komplek tersebut hanyalah Fariz.

Akas dan Tian tidak bisa datang karena baru saja pulang habis mendaki dan masih sangat lelah.

"Mas Devan nggak diajakin ke sini, Gri? Eh Din kamu dibeliin kado sama Mas Devan loh."

"Udah dititipin ke gue tadi," sahut Grisea.

"Nggak diajak ke sini?"

"Nggak."

"Kenapa?" tanya Fariz yang kemudian melihat Kinan. Dia lantas menggeser duduknya dan menepuk tempat yang baru diduduki niatnya baik sebenarnya. "Sini duduk, Nan."

"Ogah banget duduk samping lo." Eh si Kinannya malah nyolot.

"Santai ajalah! Gue juga nggak mau kok duduk di samping lo!"

Fokus Iyan kembali kepada Grisea yang kini berlutut di dekat meja lalu mulai memotong kue. Cowok itu masih menunggu jawabannya. Nggak mau katanya," dusta Grisea.

Lalu ada tamu tidak diundang yang datang. Vano.

Tenang saja, kali ini cowok itu mengajukan cuti karena hampir gila dicerca oleh pekerjaan. Setelah ini jika Devan tidak kembali bekerja, dia akan terima-terima saja jika Papanya yang mengambil alih posisi sepupunya tersebut. Vano sudah lelah maksimal.

Shilla melirik Vano yang baru dipersilakan duduk. Lalu menendang kecil lutut Grisea di dari bawah meja. Matanya menunjukkan sorot bertanya namun temannya tersebut tidak menjawab.

"Gue tahu. Gue tahu," bisik Fariz seperti anak kecil yang tahu jawaban sebuah soal yang sulit dikerjakan.

"Siapa?"

Fariz nyengir. "Bagi nomor lo dulu."

Shilla mendelik. "Ogah."

"Unyil," balas Fariz yang menyebut karakter legend yang menemani masa kecilnya.

Karena Ogah juga salah satu karakter di dalam acara Laptop Si Unyil. Pak Ogah.

"Jayus," cibir cewek itu.

Kedua orang tua Grisea sudah tahu jika anaknya sedang dekat dengan seseorang. Bu Shania terlihat memberikan lampu hijau, berbeda dengan Pak Gio yang masih belum jelas.

Saat dibawa ke sebuah restoran yang begitu terkenal dengan harga makanannya yang fantastis, Grisea dibuat ketar-ketir. Dia terus menarik baju yang dikenakan Bu Shania.

"Ma, ini kita nggak salah tempat? Uang buat makan di sini bisa dibuat makan di tempat lain lima kali lebih."

"Tenang aja."

Grisea mana bisa tenang. Orang tuanya sendiri yang mengatakan kepadanya untuk berhemat eh malah ngajakin ke tempat begitu.

"Ma, ginjal Mama masih dua, kan?" tanya Grisea lalu langsung terkena tabokan di paha. Suuzonnya kejauhan.

Papanya baru saja datang menyusul karena berangkat dari kantor.

Saat makanan sudah datang, Grisea tidak kunjung menyentuhnya padahal di sebelahnya ada Dinantara yang bersiap dengan mengambil pisau dan garpu. Yang kemudian diletakkan kembali karena sang Papa berdehem.

"Jadi gini Gri-"

"Papa mau jual aku ke om-om berduit buat menutup biaya kerugian perusahaan?" todong Grisea.

Dia benar-bener overthinking dan tidak bisa berpikir jernih.

"Dengerin dulu," tegur sang Mama.

"Sebenernya selama ini Papa bohong soal perusahaan yang hampir bangkrut."

Orang tuanya sudah siap untuk segala kemungkinan buruk yang terjadi. Bu Shania saja sudah ancang-ancang untuk bangkit dari duduknya jika Grisea nekat mengacau. Tapi yang dilakukan gadis itu setelahnya justru bersimpuh ke lantai dan membuatnya menjadi pusat perhatian karena dikira norak.

"ALHAMDULILLAH!" seru Grisea.

Selamat datang kembali kehidupan penuh hingar bingar.
_______________________________________

See yuu guys
vote and komen

Segini dulu aja, udah baik gue up nih. Baru pulang camping keinget kalian kalo lama nggak up" cerita. 80 vote up bab selanjutnya.

Kang Yuna gwe nyata cooooooo!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kang Yuna gwe nyata cooooooo!!

Mas Duda (DelGre)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang