Bab 19

1.6K 167 2
                                    

Mohon bantuannya ya guys jangan dibawa ke real life ini hanya cerita fantasi.

.

.

"Pulang, Gri." titahnya.

"Lo siapa main narik-narik tangan orang terus nyuruh pulang? Emaknya?" kata Vano sembari memutus cekalan Devan di tangan Grisea.

"Bukan. Tapi gue utusan emaknya," balas Devan songong. Dia pun mengalihkan pandangan ke arah Vano.

"Maksudnya, Mas?"

Oh ayolah, tolong sejenak saja semesta bekerja sama dengannya, Grisea sedang ingin melakukan sesi pedekate dan ini first date-nya bersama Vano. Entah cowok itu menganggapnya nge-date atau tidak tapi Vano menganggapnya begitu.

"Mama kamu nyuruh saya buat jemput kamu."

"Ngapain?"

Devan gelagapan. Dari banyaknya alasan yang bisa ia pikirkan, entah kenapa dia mengatakan hal tersebut. Kini tidak hanya Grisea yang menunggu jawabannya namun juga Vano dan sang ojol yang masih setia duduk di meja dekatnya sembari memakan macaron yang dipesannya.

"Nggak tahu, urgent katanya. Menyangkut kelangsungan hidup kalian ke depannya."

Vano mengernyit curiga. Lebay amat. Berbeda dengan Grisea yang langsung menegang. Jangan-jangan ini waktunya. Mereka harus pindah dari sana ke rumah yang lebih kecil. Pantas saja saat ia pergi si Mama memasang wajah gelisah, mungkin takut untuk menyampaikannya kepada Grisea.

Padahal Bu Shania memasang wajah gelisah karena merasa bersalah sudah membohongi dirinya. Beliau merasa tersindir dengan ucapan Grisea saat ingin membeli bubur ayam tadi pagi.

"Kenapa nyokapnya nggak nelpon Gri sendiri? Ngapain harus lo yang nyusulin?" tanya Vano kepada sang sepupu.

Mampus, mau bilang apa coba Devan. "Ya-"

"Ayo Mas. Mas Devan naik apa kesini? Mobil?. Grisea buru-buru bangkit.

"Iya."

"Oke, kalau gitu sorry banget ya, Van. Gue kayaknya harus banget balik sekarang. Buat makanan gue, ini totalnya -" Grisea pura-pura mengobok-obok tasnya. Dan

untungnya Vano segera menyela.

"Nggak usah, bills on me. Semoga lain kali kalau kita lagi jalan nggak ada lagi gangguan ya, Gri," kata Vano sembari melirik Devan.

"Iya. Thanks banget, Van. Sekali lagi sorry. Gue jadi nggak enak."

"Nanti saya enakin," seloroh Devan. Dan membuatnya dipelototi oleh Grisea.

"Kamu keluar dulu, Gri. Nanti saya nyusul," lanjut Devan.

"Mobil Mas Devan yang mana?" Grisea mengamati kendaraan yang terparkir di depan sana.

"Deket jalan."

Selepas Grisea meninggalkan keduanya, Devan duduk ditempat gadis itu duduk.

"Udah diminum belum nih?" Devan menunjuk minuman Grisea.

"Menurut lo?" balas Vano sewot. Dengan santainya Devan meminumnya. Tidak lupa mencomot makanan milik Vano. Devan memang semengesalkan itu.

"Sengaja kan lo." Jangan kira Vano tidak tahu akal-akalan Devan barusan. Mana si Grisea langsung percaya saja dan meninggalkannya. Cewek itu kini sedang celingukan di parkiran sampai tukang parkir di depan café menegurnya, mengira Grisea hendak melakukan aksi pembegalan. Devan terkekeh saat melihatnya lalu kembali menatap Vano yang terlihat berang di hadapannya.

"Udah gue bilang, Van. Jangan Lei."


"Bukannya lo sendiri ya yang ngasih nomor gue ke dia. Dia juga nge-chat gue duluan. Kenapa sekarang lo kelihatan nggak suka pas kita jalan?"

"Iya, salah gue yang ngasih nomor lo ke dia gitu aja. Tanpa gue mikirin hal lain."

"Emangnya gue kenapa sih, Van?"

"Pake nanya." Devan mendengus. "Gue hapa track record lo. Nggak pernah serius sama cewek dan cuman main-main doang."

"Kata siapa gua mau main-main sama, Grisea?" balas Vano.

"Lo pikir gue bakal percaya sama omongan lo?"

Vano menggelengkan kepala. "Pertanyaan gue, kalau pun gue mau main-main sama Gri, apa urusannya sama lo? Dia bahkan udah berhenti jadi babysitterlo, kan? Kenapa lo kelihatan nggak terima gini?"

"Gue nggak mau disalahin semisal dia patah hati karena kelakuan lo. Biar gimana pun secara nggak langsung, gue yang ngenalin dia ke lo."

Decihan keluar dari mulut Vano. Ucapan Devan betul-betul membuatnya terlihat seperti cowok brengsek.

.

.

Grisea sudah memasang wajah kesal karena dikira mau begal, belum lagi Devan yang lama keluar dari cafe sampai membuatnya ingin masuk kembali. Namun urung terlaksana karena kini laki-laki itu menghampirinya.

"Mobilnya mana, Mas. Deket jalan mana?!" cewek itu sudah gondok.

Di depan cafe tersebut hanya terparkir satu mobil dan saat Grisea hendak membukanya, mobil tersebut terkunci di mana di dalamnya ada sang pemiliknya. Malunya tidak tertolong.

"Itu," tunjuk Devan ke seberang jalan di mana mobilnya berada.

"Harusnya Mas Devan bilang kalau ada di seberang!" kesal Grisea.

"Emosi amat."

"Soalnya aku dikira tukang begal!"

"Mukamu emang cocok dikatai gitu sih, Gri."

"MAS!!!"

"Bercyandaaaaa."
______________________________________

See yuu guys
vote yaa!! maksa bgt ini!!

Up terhair karna seminggu kedepan bakal lanjut ujian wkwk. babai

muka pundung dijahilin Mas Devan :(


Mas Duda (DelGre)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang